DPP PIKI Gelar Refleksi Awal Tahun Hadirkan Intelektual Lintas Agama

Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (DPP PIKI) menggelar Refleksi Awal Tahun 2019 bertajuk “Merawat Pancasila, Merawat Kebhinnekaan”. yang digelar di Grha Oikumene PGI, Salemba, Jakarta, Kamis, 24 Januari 2019.

Refleksi dengan tema “Kebenaran Meninggikan Derajat Umat Manusia” dan subtema “Peta Jalan Menuju Indonesia Emas 2045” tersebut dimulai dengan ibadah.

Hadir sebagai pembicara dalam refleksi yang dimulai dari hingga jelang sore kala itu adalah para tokoh dan cendekiawan dari lintas agama.

Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Diaz Hendropriyono, didaulat menjadi pembicara awal dalam refleksi tersebut. Dilanjutkan dengan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Prof Dr Komaruddin Hidayat berbicara tentang “Kebhinnekaan Indonesia Pasca Pemilu, Refleksi atas Nilai-Nilai Pancasila” dengan penanggap Dr Osbin Samosir, M.Si. (Intelektual Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) dan Dosen Fisipol UKI), Ali Maskyur Musa (Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) dan mantan pimpinan BPK RI) dan dipandu Sonya Sinombor, SH, МН (DPP PIKI dan Jurnalis Kompas).

Pembicara lainnya adalah Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, yang memaparkan soal Ham dan Keadilan Sosial bagi Orang Asli Papua dan Prof Ir Armein Z R Langi, MSc, PhD yang berbicara tentang Bonus Demografi: Menyeleraskan Pembangunan Dengan Kesiapan SDM, dengan penanggap Dr Pos Hutabarat (Dewan Pakar DPP PIKI).

Juga hadir pembicara Dr Ir William Sabandar yang mengupas soal Pembangunan Infrastruktur Untuk Akselerasi Transportasi dan Konektivitas dengan penanggap Ir Izaac Litaay, MA.

Perkokoh Nasionalisme

Diaz Hendropriyono, yang juga Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini, dalam paparannya, mengutarakan tentang menguatnya trend budaya individualisme seiring perkembangan teknologi.

“Kini, anak-anak muda milineal lebih suka menyendiri sibuk dengan gadgetnya. Mereka lebih sibuk dengan medsos (media sosial),” ujar dia.

Sementara Prof Komaruddin Hidayat, dalam paparannya, menekankan siapapun boleh mempunyai paham-paham ideologis.

“Selama paham-paham itu hanya untuk dirinya sendiri, tidak menjadi masalah. Yang menjadi persoalan manakala paham-paham ideologis tersebut dimunculkan dan disebarkan ke publik,” ujar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sebagai penanggap, Ketum ISNU, Ali Masykur Musa, mengemukakan Indonesia merupakan negara-bangsa yang lahir atas dasar kesepakatan dasar. Dan Indonesia harus terus menerus di perkokoh nasionalisme.

“Nasionalisme yang kuat akan bisa melahirkan Negara Indonesia yang stabil dan kokoh dalam menghadapi rongrongan dalam negeri dan serangan dari luar, sehingga umat beragama bisa beribadah menurut aqidah-keyakinannya secara khusuk. Sebaliknya, nilai-nilai dan semangat keagamaan yang kuat dan taat, akan mampu memberi sumbangan yang besar bagi kokohnya Nasionalisme Indonesia,” ujar dia.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.