Pimpinan Gereja Injili Dunia Menolak Perkawinan Sejenis

Pimpinan Gereja Injili Dunia Menolak Perkawinan Sejenis
Sekretaris Jenderal World Evangelical Alliance (WEA), Bishop Efraim Tendero

Pimpinan World Evangelical Alliance (WEA) menolak dengan tegas perkawinan sejenis yang dilakukan oleh gereja. Apa sebab?

“Kami meyakini bahwa pernikahan itu hanya antara laki-laki dengan perempuan. Pun, pada mulanya Allah menciptakan Adam dan Hawa dalam bentuk laki-laki dan perempuan,” kata Sekretaris Jenderal World Evangelical Alliance (WEA), Bishop Efraim Tendero dalam jumpa pers jelang pembukaan Rapat Kerja Nasional Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) di Hotel Mercure, Sabang, Jakarta, Selasa, 9 Juni 2015.

“Kami menegaskan apa yang telah digariskan (dalam Alkitab). Kami menolak perkawinan sejenis,” tambah dia.


Kendati begitu, Tendero mengatakan bahwa Allah tetap mengekspresikan kasih-NYA kepada semua orang, termasuk kepada kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).

“Kasih Kristus itu berlaku untuk semua orang. Dimana keselamatan itu ada manakala kita mengakui Tuhan Yesus,” ujar dia.

World Evangelical Alliance (WEA) adalah suatu organisasi Kristen yang menjadi representatif bagi lebih dari 60 negara di seluruh dunia dengan jumlah 600 juta umat.


Menurut Tendero, WEA menjadi organisasi Kristen terbesar kedua di dunia setelah Katolik yang berjumlah 1,2 milyar umat. Diikuti World Council of Churches yang berada pada posisi ketiga.

Ia juga menjelaskan beberapa isu utama menjadi perhatian WEA. Diantaranya, isu pembangunan, penanggulangan bencana alam dan isu yang mewakili suara global kekristenan.

Lebih khusus lagi, menurut Tendero, WEA yang punya perwakilan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, peduli terhadap soal human traficking, kebebasan beragama, perubahan iklim dan perlindungan alam, keadilan dan perdamaian, pelucutan dari senjata nuklir.


“Isu keadilan menjadi penekanan utama untuk menyelamatkan banyak orang,” tegas dia.

Identitas Kaum Injili

Tendero lebih jauh menerangkan secara tradisional kaum Injili berakar dari protestan. Saat ini pergerakan Injili lebih banyak mengasosiasikan dengan pergerakan evangelical yakni memberitakan kabar baik.

Menurut Tendero ada lima ciri khas dari gerakan Injili. Pertama, pengakuan bahwa Firman Tuhan adalah Firman Tuhan itu sendiri. Kedua, mengakui doktrin Tritunggal.

Ketiga, mengakui soal keilahian Yesus dimana DIA seratus persen manusia dan seratus persen Tuhan. Keempat, mengakui keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus.


Kelima, memberitakan kabar baik sekaligus mendemonstrasikan dan mengintegrasikan kabar baik dengan isu-isu sosial dan keadilan.

“Siapa saja yang memiliki lima ciri tersebut maka kita anggap sebagai kaum injili,” urai dia.

Pada saat ini, Tendero mengakui salah satu tantangan terbesar yang dihadapi WEA adalah sekularisme dan humanisme. Di Eropa, humanisme tengah mengambil alih ruang publik.


“Ini juga tantangan bagi WEA dalam konteks memberitakan kabar baik,” tandas dia.

(AMBARITA)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.