AGAMA-AGAMA CINTA ANAK

WEINATA SAIRIN
WEINATA SAIRIN

AGAMA-AGAMA CINTA ANAK

 

hari-hari seminggu ini dilimpahi dengan dirus hujan deras
yang membasahi bumi makin panas
hujan yang turun nyaris tiada henti
acap melahirkan
sikap ambivalensi
dalam diri banyak orang
di satu sisi hujan amat dubutuhkn agar tanam-tanaman segar dan hidup
pada sisi lain hujan mengusung pengalaman traumatik yang amat menyesakkan dada
tatkala hujan berujung pada banjir
yang merenggut jiwa anak, kaum lansia

seorang anak kecil dengan tubuh dilumuri silver
menghadang kendaraan di dekat lampu merah jatiunggul
mereka mengasongkan kaleng kecil
sambil mendendangkan lagu tanpa judul
memohon melas sumbangan uang
untuk menyambung hidup

ditempat lain di ibukota ini ada juga ibu-ibu paruh baya tanpa wardah apalagi lancome
menggendong bayi
sambil mengucap kata-kata lirih
memohon belaskasihan untuk kehidupan sang bayi
( ada juga info bahwa bayi itu disewa dari juragan pemasok bayi)

anak-anak usia sekolah sebelum
pandemi berkerumun
dan keluyuran di berbagai tempat
dengan bakat kleptomani
mengambil benda-benda di super market
dengan modus
seolah seorang pelanggan setia




kita semua mengasihi anak
agama-agama bahkan lokal wisdom nyaris memiliki pandangan standar
bahwa anak.itu bukan hanya buah cinta kasih seorang suami dan isteri
dalam sebuah lembaga perkawinan
anak itu kata tokoh-tokoh agama
adalah karunia Tuhan
amanah dari yang ilahi
yang mesti dirawat dengan penuh kasih dan tanggungjawab
anak takboleh diperlakukan sebagai instrumen ekonomi yang dijajakan di lampu merah untuk sekadar menangguk koin

dulu ada semacam pemeo
banyak anak banyak rezeki
maka membubunglah angka pertambahan jiwa di negeri ini
utamanya di wilayah-wilayah yang belum tersentuh kabel
maka datanglah pemerintah melalui bkkbn membuat iklan di tv,radio, iklan luar ruang : dua anak cukuplah!
maka angka pertambahan penduduk relatif terkendali

dalam kondisi apapun juga
adanya politik kependudukan yang acap berubah
warga bangsa kita tetap cinta anak, ramah anak dan sedia hidup mati demi anak
sesuai dengan perintah agama
memang harus dicatat ada juga terjadi kasus bayi yang dibuang di semak-semak atau dibunuh orangtua oleh karena masalah internal atau pengaruh kuat dari kisah-kisah lebay sinetron

cinta kasih orangtua kepada anak sejatinya terwujud karena itu adalah perintah agama dan sebagai titik kulminasi kasih sayang suami dan istri
itu sunatullah
bukan hanya ketentuan undang-undang
bahkan sosialita zaman pandemi mendemonstrasikan cinta kasih kepada jabang bayi sejak bayi didalam kandungan istrinya
foto-foto klise acap kita lihat di tv
suami mengusap dan mencium(i) perut isterinya
atau suami mengajak isterinya ke dubay, turki, labuan bajo, pangandaran, batu merah sebagai wujud cinta kasih kepada sang bayi.
bahkan yang lebih maju
suami dan isteri telah menyiapkan nama bayi agar pada saat bayi lahir tidak ada perdebatan keluarga seputar nama bayi
maka jadilah nama bayi dalam bahasa latin bercampur inggeris yang agak sulit dieja
karena takmuncul lagi kultur daerah asal sang bayi : pondok melati, kafemanu, pinrang ciranjang atau manapun

agama-agama sejak zaman baheula sudah cinta anak, concern kepada anak.
kita yang kini sedang berangkat uzur mengalami secara real realitas itu
orangtua kita misalnya menemani kita di sekolah minggu, mendongeng sebelum kita tidur
agama-agama sejak awal telah memberi dasar teologi yang kukuh dan legitim bagaimana orang tua, lembaga keagamaan, civil society dan institusi publik mengasihi anak
soal mendasar sekarang ini adalah bagaimana di era pandemi ini
sikap cinta anak, sayang anak, melindungi anak
diwujudkan dalam bentuk-bentuk program yang nyata!

Jakarta, 3 November 2021/pk. 4.08
Weinata Sairin

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.