Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Pdt Dr Andreas Yewangoe menyatakan kekagumannya akan Penulis Buku Sejarah Penebusan, Pastor Abraham Park, DMin, DD, yang meskipun tidak pernah belajar teologi secara formal namun dia dapat menulis buku ini dengan begitu luar biasa.
“Dalam buku ini, saya mendapat kesan bahwa Pastor Abraham Park mampu merangkaikan dan menenun kedalaman ilmu disertai dengan ketingggian spritualitasnya,” ujar Pdt Andreas Yewangoe dalam jumpa pers menjelang peluncuran dan seminar Buku seri ke-5 “Sejarah Penebusan” di Integrity Convention Centre, MGK Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin, 13 April 2015 .
“Beliau juga pandai berbahasa Ibrani dan Yunani yang tidak pernah dipelajari secara formal. Ini luar biasa. Karena itu, dia sangat leluasa menelisik kemana-mana, khususnya teks-teks asli Alkitab,” tambah dia.
Buku Sejarah Penebusan kelima yang telah diterbitkan ini, menurut Yewangoe, sesungguhnya mencoba untuk mengeksplorasi silsilah yang bukan sekedar daftar kelahiran, akan tetapi juga banyak hal menarik dan dari perspektif Kristiani yang sesungguhnya menuju kepada Kristus.
Khusus peluncuran buku ini, ujar dia, Pastor Abraham Park bertolak dari setelah pembuangan ke Babilonia, yang juga penting sekali dalam penulisan buku ini seperti yang tertera dalam Kitab Perjanjian Lama.
Sebab ketika orang Israel berada di Babilonia, lanjut dia, mereka sebetulnya bertanya, “Kok kami bangsa pilihan namun kami ada disini. Mengapa terjadi seperti ini.”
Pada saat itulah, menurut Yewangoe, mereka sama sekali tidak kehilangan identitasnya. Mereka tetap memelihara identitasnya sebagai umat Allah dan sekaligus memperlihatkan visi kedepan.
“Visi dan identitas itu tidak hilang sekalipun berada dalam kesulitan. Sebagai orang Kristen, Pastor Abraham Park sesungguhnya mengajak kita agar jangan pernah kehilangan identitas apapun dan juga visi kedepan itu selalu jelas,” pungkas dia.
Jas Merah
Kekaguman serupa jika dikatakan oleh Ketua Majelis Pertimbangan PGLII, Pdt Dr Nus Reimas, yang mengemukakan bahwa meskipun Pastor Abraham Park tidak belajar secara formal, tapi bisa menulis semua sejarah mulai dari awal sampai pada penebusan Yesus Kristus.
“Satu hal menarik dan penting adalah dia menghabiskan waktu selama tiga tahun, enam bulan, tujuh hari untuk mencari hadirat Tuhan dengan berdoa dan merenungkan Alkitab di Gunung Jiri, Korea Selatan dengan hanya makan beras mentah yang direndam di dalam air hingga menjadi lunak,” tutur Pdt Nus Reimas.
Terkadang banyak orang belajar, menurut Nus Reimas, tetapi tidak belajar mencari hadirat Tuhan. Dia belajar pengetahuan tapi tidak punya hubungan pribadi dengan Tuhan.
Banyak orang hidup melayani, tambah dia, tanpa meninggalkan sebuah legasi. Lain halnya dengan Pastor Abraham Park yang telah meninggalkan sebuah legasi yang penting.
“Seri Buku kelima ini luar biasa. Ketika kita membaca Buku Sejarah Penebusan ini maka kita dapat mengerti secara gamblang sehingga kita benar-benar melihat sejarah penebusan secara utuh. Dan kita diajak untuk mengingat jas merah (jangan melupakan sejarah) seperti yang pernah diungkapkan Bung Karno. Karena dengan memahami sejarah maka kita mengerti untuk apa kita ada hari ini,” terang dia.
Nus Riemas sempat bertemu beberapa kali dengan Pastor Abraham Park. Dan salah satu menarik perhatiannya adalah Pastor Park merupakan pemimpin yang betul-betul langsung turun tangan memastikan segala sesuatu apakah sudah baik atau tidak seperti dalam mempersiapkan sebuah retret di Korea Selatan.
“Kita juga patut bersyukur dimana Yayasan Damai Sejahtera Utama dipakai menjadi berkat. Banyak sekali sekolah teologia di negeri ini sudah mengadopsi buku ini menjadi panduan dalam perkuliahan,” kata dia.
“Kita berdoa dan berharap lebih banyak lagi umat Kristiani di Indonesia semakin mengapresiasi karya Tuhan yang begitu panjang sehingga kita menerima anugerah dan keselamatan,” tandas dia.***
(VIC)
Be the first to comment