Tapanuli Utara, OnlineKristen.com – Suasana sakral Rapat Pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang berlangsung khidmat di Seminarium Sipoholon (27–30 Oktober) ternyata diselimuti riak ketegangan yang muncul dari luar gerbang.
Di saat ribuan pendeta teguh menyuarakan seruan profetik terkait isu lingkungan dan keadilan sosial, terutama desakan penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL), sebuah aksi demonstrasi tandingan justru terjadi di kota Tarutung.
Aksi ini tidak hanya membela korporasi, tetapi juga menyuarakan tuntutan yang mengancam kepemimpinan gereja: “Ganti Ephorus.”
 
 
Dalam sebuah pernyataan tegas dan penuh kasih yang dirilis (31/10/2025) melalui akun facebook-nya pasca-rapat, Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, membuka tabir mengenai insiden yang berpotensi memecah belah komunitas Kristiani di Tanah Batak.
“Perlu kami sampaikan dengan jelas, tidak ada demonstrasi yang berlangsung di Kantor Pusat HKBP maupun di lokasi Rapat Pendeta di Seminarium Sipoholon. Aksi yang terjadi berlangsung di kota Tarutung. Aksi pendukung PT TPL ini bukan jemaat HKBP, meskipun mungkin ada warga HKBP di dalamnya. Warga yang juga kami hormati dan kasihi,” jelasnya.
Pernyataan Ephorus ini menggarisbawahi upaya sistematis untuk mengaburkan fakta dan mengalihkan fokus dari keputusan sinodal gereja yang berani menentang perusakan lingkungan, seperti yang telah disuarakan oleh lebih dari 2.000 pendeta HKBP dalam Rapat Pendeta.
 
 
Sosok Pendeta “Misterius” di Balik Aksi Provokasi
Puncak dari kontroversi ini adalah terungkapnya keterlibatan seorang tokoh rohani dari luar HKBP dalam demonstrasi tersebut.
Pdt. Dr. Victor Tinambunan menyoroti fakta kunci yang terekam dalam sejumlah foto dan video yang beredar: “Dari sejumlah foto dan video yang beredar, diketahui bahwa yang memimpin doa dalam aksi tersebut adalah seorang pendeta—namun kami tegaskan, beliau bukan Pendeta HKBP.“
Keterlibatan pendeta non-HKBP dalam aksi yang secara eksplisit menuntut pergantian pimpinan gereja lain (HKBP) menjadi alarm serius. 
 
 
Baca juga: 55 Tahun Pelayanan Dihapus Surat Rekomendasi, Kisah Kecurangan di Balik Konflik GPdI Ngadirejo
Ephorus HKBP memandangnya sebagai pelanggaran etika dan prinsip kesatuan Tubuh Kristus (denominasi gereja-gereja).
“Demi menjaga kesatuan denominasi gereja-gereja sebagai tubuh Kristus, kami dengan rendah hati mengimbau agar kita tidak mencampuri urusan internal gereja lain. Akan menjadi kekeliruan besar bila saya atau siapa pun dari HKBP turut dalam demonstrasi yang menyerukan pergantian pimpinan gereja lain, terlebih tanpa dasar yang benar,” tegas Pdt Victor Tinambunan.
Ephorus bahkan menyampaikan permohonan bantuan informasi untuk mengidentifikasi pendeta tersebut, bukan untuk menghakimi, melainkan untuk sebuah dialog pastoral yang penuh kasih. 
 
 
Baca juga: GPdI Ngadirejo DIREBUT Secara Terstruktur, Sistematis & Masif? Warisan Iman 55 Tahun Dikhianati?
“Saya ingin berbicara dengannya secara pribadi dan penuh kasih, agar semangat kebersamaan antar gereja tetap terpelihara—saling menopang untuk mewujudkan kehendak Tuhan,” ungkapnya.
Peringatan Keras bagi Pelayan HKBP
Situasi ini juga menjadi momen refleksi dan koreksi internal bagi para pelayan HKBP. Ephorus mengeluarkan peringatan pastoral yang tegas kepada seluruh pendeta di bawah kepemimpinannya:
“Kepada seluruh Pendeta HKBP, saya mengingatkan dengan kasih: jangan pernah melakukan tindakan serupa, apalagi dengan maksud tersembunyi untuk menarik anggota dari gereja lain. Biarlah pelayanan kita menjadi saksi kasih Kristus yang murni, bukan alat persaingan antar umat,” pungkasnya. 
 
 
Pesan ini menekankan kembali panggilan utama gereja, yaitu menjadi saksi kasih Kristus yang murni dan berjuang bagi keadilan, bukan menjadi arena persaingan denominasi atau terseret dalam kepentingan korporasi yang berseberangan dengan suara kenabian gereja.
Penghargaan khusus juga disampaikan kepada aparat keamanan: “Sangat mengapresiasi profesionalisme aparat Kepolisian Polres Tapanuli Utata yang menerima pemberitahuan kami bahwa Rapat Pendeta HKBP adalah bagian dari ibadah dan di negara ini ibadah tidak boleh diganggu.”
Dengan pernyataan ini, HKBP tidak hanya membela integritas lembaganya tetapi juga menegaskan kembali komitmennya untuk berdiri di atas kebenaran Injil, menjaga persatuan gereja-gereja, dan menyuarakan keadilan profetik, meskipun harus berhadapan dengan tekanan eksternal dari pihak-pihak berkepentingan.



















