Meski ditengah wabah pandemi Virus Covid-19, Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Injili Indonesia Jakarta (STTIJA) akhirnya berhasil menyelesaikan studinya dan diwisuda.
Para mahasiswa ini kini berhak menyandang gelar Sarjana Pendidikan (SPd). Angkatan “Corona” A dan B, demikianlah para wisudawan STTIJA 2020 disebut. Acara wisuda digelar di Aula Kantor Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI), Kampung Makasar, Jakarta Timur, Senin, 30 November 2020.
Pendiri yang juga Ketua STTIJA, Willem Frans Ansanay, SH, MPd mengatakan proses wisuda hari ini tentu ada yang memulai, ada yang melaksanakan dan melanjutkan.
“Dan itu Alkitabiah. Kata Tuhan, ada yang memulai, ada yang menyiram, tetapi Tuhan yang menumbuhkan. Sejarah kelam yang pernah terjadi pada saya dan teman-teman itu juga merupakan catatan bahwa hanya Tuhan yang tahu apa yang dikerjakan oleh kita semua,” ujar dia.
Menurut Frans, STTIJA dalam menyiapkan para lulusannya telah berupaya semaksimal mungkin dengan menyiapkan kurikulum pendidikan berbasis KKNI.
“Dengan harapan para alumnus mampu bersaing dengan baik di dunia pendidikan. Yang menjadi tekanan utama yaitu setiap alumnus STTIJA adalah para individu yang mampu menyiapkan diri dan melihat peluang di daerah dimana mereka ditempatkan,” jelas dia.
Lebih jauh Frans mengutarakan STTIJA telah diberikan perpanjangan izin penyelenggaraan pendidikan dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 321 Tahun 2020, dan memiliki status Akreditasi Baik dengan SK BAN-PT Nomor 2673/SK/BAN-PT/AK-PKP/M/4/2020 untuk Program Studi Pendidikan Agama Kristen.
Dalam proses penataan program studi terus dilaksanakan STTIJA untuk mencapai standar ideal dengan status akreditasi yang lebih baik.
“Untuk menuju kepada hal-hal yang baik, STTIJA telah dan terus melakukan pembenahan. Baik sistem teknologi informasi dimana setiap kegiatannya punya jejak digital yang terkoneksi dengan dunia digital. Juga, sistem pembelajaran digital dan sumber-sumber pembelajaran digital, agar masing-masing mahasiswa punya akses yang tidak tidak terbatas dan kaya pada sumber-sumber pembelajaran Pendidikan Agama Kristen,” urai dia.
Kebebasan dalam mengakses informasi pendidikan, menurut Frans, diberikan sepenuhnya kepada civitas akademika STTIJA.
“Ilmu yang diserap dan diterapkan berupa kurikulum, dalam bentuk teori hanya 40 persen dan 60 persen bersifat aplikasi praktek yang berguna untuk meningkatkan kompetensi pendidikan dan pelayanan umat,” kata dia.
Frans membeberkan para alumnus STTIJA sepenuhnya telah terserap dunia kerja melalui kerjasama dengan Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI).
Dimana alumnus ini telah ditempatkan pada Sinode GKSI dengan bertugas sebagai pelayan-pelayan gereja yang memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran umat, baik rohani maupun pendidikan.
Selain kerjasama dengan Sinode GKSI, STTIJA juga kerjasama dengan UKI (Universitas Kristen Indonesia) dan STT Pokok Anggur Jakarta.
STTIJA pun menjadi anggota BMPTKKI, wadah yang dibentuk oleh Dirjen Bimas Kristen. Sementara dengan Lembaga Training dan Multiply Perwakilan Asia Pacific, STTIJA kerjasama untuk membangun jejaring komunikasi antar dan intra lembaga guna menambah kemampuan kompetensi civitas academica.
“Pada akhirnya saya sampaikan juga bahwa dalam proses civitas academica STTIJA telah dilaksanakan evaluasi oleh unit penjamin mutu internal (UPMI) yang bertugas untuk memberikan evaluasi dan langkah-langkah strategis meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya dengan mematenkan logo STT Injili Jakarta pada Kemenkumham RI. Jadi logo ini sudah milik STTIJA,” terang dia.
Lanjut Frans, STTIJA telah memiliki dua Kampus. Kampus A di Jalan kerja bakti nomor 15, Kelurahan Makassar, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur dengan luas tanah dan bangunan dan kira-kira mencapai 2000 meter. Dan kampus B di Boston Square. Pun, STTIJA memiliki dua asrama putri dan satu asrama putra di Perumahan Puri Ganda Asri Cibubur.
Selain itu, STTIJA memiliki 14 tenaga dosen yang berkompeten dibidangnya masing-masing. Dimana 5 orang memiliki gelar doktor, 3 orang kandidat Doktor, dan 6 orang bergelar magister serta tenaga pendidikan 4 orang bergelar sarjana.
“Selaku ketua dan atas nama Sekolah Tinggi Teologia Injili Jakarta, Saya mengucapkan selamat kepada anda semua dan kepada keluarga wisudawan yang tidak dapat berkumpul karena situasi pandemi Covid-19 ini. Sebab itulah saya berinisiatif untuk memberikan nama kepada angkatan ini sebagai Angkatan Corona A dan B. Sekali lagi, Selamat kepada angkatan Corona A dan B untuk wisuda 2020,” kata dia.
“Tetaplah menjaga nama baik diri sendiri, keluarga dan civitas STTIJA. Bukalah mata untuk meluaskan cakrawala sehingga dapat menangkap peluang dengan cermat. Sumbangsih saudara kepada STTIJA tetap kami harapkan. Karenanya, tetaplah menjalin hubungan dengan almamater saudara. Agar saudara memiliki andil yang berarti bagi kami, demi kemajuan almamater dan adik-adik tingkat saudara,” tambah dia.
Kepada para orangtua dan keluarga wisudawan dimana saja berada, Frans menyampaikan permohonan maaf lantaran situasi pandemi Covid 19 melarang dengan tegas kepada para calon wisudawan dan wisudawati untuk menghadirkan orang tua.
Frans juga berterima kasih atas kepercayaan para orang tua wisudawan yang telah berikan izin putra-putrinya untuk dididik di STT Injili Jakarta dengan harapan untuk terus membangun kerjasama bagi kemajuan STTIJA.
“Diakhir kata sambutan, saya ingin mengatakan bahwa kita ini telah ditebus mahal oleh darah Kristus. Kepada seluruh calon alumni wisudawan dan wisudawati, STTIJA juga telah membayar dengan mahal supaya saudara juga akan melakukan tugas-tugas seperti yang Tuhan sudah lakukan kepada umatnya dan terutama kepada kita sekalian,” kata dia.
“Karena itu dengan rasa bangga saya menyampaikan selamat kepada calon wisudawan dan wisudawati hari ini. Tuhan memberkati dan menolong saudara sekalian amin,” pungkas Frans.
Sementara Pembina Yayasan Kasih Setia Indonesia yang juga Ketua Sinode GKSI, Pendeta Marjiyo MTh,
mengutarakan wisuda hari ini dapat terjadi karena Tuhan telah memakai luar biasa ‘mutiara hitam’ yang menjadi berkat.
“Proses acara wisuda ini dapat terlaksana adalah kontribusi dan perjuangan dari sosok ‘mutiara hitam’ yang tidak lain adalah ketua STTIJA, Bapak Frans Ansanay,” ujar dia.
“Siang dan malam, beliau memikirkan dengan segala daya, upaya, dana dan doa sehingga adik-adik kami calon pemimpin masa depan ini dapat wisuda. Selamat dan sukses dimana pun anda Tuhan tempatkan,” pungkas Marjiyo.
Be the first to comment