ONLINEKRISTEN.COM, JAKARTA – Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, dalam bidang, bentuk dan bobot yang berbeda-beda.
Bagaimana setiap orang memberi tafsir atau memaknai sebuah kegagalan, itu adalah seni tersendiri dan amat tergantung pada pribadi seseorang.
Orang-orang besar dibidangnya masing-masing bukanlah orang yang terus menerus sukses dan tiada pernah mengalami kegagalan.
Mereka pernah gagal, pernah jatuh, pernah bangkrut, pernah pailit bahkan usahanya gulung tikar.
Tetapi yang sangat menakjubkan dan membanggakan adalah bahwa mereka tidak pernah terbelenggu pada kegagalan itu.
Mereka tidak putus asa, mereka memahami bahwa kegagalan itu adalah awan hitam yang sebentar saja menghalangi mereka, satu saat langit akan kembali cerah dan mereka akan sukses.
Kegagalan tentu saja tidak hanya terjadi karena faktor internal, oleh faktor seseorang tapi bisa juga karena ada faktor eksternal, ada faktor luaran.
Faktor eksternal bisa saja itu faktor ekonomi, faktor politik atau berbagai faktor lainnya yang berkait erat dengan aktivitas kehidupan manusia.
Hanya memang berbeda-beda cara setiap orang merespon kegagalan itu. Sebagian orang menganggap bahwa kegagalan itu adalah petunjuk ia tidak pas atau tidak cocok dibidang itu.
Apalagi karena bidang itu bukan pilihannya sendiri. Ibunya yang bersikeras agar ia mengambil bidang itu karena di masa depan lulusan dari bidang itu amat dibutuhkan.
Namun ada juga orang yang menafsirkan bahwa kegagalan itu adalah cara Tuhan untuk menguji kesabarannya, menguji apakah ia punya komitmen kuat untuk belajar dari kegagalan itu dan mencoba lagi bangkit dengan semangat baru.
Para Guru kita dulu selalu memberi nasihat penguatan apabila kita gagal dalam arti nilai kita kurang bagus dalam ujian akhir untuk kenaikan kelas.
Mereka hampir selalu mengulang nasihat yang sama, yang terkadang dengan mengutip peribahasa.
Orangtua kita juga selalu memberi semangat kepada kita jika kita mengalami kegagalan dalam salah satu aspek kehidupan kita.
Orangtua kita selalu berhasil menyembunyikan raut wajah yang kecewa tatkala menerima laporan tentang kegagalan kita.
Disitulah sebenarnya letak kebesaran orangtua kita yaitu tatkala sebuah kesedihan, kekecewaan, mesti ditanggung sendiri oleh orangtua agar anak-anak yang masih muda tetap bersemangat untuk menatap masa depan dengan energi baru, tanpa harus terpukau oleh sedih kecewa dan duka yang menggores perih dada.
Kita berharap wawasan berfikir orangtua di zaman IT sekarang ini minimal pada hal yang disebut diatas tadi, tetap terjaga, tiada berubah.
Agama-agama selalu mengingatkan kita untuk kerja keras, ikhtiar, melakukan tugas dengan niat baik (nawaitu).
Ajaran agama yang demikian itu yang seharusnya menjadi ruh dan nafas kedirian manusia Indonesia yang beragama.
Thomas Alva Edison orang besar dalam sejarah peradaban manusia menyadarkan kita bahwa tidak ada kegagalan; yang terjadi adalah bahwa ada sekian ribu jalan/model yang belum bekerja optimal. Dan hal itu yang mesti dicari terus dan diupayakan.
Mari dengan nawaitu mengukir karya terbaik dipentas sejarah menerobos kegagalan yang mungkin menganga dipinggir-pinggir kehidupan.
Selamat berjuang. God bless
Weinata Sairin
Be the first to comment