Peringatan 410 Tahun Injil Masuk Maluku: Api Injil Terus Menyala

Peringatan 410 Tahun Injil Masuk Maluku: Api Injil Terus Menyala

Memperingati 410 tahun (1605-2015) Injil masuk Maluku, Lembaga Bangsa Sejahtera bekerjasama dengan Mission For Christ Chruch (MFCC), Amerika Serikat menggelar acara rally seminar dan Kebaktian Penyegaran Iman Kristen. Injil masuk Maluku tepatnya pada tanggal 27 Februari 1605.

“Kita mencoba Back to Maluku. Dimana Api Injil terus menyala di hati orang Kristen di Maluku yang merupakan sentra Injil pertama kali masuknya Injil  di Indonesia bahkan di Asia,” kata Ketua Panitia Pdt Dr Jerry Rumahlatu dalam jumpa pers sebelum acara seminar bertajuk “Api Injil Terus Menyala di Maluku” pada hari Sabtu, 21 Februari 2015 di Wisma Maluku, Jakarta.

Jerry Rumahlatu menambahkan puncak peringatan 410 tahun Injil masuk Maluku diadakan di Ambon, Maluku, dengan acara serupa berupa seminar dan Kebaktian penyegaran iman Kriten pada tanggal 27 Februari 2015.


Sementara pada tanggal 28 Februari 2015, juga diadakan acara yang sama di Amerika yang diikuti, antara lain, Pdt Joppy Hatu dan Pdt Bara L Siwabessy.

“Pertimbangan paniitia memilih Amerika sebagai bagian dari peringatan 410 tahun Injil Masuk Maluku lantaran banyak orang Maluku di perantauan, termasuk mereka yang berprofesi sebagai hamba Tuhan.

Menurut Jerry, Back to Maluku itu mengingatkan kita bahwa Tuhan sesungguhnya menghendaki agar masyarakat Maluku bisa menjadi garam dan terang untuk Injil.


“Meskipun sudah 410 tahun, namun segala sesuatu bagi Tuhan tidak ada yang terlambat untuk terus mengabarkan Injil di Tanah Maluku,” pungkas dia.

Ketua Lembaga Bangsa Sejahtera (LBS), Hendrik Pattinama, SH mengutarakan acara ini bisa terjadi karena berkat kehendak dan kemurahan Tuhan semata.

“Sebab secara manusia kita tidak bisa melakukan apa-apa,” ujar dia.


Sebelumnya, lanjut Hendrik, LBS pada tahun 2011 telah membuat Paskah Maluku Raya di Ambon yang melibatkan seluruh masyarakat Maluku yang ada di sembilan kabupaten dan dua kotamadya.

Kegiatan ini diikuti oleh ribuan peserta dengan puncaknya adalah kebaktian dan kebangunan rohani di Stadion Karang Panjang Ambon selama tiga hari berturut-turut.

Juga, diisi dengan puji-pujian oleh 1000 peniup seruling tradisional dari seluruh kabupaten dan kotamadya yang ada di Maluku dan dihadiri oleh lebih dari 10.000 orang Maluku dari dalam dan luar negeri.


“Pasti ada rencana Tuhan ketika Injil pertama kali masuk ke Maluku,” tutup dia.

Hendrik Pattinama memberikan kata sambutan
Hendrik Pattinama memberikan kata sambutan

Cuci Otak

Sementara tokoh Maluku yang juga pakar hukum terkenal akan keberanian dan kekritisannya, Prof JE Sahetapy, menjelaskan secara singkat perihal masuknya Injil ke Maluku dengan merujuk dari buku sejarah yang ditulis orang Belanda.

Pertama kali yang datang ke Maluku itu, menurut Sahetapy, bukan Bangsa Belanda melainkan Bangsa Portugis dan Spanyol.

Karenanya, pada masa itu sebagian orang Maluku beragama Katolik.


Disusul kemudian kedatangan Belanda yang datang dengan cara tidak etis dengan mamaksa orang-orang Maluku menganut agama Protestan.

Sahetapy berpendapat jika mau dibangkitkan kembali kedatangan agama Protestan maka ada satu hal yang mesti diperhatikan orang-orang Ambon, terlebih khusus bagi para pelayan-pelayan firman.

“Hal apa itu?” tanya dia. Yakni, kata dia, seperti yang dikutip dari Filsuf asal Denamark, Soren Kiekergaard, yang mengatakan persoalannya menjadi orang Kristen adalah dimana acapkali hidup dalam ilusi hayalan.


“Karena itu, saya bersedia hadir untuk mencuci otak supaya mereka menjadi orang Kristen sejati,” tegas dia.

Sahetapy berharap orang-orang Maluku dapat hidup bersaudara kembali. Di Maluku itu ada kampung Islam dimana mereka menganggap bersaudara dengan orang-orang yang berada tinggal di Kampung Kristen.

“Nah, yang buat rusak itu adalah orang Jakarta yang punya kepentingan,” terang dia.

Ia tidak setuju manakala acapkali dikatakan bahwa orang-orang Ambon itu masih dikaitkan dengan keberadaan gerakan separatis RMS (Republik Maluku Selatan).


“Saya kira itu tidak betul,” ucap dia.

Sahetapy mencontohkan Johannes Latuharhary dan Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy yang berprofesi menjadi insinyur dan dokter turut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.

“RMS adalah hasil rekayasa dari penguasa. Demikian halnya naiknya bendera RMS itu juga hasil rekayasa, termasuk peristiwa Ambon 1999 yang menyebabkan banyak jatuh korban,” kata dia.

Dekan Fakultas Ekonomi Ukrida Jakarta, Dr Victor Nikijuluw menambahkan peringatan 410 tahun Api Injil di Maluku yang juga diadakan di Amerika bertujuan mengingatkan kembali orang Maluku yang tinggal di Amerika akan identitasnya agar tetap cinta pada tanah Maluku.


“Bagi orang-orang Maluku di Amerika yang jumlahnya berkisar 400 KK, peringatan seperti ini penuh makna,” tandas dia.***

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.