Catatan Setahun PGLII: Mewartakan Injil, Bukan Menyenangkan Manusia

Catatan Setahun PGLII: Mewartakan Injil, Bukan Menyenangkan Manusia
Dari Kanan: Deddy Madong, Pdt Ronny Mandang, Pdt Freddy Soenyoto dan Pdt Freddy Situmorang

Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) menegaskan kaum Injili dipanggil untuk mewartakan Injil yang benar yang diterima dari para rasul. Bukan Injil lain yang ingin menyenangkan manusia.

Demikian salah satu butir catatan setahun aktivitas Pengurus Pusat PGLII yang dibacakan Sekretaris Umum PGLII, Pdt DR Freddy Soenyoto, dalam jumpa pers kepada awak wartawan di Restoran Rarampa, Jakarta, 23 Februari 2016.

Hadir pada saat itu Ketua Umum PGLII, Pdt DR Ronny Mandang, Ketua Bidang Hukum PGLII, Deddy Madong dan Sekretaris Humas PGLII Pdt Freddy Situmorang.


Lebih lanjut Pdt Freddy Soenyoto mengutip Kitab Galatia 1: 6-10 yang menegaskan bahwa Rasul Paulus sebanyak dua kali menyatakan “terkutuklah ia” kepada orang-orang yang memberitakan Injil lain, yang sebenarnya bukan injil seperti yang diwartakan para rasul.

Sejak terpilih memimpin pergerakan kaum Injili di tanah air pada Munas IX di Hotel Atria Banten, PP PGLII periode 2015-2019 telah melakukan berbagai kegiatan, yang merupakan pelaksanaan mandat munas yang diimplementasikan pada berbagai program kerja.

Program kerja PGLII dirumuskan pada rakernas yang diselenggarakan pada 9-11 Juni 2015 di Hotel Mercure Sabang, Jakarta.


Rakernas dihadiri dan diikuti oleh Majelis Pertimbangan (Maper), Pengurus Pusat (PP), Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah.

“Rakernas mengingatkan bahwa seluruh gerak dan aktivitas PGLII harus dilandasi dengan semangat yang muncul dari motto PGLII  yakni dipanggil untuk bersekutu dan memberitakan Injil,” tegas dia.

Nantinya, lanjut Pdt Freddy, seluruh elemen Injili bersama-sama secara berkesinambungan memelihara dan meningkatkan persekutuan kaum Injili Indonesia, tanpa lelah dan tanpa pamrih terus-menerus memberitakan Injil Yesus Kristus.


Rakernas kala itu dihadiri Sekjen World Evangelical Alliance (WEA) Rev. DR Efraim Tendero. Kehadirannya merupakan kunjungan kerja pertamanya sejak dilantik sebagai Sekjen WEA.

“WEA saat ini sudah menjadi salah satu wadah gereja yang paling besar, disamping Vatikan dan WCC,” jelas dia.

Peran penting Indonesia dari diundangnya PGLII oleh WEA yang bekerjasama dengan Billy Graham Training Centre dan International Evangelical Association (IEA) di North Carolina, Amerika.


Pertemuan tersebut dihadiri pembicara, antara lain, Rev. Billy Hawke, Rev Efraim Tendero dan Rev Willy Graham (cucu Rev Billy Graham).

Kunjungan kerja tersebut kemudian berlanjut ke Atlanta, Amerika Serikat.

Saat itu, PGLII diwakili Pdt Nus Reimas, Pdt DR Bambang Widjaja (Maper), Pdt Ronny Mandang, dan Pdt DR Freddy Soenyoto (PP).

Delegasi PGLII melakukan kunjungan kerja dari 27 Januari sampai dengan 4 Februari 2016.


Hasil dari kunjungan selama di Amerika Serikat akan ditindaklanjuti ke tingkat anggota PGLII.

Selain itu, lanjut Pdt Freddy, PGLII tetap berperan aktif dalam Forum Umat Kristiani Indonesia (FUKRI), wadah berhimpunnya KWI, PGI, PGLII, PGPI, PBI, Bala Keselamatan, Gereja Orthodox Indonesia dan Gereja Advent untuk membahas berbagai isu yang menyentuh kepentingan umat.

Diantaranya, isu keamanan hingga instrumen peraturan umat Kristen. Dalam setiap isu, PGLII senantiasa berperan aktif.

Ketegasan PGLII terlihat manakala terjadi peristiwa Tolikara.


Ditengah sorotan yang memojokkan Gereja Injili di Indonesia (GIDI), PGLII mengeluarkan pernyataan sikap yang menyesalkan peristiwa Tolikara dan tidak membenarkan atas nama apapun kekerasan yang mengganggu kerukunan umat beragama terjadi.

PGLII mengirimkan delegasi untuk mencari fakta langsung ke lokasi kejadian.

Mencermati latar belakang peristiwa yang terjadi, PGLII memberikan pernyataan resmi yang memandang peristiwa Tolikara merupakan peristiwa lokal yang tidak mencerminkan kerukunan umat beragama secara nasional.


PGLII prihatin karena peristiwa itu kegiatan shalat ied terganggu. PGLII simpatik mendalam atas jatuhnya korban 12 jemaat GIDI Tolikara dimana 11 orang luka-luka dan satu orang meninggal.

“Sebab itu, PGLII mendesak pihak yang berwajib untuk menegakkan hukum yang seadil-adilnya dan pemerintah mendalami akar masalah,” ujar dia.

Juga, PGLII menghendaki penyelesaian menyeluruh di Papua. Sikap tegas tersebut kemudian diserahkan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.


Pada bidang teologi, tambah Pdt Freddy, PGLII menyelenggarakan simposium nasional “Evangelical Perspective On Theological And Social Issues” di Kampus STTII Yogyakarta, pada tanggal 20-22 Januari 2016.

Guna menopang dinamisnya gerak PGLII, pada Februari 2016, sekretariat PGLII pindah ke Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

(VA-1)

 

 

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.