OnlineKristen.com – Di Indonesia, kira-kira ada 37 Perguruan Tinggi Kristen (PTK) yang bernaung di bawah BK-PTKI (Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia) yang diketuai oleh Prof Dr Ir Djwantoro Hardjito, MEng (Rektor Universitas Kristen Petra).
“Tapi menariknya, dari total 37 PTK, yang memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu hanya 21 PTK, jadi tidak semua PTK itu punya FKIP,” kata Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia Handi Irawan D di Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Handi Irawan melanjutkan, bahkan Universitas Kristen yang besar seperti Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) dan Universitas Kristen Maranatha Maranatha tidak memiliki FKIP. Termasuk Universitas Ciputra, di Jawa Timur tidak memiliki FKIP.
Menurutnya, total mahasiswa FKIP ada sekitar 15.800 mahasiswa. “Jika dibulatkan 16 ribu mahasiswa, maka setiap tahun FKIP PTK hanya meluluskan 4000 guru,” bebernya.
Handi menguraikan, dari 4000 guru itu diperkirakan tidak semuanya beragama Kristen. Mungkin cuma sekitar 70 persen guru Kristen.
Ia mencontohkan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ternyata lebih banyak mahasiswa Muslim (55%) dibandingkan Kristen. Padahal UKSW adalah salah satu FKIP terbesar di Jawa dengan jumlah 1800 mahasiswa. FKIP PTK terbesar kedua adalah Teacher’s College Universitas Pelita Harapan (UPH) dengan jumlah 1100 mahasiswa.
Karena itu, ujar dia, bisa dibayangkan kalau lulusan dari FKIP PTK itu berjumlah 4000 orang, itu berarti lulusan Kristen cuma sekitar 2500 orang.
Lalu, dari 2500 orang itu, kemungkinan hanya 1000 orang yang menjadi guru di Sekolah Kristen. Sisanya, mungkin memilih mengajar di sekolah swasta maupun sekolah negeri.
“Melihat (data) ini, tentunya sangat berbahaya sekali, sebab beberapa tahun lagi sekolah Kristen di Indonesia kemungkinan akan mengalami masa sangat kekurangan guru Kristen,” paparnya.
Hal lain yang dikritisi Handi terkait mengapa saat ini banyak Universitas Kristen yang tak punya FKIP ataupun kalau sudah punya FKIP namun tidak mau nambah?
“Sebuah Universitas Kristen tidak memiliki FKIP oleh karena fakultas ini paling tidak menguntungkan dan menyedot cash flow. Mahasiswa FKIP itu selain bayarnya murah dan dapat beasiswa pula. Nah itulah problemnya,” jelas dia.
Sebab itu, lanjut Handi, PTK yang punya FKIP, seperti UK Petra, menyadarinya dan melakukan subsidi besar-besaran untuk FKIP.
“Jadi memang ini soalnya panggilan saja, panggilan dari Perguruan Tinggi Kristen. Meski begitu, MPK menyerukan hal ini harus dibenahi,” tegasnya.
Kemudian, ujar Handi, bagaimana dengan FKIP PTK yang sudah ada? Kenapa mereka tidak menambah jumlahnya? Lalu, apa penyebab peminat guru turun?
Menurutnya, ada tiga hal penyebab turunnya minat guru. Pertama, gaji yang rendah yang tidak menarik.
Kedua, penghargaan terhadap profesi yang kurang baik. Guru itu dianggap pahlawan. Namun, ternyata gereja tidak sepadan menghargai guru. Gereja masih menghargai penginjil dan pendeta daripada guru.
“Padahal guru mengajar anak-anak selama lima hari. Sedangkan banyak penginjil dan pendeta itu cuma hari Minggu bersama dengan jemaat. Tapi guru tidak dihargai seperti mereka,” ucapnya.
Ketiga, panggilan menjadi guru Kristen semakin lemah.
Melihat kondisi diatas, ujar Handi, MPK ingin mendorong FKIP. Diantaranya, mendorong gereja untuk memikirkan dan membantu peningkatan gaji guru Kristen.
“Bila penghargaan terhadap guru relatif kurang baik, maka gereja mesti menyatakan kepada jemaat di mimbar-mimbar bahwa profesi guru adalah panggilan yang sangat mulia seperti panggilan sebagai penginjil atau hamba Tuhan. Karenanya, gereja juga mesti memberikan gaji guru juga layak,” urai dia.
“Demikian halnya, lanjut Handi, MPK kini punya program melakukan berbagai gerakan akan mendorong anak-anak muda milenial (terutama SMA) supaya mereka mau menjadi guru agama Kristen. Itulah solusi-solusi yang kita lakukan,” pungkasnya.
Lebih jauh Handi mengutarakan, solusi-solusi diatas mesti dilakukan lantaran setiap tahun lahir kira-kira 300 ribu bayi Kristen.
“Bayangkan jika ada 300 ribu anak Kristen yang memasuki jenjang sekolah. Jika 100 ribu anak saja masuk ke sekolah Kristen dan rasio antara guru dan murid itu 1 banding 15, maka sebenarnya dibutuhkan minimum 7000 guru Kristen yang mengajar di sekolah Kristen,” bebernya.
Sedangkan, lanjut Handi, lulusan guru agama Kristen sekitar 4000 orang. Kemungkinan lulusan FKIP yang Kristen cuma 2500 orang atau jangan-jangan cuma 1000 orang.
“Jadi, kedepan kebutuhan minimum 7000 guru agama Kristen. Sedangkan FKIP PTK hanya mampu memproduksi sekitar 1000-1500 lulusan yang kelak mengajar di sekolah Kristen,” urai dia.
Melihat kondisi di atas, menurut Handi, diprediksi 5 atau 10 atau 15 tahun lagi akan ada gelombang masalah yang luar biasa terhadap sekolah Kristen.
Semakin sulit mereka mencari guru-guru agama Kristen dari lulusan FKIP PTK. Akhirnya, mereka akan mencari guru-guru sembarangan yang bukan lulusan FKIP Kristen atau bukan guru Kristen dan sebagainya.
“MPK mencermati lebih 5 atau 10 atau 15 tahun lagi akan terjadi seperti itu. Dan mulai sangat terasa nanti mungkin antara 5 sampai 10 tahun lagi. Gelombang kesulitan mencari guru agama Kristen benar-benar akan dirasakan,” urai dia.
Ditambah lagi, kata Handi, pemerintahan baru saja mengeluarkan undang-undang ASN dimana Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K), semisal guru-guru honorer, akan diangkat menjadi ASN, akan menjadi gelombang yang terus meningkat.
“Akibatnya, banyak guru-guru Kristen honorer di sekolah Kristen bisa ditarik menjadi ASN dan ditempatkan sebagai guru di sekolah-sekolah negeri, ini juga menjadi hal yang kritikal,” tandasnya.
(Victor)
Be the first to comment