Mahasiswa Teologia Ini Tak Takut Lagi Usai Kunjungan Dialog Langsung dengan Pihak Gereja Yesus Kristus dari OSZA 

OnlineKristen.Com – Gereja Yesus Kristus Dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (GYK OSZA) menyambut dengan hangat kunjungan sebanyak 13 mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta didamping Guru Besar bidang Sejarah Gereja di Indonesia, Pdt Prof Jan Sihar Aritonang, PhD, yang diadakan di Aula GYK OSZA, Jalan Sahardjo, Jakarta, 8 Oktober 2019. 

“Tujuan datangnya para mahasiswa ini adalah mempelajari gereja ini,” jelas Jan Sihar Aritonang kepada Wartawan OnlineKristen.Com. 




Lebih lanjut Jan Aritonang mengutarakan di STFT Jakarta, tempat dia mengajar, ada mata kuliah tentang aliran-aliran gereja.

“Kami tidak mau mempelajarinya dari pihak kami sendiri atau pihak ketiga. Kami mau belajar dari sumbernya langsung. Oleh karena itulah kami mengunjungi gereja ini (GYK OSZA),” tegas dia. 

Menurut Jan Aritonang, bukan hanya GYK OSZA saja yang mereka kunjungi.




“Dua minggu nanti kami juga akan mengunjungi Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa. Sebelumnya, Minggu lalu, Kami mengunjungi Bala Keselamatan. Ada sekitar 11 aliran di Jakarta yang bisa kami kunjungi. Namun tidak semua kita kunjungi,” kata dia. 

“Bahkan, kami juga mempelajari ajaran gereja setan. Tapi gereja setan sudah tidak ada di Jakarta. Kalau dulu pernah ada di kawasan Pondok Indah Jakarta. Tapi sudah tidak disitu lagi,” tambah dia.

Lebih jauh Jan Aritonang mengatakan, kunjungan ke gereja semacam ini telah dilakukan para mahasiswa kampus STFT Jakarta sejak tahun 1995.

Dan mata kuliah aliran-aliran gereja ini, menurutnya, bukan mata kuliah wajib namun pilihan. Tahun ini ada sekitar 13 mahasiswa yang ambil mata kuliah tersebut. Sebelumnya, sempat ada sekitar 20-an mahasiswa. 




“Saya berharap melalui kunjungan para mahasiswa STFT Jakarta ini, mereka semakin memperkaya wawasan, semakin menghargai, semakin terbuka untuk tidak cepat mencap bidat atau sesat. Tidak ada lagi relevansinya sekarang menggunakan istilah itu,” kata dia.

“Apalagi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang kini menjadi Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta ini tidak lagi didominasi ajaran gereja tertentu. Sekolah ini sadar bahwa sekolah adalah tempat belajar. Jadi tentang gereja setan pun dipelajari,” imbuh dia. 

Lebih lanjut, Jan Aritonang mengemukan tiap gereja harus punya doktrin. 




“Selain gereja mempertahankan doktrinnya, mereka juga mesti menghargai doktrin gereja lainnya. Ketika gereja saya punya doktrin bukan berarti hanya itulah (doktrin) yang paling benar. Sebab doktrin itu pun dirumuskan manusia kok. Dan, yang namanya pekerjaan manusia itu terbatas dalam banyak hal. Karena itu doktrin itu bisa berubah, bisa berkurang dan bertambah,” tandasnya. 

Humas GYK OSZA, Agus Kusumarmanto, mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa STFT Jakarta yang mau berkunjung, belajar dan bertanya langsung dari sumbernya terkait dengan gerejanya.

Kala itu, Agus Kusumarmanto didampingi, antara lain, oleh Handson Beresmen Limbong dan Christinu.




Agus Kusumarmanto menjelaskan pertemuan kala itu pun berlangsung penuh kehangatan dimana dimulai dan diakhiri dengan doa dan nyanyian pujian syukur bersama-sama. 

Setelah itu, Filipe Nainggolan, mahasiswa semester 5 STFT Jakarta, mempresentasikan tugas makalahnya sebanyak 10 halaman menyangkut aliran-aliran gereja, termasuk keberadaan GYK OSZA. 

Usai membacakan makalahnya, Filipe meminta koreksi dan klarifikasi apa yang benar dan tidak benar sesuai dengan ajaran gereja. 




Menurut Agus, koreksi saat itu tidak banyak. Lebih kepada redaksional saja. Dia mencontohkan, dalam makalah Filipe masih menyebutkan gereja ini adalah gereja mormon.

“Sekarang kita menyebut gereja kami dengan nama resmi Gereja Yesus Kristus Dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Bukan lagi dengan sebutan Gereja Mormon,” tegas dia. 

Juga, Agus mengklarifikasi terkait isu masih adanya penerapan pernikahan jamak (poligami) di gereja ini. 




“Kami menjelaskan bahwa dulu, sebelum 1890, memang ada pernikahan jamak tersebut dengan alasan khusus. Tapi sejak 1890, kita sudah stop. Kita tidak lagi melakukan praktek poligami ini,” imbuh dia.  

Juga, sempat didiskusikan tentang ajaran keselamatan bagi GYK OSZA. 

“Ajaran keselamatan untuk gereja ini (GYK OSZA) adalah ketika kita melakukan tata cara Injil, melalui pembaptisan yang dilakukan oleh para  misionaris. Sebab Tuhan Yesus yang tidak berdosa pun mesti dibaptis hanya untuk menggenapi Firman Tuhan,” urai dia. 




Selain itu, Agus juga memberikan penjelasan tentang hal lainnya seperti soal kenabian, kewahyuan dan doktrin Tri Tunggal.

Agus bersyukur manakala para mahasiswa mendapatkan pemahaman yang utuh tentang gereja yang masih saja dianggap bidat atau sesat.

“Tadi Filipe Nainggolan cerita bahwa dirinya yang tinggal disekitar GYK OSZA, merasa takut mendengar nama gereja ini oleh karena dia pikir aliran gereja ini bidat atau sesat. Puji syukur, dia kini tidak merasa takut lagi. Tidak seperti Filipe dengar dari luar, bahwa GYK OSZA tidak melakukakan pemaksaan dalam ajarannya,” pungkasnya.




Kepada OnlineKristen.Com, Filipe Nainggolan mengucapkan terima kasih kepada pihak GYK OSZA yang telah memberikan kesempatan untuk mempresentasikan makalahnya.

“Saya senang banyak tanggapan yang diberikan kepada saya. Membuat Saya lebih mengerti tentang GYK OSZA,” tandasnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.