Refleksi Awal Tahun 2025, Mencetak Generasi Berkarakter di Era Society 5.0

refleksi awal tahun
Refleksi Awal Tahun 2025 yang diinisiasi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Oikumene Sivitas Akademika (POSA), Jakarta, (17/1/2025).

OnlineKristen.com – Di sebuah ruangan auditorium Universitas Jayabaya yang berangsur dipenuhi semangat optimisme, derap langkah para mahasiswa, dosen, dan alumni memadati acara bertajuk Refleksi Awal Tahun 2025 yang diinisiasi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Oikumene Sivitas Akademika (POSA), Jakarta, (17/1/2025). 

Dalam hiruk pikuk era Society 5.0, saat Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) mengalir deras ke dalam relung kehidupan sehari-hari, acara ini menjadi oase reflektif yang memadukan cita-cita pendidikan dengan nilai-nilai luhur kebangsaan.

“Yang pertama-tama harus kita prioritaskan adalah mendidik sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memiliki daya saing kuat dan berkarakter mulia,” ujar Partogi Samosir, Ph.D., yang menjadi pembicara utama. 

Ucapannya menggema di aula, menyentuh akar persoalan yang seringkali diabaikan yakni pendidikan bukan hanya soal otak cerdas, tetapi juga hati yang bijak. 

Dengan gaya bicara tegas, Partogi mengatakan, “Perlunya Key Performance Index yang terukur untuk setiap lembaga pendidikan demi mencetak generasi emas.”

Di awal acara, Gloria Afiandari, sang Master of Ceremony, menghangatkan suasana sebelum Lekjon Sidauruk, Ketua UKM POSA, memberikan kata sambutannya. 

“Kami ingin bersaham, walaupun kecil tetapi nyata, dalam mendukung transformasi pendidikan tinggi sesuai visi Asta Cita Pemerintah Indonesia,” katanya dengan nada optimistis. 

Kalimatnya mengandung pesan besar, seolah membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang penuh niat.

Pendidikan yang Mengakar pada Karakter Mulia

Pendidikan tak semata tentang angka-angka di atas kertas. Dr. Vita Soemarno, pembicara yang juga Tenaga Profesional di Lemhannas, menyoroti pentingnya kualitas karakter. 

“Pilihan kita menentukan karakter kita,” ujarnya lugas. 

Dalam pidatonya, ia mengajak peserta untuk selalu memilih nilai-nilai positif seperti keadilan, kejujuran, dan pengendalian diri. Ia percaya, pendidikan tanpa karakter hanya akan melahirkan individu cerdas yang kosong secara moral.

Senada dengan itu, Pdt. Dr. Jusak F. Untung menekankan pentingnya sinergi antara pendidikan agama dan ilmu pengetahuan teknologi (iptek). 

“Kita harus membentuk mahasiswa dengan kecerdasan komprehensif, bukan hanya intelektual, tetapi juga mentalitas demokratik yang menghormati keberagaman,” katanya. 

Sebuah pernyataan yang mengingatkan bahwa harmoni antara iman dan ilmu adalah pondasi bangsa yang beradab.

Tantangan bagi Dosen dan Pendidikan Tinggi

Acara ini juga menjadi forum refleksi bagi para dosen. Dra. Ineke Ratna Sundari, alumni FISIP Jayabaya, menggarisbawahi perlunya metode pembelajaran berbasis proyek dan kasus. 

“Fokus penilaian harus melampaui kognitif. Kita perlu menanamkan keterampilan dan karakter,” katanya. 

Sementara itu, Dr. Tumbur Tobing menekankan bahwa seorang dosen di era society 5.0 harus mampu menjadi teladan, menghasilkan publikasi ilmiah populer, dan berpikir pedagogis. 

Ucapannya tak hanya menjadi pengingat, tetapi juga tantangan nyata bagi para pendidik untuk terus berkembang.

Dalam sesi tanya-jawab, Dra. Juni Samosir menyampaikan pandangannya mengenai pendidikan agama. 

“Pendidikan agama tidak boleh sekadar indoktrinasi iman. Ia harus membentuk perilaku yang menjalankan Firman Allah dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya. 

Pesan ini menyentil realitas pendidikan agama di Indonesia yang sering kali terjebak pada pengajaran dogma tanpa aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di tengah acara yang sarat gagasan, Dr. Vita Soemarno menghadirkan kejutan. Ia menggelar sesi ice breaking yang tak hanya memecah suasana kaku, tetapi juga melatih kreativitas peserta. 

Teka-teki dan yel-yel menggema di aula, membuktikan bahwa pembelajaran tak harus selalu formal. Antusiasme mahasiswa memuncak ketika Vita membagikan buku “Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang” karya Soemarno Soedarsono. Buku itu seolah menjadi oleh-oleh berharga yang akan terus menginspirasi para peserta.

Menanam Asa di Awal Tahun

John Reinhard Sihombing, dosen pembina UKM POSA, mengakhiri acara dengan pesan mendalam. 

“Bangsa Indonesia akan digjaya apabila seluruh warganya berkarakter mulia,” ucapnya mengutip pesan Bung Karno. 

Baginya, Refleksi Awal Tahun ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi langkah konkrit untuk membangun pendidikan tinggi yang lebih bermakna.

Ketika acara ditutup, aura optimisme terasa memenuhi ruangan. Di tengah era digital yang penuh tantangan, UKM POSA Universitas Jayabaya telah menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari hati yang tulus dan visi yang jelas. 

Mereka tidak hanya bicara tentang mimpi, tetapi juga langkah nyata menuju Indonesia yang lebih baik.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.