Edwin Pamimpin Situmorang : Tidak Sekedar Nyaleg, Namun Mendidik dan Menyadarkan Masyarakat

Edwin Pamimpin Situmorang : Tidak Sekedar Nyaleg, Namun Mendidik dan Menyadarkan Masyarakat

Dengan mengusung jargon “Untukmu Bonapasogit, No. 7, setuju tidak setuju coblos n0mor 7, Edwin Pamimpin Situmorang melangkah pasti menuju Gedung  DPR Senayan dengan menjadi Caleg DPR RI dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dengan nomor urut 7 (tujuh) Daerah Pemilihan Sumut 2 ( Labuhan Batu, Tapanuli, Padang Sidempuan,    Mandiling Natal, Nias, Sibolga, Tapanuli tengah, Tapanuli utara, Humbang hasundutan,  Toba Samosir, Samosir, Padan lawas Utara dan Padang lawas).

Edwin, demikian dia akrab disapa, mengaku tidak mau sekedar nyaleg.

Dia bukan semata-mata ingin mendapatkan suara akan tetapi betul-betul berhasrat mengedukasi dan menyadarkan masyarakat, khususnya dalam pemilihan legislatif ini, yang acapkali dinodai oleh politik transaksional/ uang.


“Itu yang saya rasakan ketika blusukan ke Pasar Laguboti dan Siborong-borong meminta dukungan kepada masyarakat.

Warga disana justru menanyakan…adong do hepeng na…” kisah Edwin.

Mendengar itu, Ia pun tidak tinggal diam.

Dia menanggapi dan sekaligus memberikan didikan dan penyadaran kepada ibu yang menanyakan soal uang tadi.

Edwin mengeluarkan uang seratus ribu dari dompetnya dan memberikan kepada ibu tadi.


“Oh Inang, ini uang 100 ribu. Silahkan nanti inang memilih saya. Tapi saya mau ingatkan agar memilih saya bukan karena duit. Dan saya mau tanya kepada inang, apakah 100 ribu ini cukup untuk lima tahun?” tanya dia.

Si ibu menjawab, “Oh, mana bisa…”

“Jadi habis berapa lama uang 100 ribu ini, untuk satu bulan atau satu hari kah?” tanya Edwin lagi.

“Satu hari lah Amang,” jawab ibu itu.


“Nah, itu berarti inang telah menyia-nyiakan nasib selama lima tahun. Dengan saya memberikan uang 100 ribu ini berarti saya tidak perlu lagi memperjuangkan nasib inang karena suara inang sudah saya beli sebesar 100 ribu. Ingat itu inang, “kata dia.

“Kendati begitu, ketika Tuhan menghendaki saya terpilih sebagai anggota dewan nanti, yakinlah apa yang saya lakukan lebih besar manfaatnya dari uang 100 ribu ini.”

“Oh, betul juga kata Amang. Pantas saja setelah pemilu, kita tidak pernah lagi bertemu dengan anggota DPR yang sudah jadi itu ya,” kata Si ibu yang pikirannya semakin tercerahkan mendengarkan penjelasan dari Edwin.


Lebih lanjut, Edwin menegaskan dirinya termotivasi nyaleg dalam rangka pengabdian dan berbuat lebih banyak lagi untuk bonapasogit.

“Demikian halnya, bagi calon anggota dewan terhormat lainnya juga hendaknya mengabdi kepada aspirasi masyarakat,” harap dia.

Apalah artinya, tambah dia, jika kemenangan itu didapatnya dengan cara-cara kotor dan tidak mendidik masyarakat.


Semestinya, pemilu ini dijadikan momen bagi para caleg juga untuk menyadarkan masyarakat betapa tidak mendidiknya money politic.

“Bagi para calon anggota dewan terhormat mestinya juga meraih dengan cara-cara yang terhormat dan jujur,” pesan dia.

Pun, Edwin menyatakan dirinya siap kalah.

“Kalah dengan menggunakan cara-cara yang terhormat tidak mengapa, saya optimis kelak dalam perjalanan bangsa ini akan menuju ke arah sana,” kata dia, “Juga, ini bagian dari pertanggungjawaban saya sebagai orang beriman.”


Dalam rangka pencalegan ini, Edwin membuat rumah aspirasi, yang tidak punya pagar, jendela dan pintu, untuk menampung aspirasi masyarakat sekitar.

Ini dibuatnya melihat banyaknya anggota DPR yang jarang nongol setelah terpilih.

Sebagai mantan pejabat teras di Kejaksaan Agung sebagai Jaksa Agung Muda Intelijen, Edwin juga termotivasi untuk turut memperbaiki dan mengeksplorasi dunia hukum ke arah yang lebih baik.

Selain itu, bagaimana juga memikirkan kesejahteraan masyarakat agar lebih baik dari hari ke hari.


“Tak kalah penting, bagaimana memperbaiki masyarakat  yang moralnya semakin merosot di bonapasogit. Hari-hari ini kasus asusila, narkoba dan broken home terus meningkat,” papar dia.

Edwin menceritakan kesan manakala dia menjalani tugas dan panggilan sebagai Ketua Umum Panitia Jubileum 150 Tahun HKBP.

Tatkala dirinya ditawarkan posisi tersebut oleh Ephorus Pdt Bonar Napitupulu, ia tidak pernah khawatir bila jabatan itu akan berdampak pada jabatannya di Kejaksaan Agung.

“Karena jabatan itu saya persembahkan kepada Tuhan,” tegas dia.


Sebagai bagian dari bangsa ini, kata dia, betapa indahnya kemajemukan di bumi nusantara ini. Kelak diatas langit Sopo Marpikir HKBP, yang kini sedang memasuki tahap topping, akan terukir pelangi beraneka warna indah nan harmoni yang harus kita tebarkan ke seluruh penjuru langit nusantara.

Pelangi penuh warna itu nampak jelas tergambar selama masa Perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP. NU, Muhamadiyah, Pemuda Anshor, Budha, Hindu,  turut berpartisipasi selama kegiatan Jubileum tersebut, baik yang terlibat dalam pengamanan, pengobatan gratis dan hadirnya hiburan orkestra kasidah.

Edwin terharu tatkala menyaksikan sendiri seorang Muslim, bernama Muslim Nasution, yang mengikuti pengobatan gratis di Sumut, mengatakan, “Saya telah menemukan kaki saya di Jubileum HKBP ini,” kata dia seraya menambahkan Sopo Marpingkir berlantai delapan tersebut diharapkan usai pada Maret 2014.

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.