Taklukkan “Gunung” Pendidikan di Papua

Taklukkan “Gunung” Pendidikan di Papua

Ketua Umum Sinode GBI, Pdt Dr Japarlin Marbun memberikan motivasi sekaligus tumpang tangan mendoakan para guru misionaris pendidik transformasi (PETRA) yang akan diutus ke Papua.

“Sungguh-sungguhlah mendidik. Cerdaskanlah anak-anak di Papua untuk kemuliaan nama Tuhan,” kata Pdt Japarlin Marbun dalam acara Ibadah Syukur Pemberangkatan Guru Misionaris Pendidik Transformasi (PETRA) pada hari Sabtu, 27 Februari 2016 di GBI City Tower, Thamrin, Jakarta.

Ketua Umum Indonesia Cerdas, Pdt Dr Shepard Supit menjelaskan ibadah syukur ini diadakan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang telah membimbing para guru Indonesia Cerdas yang telah melewati dua tahap pelatihan.


Tahapan pertama di Sentul dan tahapan kedua di Graha Bethel. Berikutnya, para pengajar ini akan diterbangkan ke Sentani, Papua.

Disana mereka akan mengikuti pelatihan tahap pelatihan ketiga berupa pendalaman materi dan kontekstualisasi mengenal daerah Papua yang berlangsung selama dua minggu.

Setelah itu, para pengajar diutus ke daerah tujuan masing-masing.

Menurut Pdt Shephard, pada saat ini yang mengikuti pelatihan ada 112 guru dari Jakarta. Sementara dari Jayapura ada 116 guru. Mereka akan dibagi menjadi tiga angkatan.


Ia bersyukur manakala animo untuk menjadi guru di Indonesia Cerdas semakin tahun semakin tinggi.

“Puji syukur kepada Tuhan, awalnya pengajar 12 orang. Kini guru mencapai ratusan yang berasal dari berbagai kampus, antara lain, Universitas Nommensen, Universitas Kristen Artha Wacana, Universitas Nusa Cendana, Universitas Timor, Universitas Widya Mandiri, Universitas Jambi, Universitas Medan, STT Real Batam dan STT Moriah,” jelas dia.

Nantinya, kata Pdt Shephard, para guru masih fokus mengajarkan calistung (baca, tulis, dan hitung) di Papua.


“Calistung harus tuntas dulu untuk anak-anak Papua. Saya prihatin sekali anak-anak SMP dan SMA belum bisa lancar membaca,” tegas dia.

Shephard mengakui adanya beberapa kendala yang mesti dihadapi para pengajar Indonesia Cerdas. Pertama, kondisi medan alam Papua yang cukup keras.

Kendala berikutnya, lanjut dia, adalah mengubah mentalitas masyarakat Papua. Sebab para orang tua belum tentu setuju anak-anaknya dididik. Tragisnya lagi, masih banyak para orang tua di Papua juga buta huruf.


Sebab itu, menurut dia, perlu diterobos melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk calistung. Sementara pemberantasan buta aksara juga melalui kegiatan membaca Alkitab.

Shepard mengucap syukur tatkala Pemda Papua sudah mulai ikut peduli membantu program mencerdaskan masyarakat Papua ini.

Ia berharap program mencerdaskan Indonesia menjadi suatu gerakan bersama baik masyarakat, gereja dan pemerintah.


Gembala GBI City Tower, Pdt Djohan Handojo, dalam sambutannya, mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama menaklukkan gunung pendidikan, terlebih khusus di Papua.

“Mari bersama-sama mendoakan terus-menerus para guru muda yang dipakai Tuhan luar biasa ini untuk melayani di Papua. Jika Tuhan yang mengutus dan mengurapi maka hasilnya pasti berdampak besar bagi masyarakat Papua,” kata dia.

Pdt Djohan berharap para guru Indonesia Cerdas betul-betul menabur dengan mengajar dan membagikan ilmu pengetahuan.


“Apa yang kalian tabur akan terlihat hasil tuaiannya lima sampai sepuluh tahun kedepan,” ujar dia.

Komisaris Bank Papua, Lipiyus Biniluk, yang juga putra daerah asal Papua ini turut prihatin dengan kondisi pendidikan di Papua.

“Pendidikan di Papua masih dinomorduakan. Sejak lama, Pemerintah Indonesia tak mempedulikan pendidikan di Papua,” terang dia.

Menurut Lipiyus kehadiran para Misionaris Kristen dari luar negeri ke Papua sebetulnya sudah baik.


Selain mengabarkan Injil, para Misionaris juga memberkati Tanah Papua yang kaya raya ini. Mereka belum fokus kepada dunia pendidikan untuk mengembangkan sumber daya manusia di Papua.

“Pada akhirnya, Tanah Papua yang kaya raya, ibarat surga kecil yang jatuh ke bumi ini, dieksploitasi oleh orang-orang diluar Papua yang memiliki pendidikan yang lebih baik,” kata dia.

Lipiyus melanjutkan, berbeda dengan para Misionaris yang datang ke Tanah Batak. Misionaris Nommensen menanam pendidikan kepada orang-orang Batak. Makanya tak heran banyak orang-orang Batak cerdas yang ikut mempengaruhi perjalanan negari ini.


“Saya yakin apabila seluruh pelosok Papua dicerdaskan dengan pendidikan maka Papua kelak bisa berbuat banyak dan menjadi berkat bagi bangsa ini,” tandas dia.

(VR-7)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.