OnlineKristen.com– Novalyn Olly Tuegeh, STh, MPd, meraih gelar Doktor Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Program Studi Doktor PAK Universitas Kristen Indonesia (UKI), di Aula Kampus Pascasarjana UKI, Salemba, Jakarta, Sabtu (30/3/2024).
Novalyn lulus dengan IPK 3,98 (predikat sangat memuaskan) dan menjadi Doktor ke-32 dari UKI dan lulusan ke-14 Program Studi Doktor PAK UKI.
Ia berhasil mempertahankan disertasinya dihadapan para dewan penguji yakni Prof Dr Dhaniswara K Harjono, SH, MH, MBA, (Ketua Sidang yang juga Rektor UKI), Prof Dr Ir Kaman Nainggolan, MS (Promotor), Prof Dr Thomas Pentury, MSi, Prof Dr H Encep Syarief Nurdin, SH, Drs, MPd, MSi, Dr Demsy Jura, STh, MA, MTh, MPd (Ko-Promotor I), Dr Dirk Roy Kolibu, MTh (Ko-Promotor II) dan Dr A Dan Kia, MTh.
Adapun judul disertasinya “Konstruksi Hermeneutik Kaum Injili Sebagai Metode Tafsir Untuk Meningkatkan Kemampuan Menafsir Dalam Pembelajaran PAK Bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia”.
Dalam sidang terbuka tersebut, Novalyn memaparkan latar belakang disertasinya. Menurutnya, Alkitab adalah perpustakaan kecil yang berisi banyak kitab yang ditulis oleh berbagai penulis.
Penulisan kitab itu membutuhkan waktu yang sangat panjang. Bahkan lebih dari 1000 tahun. Lebih lama sebelum kitab-kitab itu disatukan atau Kanonisasi Alkitab. Alkitab waktu itu tersebar dan belum disatukan sampai menjadi Alkitab.
“Alkitab adalah Firman Allah. Namun disatu sisi Alkitab adalah obyek tafsir bagi orang Kristen. Sebagai obyek tafsir maka penafsiran terhadap Alkitab adalah sebuah aktivitas yang sangat penting untuk memperoleh pemahaman yang objektif terhadap teks Alkitab tersebut. Maka dari itu diperlukan sebuah cara (metode) yang bisa dikatakan sebagai ilmu tafsir (hermeneutika),” jelasnya.
Dalam penafsiran Alkitab, lanjut Novalyn, ada beberapa hal yang bisa terjadi. Pertama, ketika menafsir Alkitab akan rentan terhadap anggapan penilaian subyektif. Karena setiap kali teks dibaca oleh pembaca maka akan terjadi apa yang disebut dengan interpretasi atau penafsiran terhadap teks tersebut.
“Hasil dari interpretasi seperti demikian sering kali diyakini benar meskipun hal tersebut bagi sebagian orang dianggap subjektif,” ujarnya.
Kedua, ada pandangan yang menganggap bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang harus dibaca tanpa melakukan interpretasi mendalam untuk memahaminya. Hal seperti demikian sangat lazim dilakukan dalam ritual gereja timur yang disebut dengan Lectio Divina.
Ketiga, realitas memperlihatkan bahwa terdapat berbagai aliran penafsiran yang mencoba melakukan pendekatan-pendekatan yang dianggap benar demi memperoleh penafsiran yang akurat terhadap teks Alkitab.
Keempat, ini yang sering terjadi eisegesis yakni memasukkan pendapat atau pemikiran pemahaman pembaca ke dalam teks yang sementara dibaca tanpa memakai konteks sejarah dan budaya.
“Disertasi ini ditulis dengan latar belakang yang keempat yang peneliti melihat sendiri dalam observasi awal terkait mahasiswa STT yang berada di Prodi S1 PAK di STT Global Glow. Ada beberapa kesalahan yang sering ditemukan dalam penafsiran Alkitab. Sebagai contoh melalaikan bahasa asli Alkitab (Perjanjian Lama Bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru Bahasa Yunani). Bahasa mengalami perkembangan, jadi tidak tepat jika penafsir abad sekarang menjelaskan Alkitab berdasarkan bahasa modernnya,” urai Novalyn.
“Kelima, mahasiswa menganggap bahwa Alkitab adalah cukup dipahami ketika sebelum membacanya didahului dengan doa dan puasa,” imbuhnya.
Keenam, pengaruh konteks sosial dan kultural kontemporer, mahasiswa dapat terpengaruh oleh pandangan dan nilai-nilai kontemporer, yang dapat mempengaruhi pemahaman mereka terhadap teks Alkitab.
Ketujuh, belum tersedianya panduan atau sebuah kerangka kerja hermeneutika yang jelas dan baku dengan sebuah pendekatan kaum Injili yang menghambat proses penafsiran yang benar terhadap teks Alkitab.
Novalyn membeberkan bahaya yang ditimbulkan oleh hasil penafsiran yang keliru akan mempengaruhi pemahaman seseorang yang secara langsung ikut mempengaruhi pertumbuhan rohaninya. Masalah teologi adalah masalah hermeneutik, dan masalah hermeneutik adalah masalah gereja itu sendiri.
“Hal ini memberikan sebuah pencerahan bahwa sebenarnya hermeneutika merupakan kunci utama untuk memahami teologi Kristen yang Alkitabiah. Artinya, teologi Kristen akan menyimpang jika sistem hermeneutika yang dipergunakan bukan didasarkan kepada prinsip hermeneutika yang biblika,” pungkasnya.
(Victor)
Be the first to comment