Mau tidak mau, suka atau tidak suka, setiap orang termasuk generasi muda saat ini mesti adaptif dengan kesehariannya di era milineal. Pemuda mesti keluar dari zona nyaman dan berpikir out the box serta melakukan business not as usual.
Demikian diutarakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI), Dr Michael Wattimena dalam seminar bertajuk “Generasi Muda Kristen di Era Milineal” yang diadakan dalam rangka Perayaan Dies Natalis Ke-56 GAMKI di Gedung LAI, Salemba, Jakarta, Jumat, 27 April 2018. Hadir sebagai pembicara lainnya yakni Ari Widiatmoko SE (Praktisi IT), dan Pdt Sapta Siagian, MTh (Teolog).
“Era milineal, pemuda mesti keluar dari zona nyaman. (berpikir) out of the box. Sebab kalau kita masih melakukan sesuatu as business as usual, maka kita bisa tergilas dalam kondisi keseharian yang tidak akan menguntungkan. Kita harus lakukan business not as usual. Supaya kita bisa melakukan keseharian berbeda dengan yang lain,” tegas Michael yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini.
Sementara Praktisi IT, Ari Widiatmoko SE, mengatakan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta orang ini ternyata lebih dari 50 persen telah terhubung jaringan internet dimana mereka menggunakan gadget dalam kesehariannya.
Terlebih lagi para pemuda yang hidup di era milineal saat ini tidak lepas kesehariannya dengan menggunakan gadget yang terus mengalami perkembangan.
Melihat begitu cepatnya perkembangan teknologi ini, menurut Ari, banyak peluang bagi para pemuda untuk berkecimpung di bidang teknologi informasi.
“Penguasaan teknologi informasi bagi para pemuda saat ini menjadi begitu penting oleh karena banyak peluang yang bisa diciptakan terkait perkembangan teknologi yang makin masif dan inovatif,” imbuhnya.
Sedangkan Teolog muda, Pdt Sapta Siagaian MTh, dalam paparannya dari sudut pandang teologi, membeberkan banyaknya pemuda Kristen yang keluar dan meninggalkan gereja di era milineal ini.
“Mengapa mereka keluar? Karena kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi. Gereja masih melihat pemuda gereja dari sisi zaman X. Padahal mereka hidup pada zaman Y,” jelas jebolan Lemhanas ini.
Lebih lanjut Sapta menerangkan alasan mengapa generasi milineal jarang ke gereja.
“Karena banyak pendeta dan majelis yang masih berpikiran feodal. Pendeta dan majelis menganggap bahwa mereka yang paling benar dan hebat. Dan anak muda adalah yang salah. Sehingga mereka tidak ada komunikasi. Di zaman milineal ini, orang-orang yang berpikiran feodal, itu kelaut saja,” ujar dia.
Sapta mengamati gereja pun belum menjadi rumah bagi para pemuda milineal.
“Saya berharap agar gereja bisa dijadikan rumah bagi para pemuda milineal. Itu yang seharusnya dilakukan gereja,” pungkasnya.
Usai seminar, Perayaan Dies Natalis Ke-56 GAMKI (23 April 1962-2018) saat itu dilanjutkan dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt Nus Liur MTh (Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Oiukumene di Indonesia).
Dan diakhiri dengan Pidato Ketua Umum DPP GAMKI Dr Michael Wattimena dan penyalaan dan peniupan lilin kue HUT Ke-56 GAMKI.
(LG)
Be the first to comment