JAKARTA- Jelang Musyawarah Nasional (Munas) Persekutuan Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang akan berlangsung pada 24-27 Maret 2015, di Tangerang, Banten, Pdt Japarlin Marbun yang berduet dengan Pdt Yerry Tawaluyan mendeklarasikan diri untuk maju sebagai ketua umum dan sekretaris umum PGLII.
Mereka siap menerima tongkat estafet kepemimpinan PGLII dari Pdt Nus Reimas yang sudah dua periode berturut-turut memimpin PGLII.
“Kami berharap dalam kepemimpinan PGLII kedepan bisa memberikan sumbangan untuk kemajuan pelayanan gereja dan terlebih lagi untuk kebersamaan dan kesatuan tubuh Kristus,” ujar Pdt Japarlin Marbun mengawali pernyataannya dalam jumpa pers kepada awak media di Lapo Ondihon, Pramuka, Jakarta Timur, Kamis, 12 Februari 2015.
“Jika ini memang kehendak Tuhan, maka saya akan menjalankannya,” tambah Japarlin yang kini menjabat sebagai Ketum Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI).
Menanggapi pertanyaan soal posisinya yang masih memimpin GBI, Japarlin menjawab bahwa Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) tidak ada larangan untuk rangkap jabatan.
Pun, lanjut dia, dalam sejarahnya pimpinan Sinode GBI sebelumnya seperti Pdt Suhandoko dan Pdt Yakub Nahuway juga merangkap jabatan sebagai Ketua Umum PGPI (Persektuan Gereja-gereja Pantekosta di Indonesia).
“Artinya itu tidak jadi persoalan. Tergantung bagaimana kita manage-nya. Juga, saya telah mengkonsultasikan pencalonan sebagai ketum PGLII kepada Majelis Sinode GBI,” terang dia.
Lebih jauh Japarlin mengemukakan PGLII kedepan akan mengambil banyak peran dan jaringan serta memaksimalkan potensi dan kekuatan yang ada.
Dia juga mengomentari banyaknya gaya kepemimpinan di organisasi yang cenderung “one man show” dimana semua dikerjakan oleh hanya seorang ketua umum.
“Kedepan, gaya kepemimpinan one man show tidak ada lagi. Gaya kepimimpinan model ‘superman’ itu sudah mati dan mesti digantikan dengan gaya kepemimpinan superteam untuk memperkuat organisasi kedepan,” tegas dia.
Disamping itu, menurut Japarlin, di kekristenan, pada umumnya, banyak pemimpin hebat.
Namun yang susah ditemukan, kata dia, adalah seorang dirijen yang mampu mengatur semua flow (arus) kekuatan.
Sebab itu, dengan mengembangkan kepimimpinan yang berjejaring, diharapkan akan ditemukan dirijen yang bisa mengatur semuanya dan berjalan dalam sebuah harmoni.
“Dengan pola kerja berjejaring diharapkan akan muncul dirijen yang hebat yang dampaknya akan lebih besar untuk pembangunan bangsa dan masyarakat. Kami optimis bisa lakukan ini,” pungkas dia.
Peka Media
Sementara Ketua II PGLII, Pdt Yerry Tawaluyan mengutarakan PGLII selama ini sudah bagus dalam menjalankan perannya bagi gereja dan masyarakat.
“Begitupun jika Tuhan berkehendak dan kami dipercayakan rekan-rekan PGLII untuk menjadi driver PGLII, maka kami akan berikan yang terbaik dalam pelayanan kedepan,” jelas dia.
PGLII kedepan, menurut Yerry, mesti peka terhadap media. Dan gereja sangat memerlukan media oleh karena media membentuk opini masyarakat.
“PGLII kedepan harus media friendly dan mempergunakan media untuk pelayanan dalam rangka mengabarkan apa-apa saja yang telah dilakukan oleh pimpinan gereja untuk diketahui oleh para jemaat,” kata dia.
Selain itu, lanjut Yerry, PGLII kedepan harus lebih maksimal perannya dalam bermitra dengan pemerintah dan berguna bagi masyarakat.
“Jadi kemitraan itu penting sekali,” ujar dia.
Yerry menyatakan jika mereka dipercayakan untuk melayani dalam kepemimpinan PGLII kedepan, mereka sudah merencanakan untuk bertindak dan bergerak tidak hanya sebagai aras gereja saja akan tetapi dengan strategi baru.
Dia mencontohkan Jaringan Doa Nasional (JDN) yang punya strategi organisasi yang menekankan pada berjejaring.
“JDN tidak punya anggota tetap namun mengapa hingga kini eksis. Hal ini karena jaringan dan cara kerja JDN bukan cara kerja birokrasi organisasi tapi cara kerjanya seperti lsm. Jadi, kedepan kita akan lakukan strategi itu juga,” kata dia.
Yerry mengaku beberapa pengurus wilayah PGLII telah mendukung mereka. Namun dia enggan untuk menyebutkan pengurus wilayah PGLII yang telah mendukungnya.
“Pastinya kita sudah ketemu dengan mereka terkait pencalonan kami untuk kepemimpinan PGLII kedepan,” jelas dia.
Yerry yakin dengan pencalonan Japarlin dan dirinya untuk kepemimpinan PGLII nanti.
“Kami berharap dalam Munas di PGLII nanti, berdasarkan AD ART, bahwa setiap calon yang mau maju menjadi ketum, sekum dan ketua-ketua hendaknya mewakili sinode atau yayasan dan harus mendapatkan rekomendasi dari sinode atau yayasan pengutusnya. Juga yang menjabat ketum hendaknya di bawah umur 60 tahun,” tandas dia.
Yerry maju menjadi pimpinan PGLII sejak empat tahun lalu hingga saat ini dengan membawa nama Sinode GSPDI.
Turut hadir dalam jumpa pers tersebut yakni Ketua Majelis Pusat Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) Brigjen TNI (Purn) Harsanto Adi Soekamto dan Ketua Sinode GKRI Pdt Sajamudin Gumay.***(Victor)
Be the first to comment