Pengkotbah 7 : 2, “Pergi kerumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena dirumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya”

Kita acap berfikir bahwa ayat-ayat Alkitab lebih terfokus pada soal-soal kehidupan di masa depan, bahkan soal-soal beyond our life, soal-soal yang berhubungan dengan surga dan neraka.

Sedikit sekali ayat-ayat itu concern pada hal-hal praktis, sesuatu yang secara realistis terjadi dan digumuli oleh umat dalam kehidupannya.

Dalam percakapan dengan warga Jemaat memang mereka menyampaikan kesulitan yang mereka hadapi dalam memahami isi Alkitab.

Selain kitab Perjanjian Lama yang memang dari segi waktu, tradisi kultural yang berbeda, warga Jemaat mencatat ada beberapa kitab dari Perjanjian Baru yang juga agak sulit difahami tanpa memililki pengetahuan di bidang teologi.

Warga Jemaat mencatat paling tidak Surat Roma dan Kitab Wahyu agak sukar di mengerti dari aspek isi dan bahasa.

Kondisi seperti itu yang konon menyebabkan warga Jemaat kurang berminat untuk melakukan program pembacaan Alkitab secara rutin.

Ada baiknya kendala-kendala teknis seperti ini mendapat perhatian dari pimpinan Jemaat sehingga bisa diperoleh solusi cerdas yang bisa menolong warga Jemaat.

Perpustakaan Majelis Jemaat yang ada biasanya ada di ruang konsistori bisa diisi buku-buku referensi yang memberi informasi bagi anggota Majelis Jemaat dan anggota Jemaat yang ingin mendapat informasi lebih jauh tentang latarbelakang tiap-tiap kitab dalam Alkitab.

Dalam hubungan ini buku Alkitab Edisi Studi yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia( LAI) akan sangat membantu memberikan informasi tentang latarbelakang kitab-kitab dalam Alkitab.

Program- program untuk memberikan (tambahan) ilmu pengetahuan Alkitab bagi warga jemaat non-teolog kini sudah banyak dilaksanakan oleh Jemaat, Klasis sehingga amat membantu bagi warga jemaat untuk berkontribusi lebih besar bagi pelayanan Gereja.

Sekolah Tinggi Teologi Jakarta selama ini secara rutin menyelnggarakan program pendidikan bagi warga Gereja untuk membekali warga dalam membantu meningkatkan pelayanan mereka.

Idealnya memang pimpinan Sinode, sekolah teologi, PGI Wilayah, PGI S melaksanakan program pendidikan/pembinaan bagi warga Gereja non-teolog.

Selain memang ada bagian-bagian dari Alkitab yang kontennya sulit untuk dimengerti terutama oleh warga Gereja non-teolog (bahkan juga oleh sebagian teolog) kita tak bisa menafikan ada bagian-bagian Alkitab yang memang bicara tentang hal–hal praktis dan mikro.

Dalam surat-surat Paulus, Jakobus misalnya kita baca hal-hal yang teknis sekali, demikian juga dalam kitab Perjanjian Lama.

Kitab Pengkotbah yang kita kutip dibagian awal tulisan ini juga menampilkan hal yang amat teknis walaupun argumentasinya ada nilai yang cukup “dalam”.

Pengkotbah mendekati persoalan yang ia angkat itu yaitu “pergi ke rumah duka atau ke rumah pesta” dari segi skala prioritas.

Mengapa misalnya Pengkotbah tidak menganjurkan agar dikombinasi saja kedua kegiatan itu; ya pergi ke rumah duka dan rumah pesta.

Cuma memang Pengkotbah punya pesan moral yang kuat karena menurutnya “rumah duka adalah tempat kesudahan manusia”, That is the important point!

Ungkapan Kitab Pengkotbah ini tetap penting bagi kita yang hidup di dunia modern. Kita di ingatkan untuk membuat skala prioritas dari banyak agenda harian kita yang amat padat.

Landasan penetapan prioritas mestinya punya makna yang dalam, filosofis dan teologis dan bukan komersial dan benefit! Memprioritaskan tentang hal kematian adalah sesuatu yang cerdas dan urgen!

Selamat Merayakan Hari Minggu. God Bless

Weinata Sarin.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.