BERAKHIR PEKAN DI MASA PANDEMI
rembang pagi jatuh dari langitkelabu
ada semilir angin dingin
meraba tubuhkumuh tua dan nir daya
terasa sakit dan pedih dilumuri angin
seperti itu
ku duduk di beranda depan
menghitung hari :
tiada berapa lama minggu-minggu adven datang
mengusung beragam kidung penantian
berapa lama lagi
kubertahan hidup dalam cengkeraman pandemihari hari dalam cengkeraman pandemi
sejatinya monoton dan nyaris memamah sepi:
membaca buku, ibadah keluarga, membaca alkitab, join dalam rapat zoom, membaca koran dan menyimak medsos
menulis wisdom
artikel, puisi
berkotbah via zoom,
tidur dengan atau tanpa mimpi
bercengkerama
dengan orang terkasih, anak,
tetangga
dan sebagainyadi medsos banyak hal menarik untuk dilirik
isu agama, politik, selebrita,
budaya, penawaran beragam obat,
pil penumbuh kumis, memperpanjang hidup
ku prihatin masih banyak pemakaian bahasa indonesia takbaku
kubangga para petinggi negeri
yang terbuka berdialog lewat WA. twitter
sementara ada pemimpin gereja yang selama setahun tidak pernah membalas pemikiran dan sapaanku
figur model begitu yang mindsetnya masih zaman agraris akan terpental sendiri dari dunianya
berakhir pekan di era pandemi
mengalirkan harapan dan perspektif baru
bagi kita umat berTuhan
Tuhan merancang keselamatan dan damai sejahtera bagi umatNya
itulah janji Tuhan
Tuhan takpernah memberi pehape bagi umat yang Ia kasihi
dalam kasih dan kairosNYa
Ia akan memberikan yang terbaik bagi kita semuadi era pandemi
di saat ada gelombang ketiga pandemi
disaat-saat apapun
bahkan disaat kiamat makin kuat mendekat
iman takwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa
harus makin mantap dan terfokus
kita harus mencari hal-hal yang diatas bukan yang dibawah
mari terus merapat kepada Tuhan
mari bertobat nasuha
dan hidup kudus bagi Tuhan
dikekinian sejarah !Jakarta, 13 November 2021/pk.3.09
Be the first to comment