MENTERI PARIWISATA MENGAJAK GEREJA DUKUNG BOPDT

MENTERI PARIWISATA MENGAJAK GEREJA DUKUNG BOPDT
Bakal Calon Ephorus dan Sekjen HKBP memaparkan tentang Pariwisata Danau Toba

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengajak semua stakeholder khususnya jemaat gereja di Sumatera Utara untuk terlibat dan mendukung pengembangan Pariwisata Kawasan Danau Toba.

Hal itu dikatakan Menteri Arief Yahya, dalam arahannya, pada acara Seminar “Peran Gereja mendukung Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT)” yang diadakan Jemaat HKBP Kebayoran Baru dalam rangka merayakan HUT Ke-65 gereja mereka, yang berlangsung di Gereja HKBP Kebayoran Baru, Jakarta, (28/5).

Menteri Arief melanjutkan pembangunan pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup laksana dua sisi mata uang, saling melengkapi dan dapat menjadi daya tarik pesona bagi wisatawan.


“Tepat bila diyakini, maka semakin dilestarikan semakin menyejahterakan,” ujar dia.

Ia menjelaskan dalam penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan nasional, pemerintah akan mengggunakan prinsip-prinsip kepariwisataan dengan berbasis budaya, masyarakat dan lingkungan.

“Sebab itu, pengembangan kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama berstandar internasional nantinya akan tetap menjaga kearifan lokal sekaligus mengembangkan local genius dan local contents,” jelas dia.


Menurut Arief, faktor penentu keberhasilan adalah mengubah single destination, multi management menjadi single destination, multi areas, single management.

“Karenanya, kedepan diperlukan Badan Otoritas Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Danau Toba yang lincah, gesit, flesksibel dan profesional,” tegas dia.

Dia membeberkan pengembangan wisata Danau Toba punya target yang tidak main-main. Diharapkan kunjungan wisman meningkat menjadi 1 juta orang pada tahun 2019 dengan devisa sebesar US$ 1 Miliar.


“Guna mewujudkan kawasan Wisata Danau Toba juga membutuhkan Investasi besar sekitar Rp. 20,06 Triliun yang terdiri dari Rp. 11,36 Triliun dari investasi pemerintah dan Rp. 9,7 Triliun dari investasi swasta (PMA/PMDN),” urai dia.

Arief mengutarakan dalam merealisasikan itu semua maka diperlukan percepatan Peraturan Presiden (Perpres) Badan Otorita DPN Danau Toba, akselarasi penyusunan perencanaan dan akselerasi pembangunan infrastruktur Zona Badan Otorita (baik yang otoritatif mampun koordinatif).

Arief menutup arahannya dengan mengatakan, “Lihatlah yang tak terlihat dengan cinta, dan buatlah menjadi terlihat dengan karya nyata atau See the unseen with love, and make it seen.”


Usai Menteri Arief Yahya memberikan arahannya, dilanjutkan dengan pemaparan para pendeta HKBP, yang telah mendeklarasikan diri untuk maju menjadi pimpinan HKBP periode 2016-2020, yakni Pdt. DR. Darwin Lumbantobing, Pdt. David F. Sibuea, DMin, Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh, Pdt. Saut Sirait, MTh, Pdt. DR. Robinson Butarbutar dan Pdt. DR. Martongo Sitinjak.

Juga, hadir panelis lainnya Pdt Paul Munthe dari GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) dan Nikolas Simanjuntak (Aktivis Dialog Lintas Agama dan Kultural). Mereka masing-masing memaparkan tentang peran gereja dalam mendukung BOPDT.

Pdt. DR. Darwin Tobing mengemukakan gereja wajib melestarikan dan mengembangkan praktek hidup bersama yang harmonis dengan semua ciptaan secara universal dan merealisasikannya dengan program lokal.


“Danau Toba merupakan titipan warisan untuk Batak masa lalu, kini dan masa depan. Melestarikannya berarti merealisasikan Firman Allah dalam kehidupan Batak secara konkrit,” terang dia.

Menurut Darwin, HKBP telah mengeluarkan Keputusan Rapat MPS, 22-24 Februari 2016, di Seminarium HKBP, Sipoholon yaitu “HKBP mendukung program Otorita Danau Toba, namun tetap kritis dan kontributif akan sikap teologis dan sesuai dengan kearifan adat/lokal dengan memberdayakan distrik-distrik yang ada di sekitar Danau Toba.”

Ia melanjutkan dalam pesan AP HKBP 2002 (Amandemen II) dinyatakan orientasi program yaitu pemberdayaan distrik sesuai situsi dan konteks masing-masing.


Ada delapan distrik HKBP di zona ke Danau Toba dan 11 distrik penyangga. “Karena itu, praeses dan pelayan fulltimer perlu memperoleh wawasan kepariwisataan,” ujar dia.

Partisipasi konkrit yang perlu dilakukan HKBP, lanjut Darwin, antara lain restorasi kehidupan keluarga dilanjutkan untuk sosialisasi destinasi wisata Danau Toba.

Pun, Pendidikan karakter kategorial (sekolah Minggu, remaja, naposobulung, ina, ama, lansia) dengan orientasi tujuan wisata domestik dan mancanegara.


“Dan warisan leluhur Danau Toba ini mesti dilestarikan dengan paham teologi, budaya sosial, ekonomi dan tujuan wisata,” pungkas dia.

Pdt David Sibuea, MTh, DMin, menjelaskan dalam mendukung BODPT, ada beberapa hal peran gereja sebagai tanggung jawab moral. Yakni, gereja sepatutnya merawat, melestarikan alam lingkungan danau Toba milik Tuhan yang asri, sehat dan indah sebagai pemberian atau anugerah Tuhan untuk generasi berikut.

Juga, lanjut David, gereja mesti membentuk karakter warga melalui sikap mental, nilai moral yang dimulai dari pengajaran anak-anak Sekolah Minggu, sidi remaja pemuda dan pendidikan baik informal maupun formal.


“Ini dapat dimulai dari keteladanan para pelayan partohonan-pelayan gereja dengan memiliki spiritualitas, etos kerja pelayan, kebersamaan dan kepedulian memperhatikan yang lemah dan miskin,” kata dia.

Lebih lanjut David mengatakan cara gereja membentuk karakter warga agar mempunyai etos kerja keras, rajin, disiplin dan keterampilan melalui kotbah, KKR, pembekalan, pembinaan dan pelatihan.

Gereja, kata dia, juga hendaknya membentuk budaya warga jemaat yang ramah, sopan, santun, jujur dan dipercaya atau terpercaya.


“Juga, budaya bersih bisa dimulai dari lokasi gereja dan rumah penduduk agar terciptanya suasana bersih, asri dan sehat,” kata dia.

David berharap gereja, pemerintah dan lsm tetap mengantisipasi dampak kemajuan secara tidak langsung akan ada pengaruhnya dari luar sana, semisal, materialisme, hedonisme, kehidupan pergaulan bebas, narkoba, AIDS dan LGBT.

“Salah satu cara yang dilakukan gereja adalah dengan melakukan Immunisasi spiritual berupa ibadah, doa, baca Firman Tuhan, dimulai dari basis keluarga dan instansi/lembaga pemerintah dan usaha,” ujar dia.


Pdt Ramlan Hutahaean mengatakan gereja perlu memperhatikan beberapa hal sebelum mengambil perannya dalam mendukung BOPDT.

“Gereja harus berdiri di atas kepentingan semua pihak, terutama dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Oleh sebab itu harus selalu menyuarakan suara kenabiannya,” tegas dia.

Ramlan tidak setuju jika gereja melibatkan diri dalam urusan-urusan teknis praktis. Menurutnya, gereja hendaknya menyusun program pembinaan yang fokus kepada pendewasaan iman dalam menghidupi pariwisata.


“Oleh karenanya, studi banding ke daerah-daerah yang mengalami dampak perubahan akibat pariwisata sangat tepat untuk dilakukan,” kata dia.

Terlebih lagi, tambah Ramlan, gereja sebaiknya mampu memberi gambaran apa yang akan terjadi akibat pariwisata kepada warganya, seperti semuanya dapat dibeli. Jika itu terjadi maka masih adakah yang tersisa dari milik kita yang tidak boleh dijual?

“Jangan karena mau seperti orang lain, akhirnya terjerumus kepada hal yang dilarang Tuhan. Kita mau seperti Monaco, ternyata gabe Manangko,” imbuh dia.


Pdt. Saut Sirait, MTh, menjabarkan pentingnya segera melakukan action plan untuk memperlengkapi para jemaat untuk sanggup dan tangguh mengantisipasi perubahan dan menumbuhkan kreasi-kreasi yang menarik bagi para wisatawan.

“Juga, melatih para jemaat untuk memanfaatkan the new digatal age untuk membentuk dan menjalin hubungan serta membentuk komunitas baru bagi penginjilan dan wisata. Jadi wisata ini merupakan momentum untuk penginjilan bagi kita,” urai dia

Guna mendampingi BODPT, Saut mengusulkan agar HKBP bersama denominasi gereja lain hendaknya membentuk badan kerja sama (BKS) wisata lintas gereja. Pun, HKBP hendaknya memproduksi buku kecil story telling untuk mempromosikan wisata Danau Toba.


“Gereja juga hendaknya ambil bagian dalam mengubah perilaku yang tulus, seperasaan, jujur, cinta, kerjasama, saling memperhatikan, dipercaya, dan komitmen,” kata dia.

Pdt. Dr. Robinson Butarbutar mengatakan gereja punya peran khusus mendukung BODPT melalui pembangunan karakter warga gereja yang memiliki penatalayanan yang baik terhadap lingkungan mereka.

“Pembangunan serius ‘manusia baru’ dari warga gereja dibidang disiplin hidup, pemahaman bahwa tubuh orang-orang percaya itu adalah bait Allah yang Kudus,” kata dia, “Juga, pembangunan ‘life skill’ dibidang pertanian, perdagangan, pariwisata, bahasa, seni dan budaya.”


Dalam rangka peningkatan budaya melayani, lanjut Robinson, maka amat penting untuk pembangunan kehidupan yang bersih, dalam dan luar.

“Selain itu, membenahi diri untuk mampu membangun ibadah yang “welcoming” dan memberitakan Injil verbal maupun aksi nyata secara baik, yaitu dengan mengikuti cara Yesus yang lemah lembut dan yang tidak memaksakan pihak lain,” tegas dia.

Khusus HKBP, menurut dia, semua langkah tersebut di atas harus diputuskan bersama ditingkat sinodal dan dilaksanakan bersinergi di seluruh distrik di ketujuh kabupaten, bekerja sama dengan pihak-pihak yang dapat membantu HKBP melakukannya.


“Semua pelayan HKBP harus berperan sebagai pendoa dan pendamping warganya dalam mempersiapkan gelombang besar wisatawan,” kata dia.

Rencana pemerintah menjadikan Danau Toba sebagai pusat wisata pertama dari kesepuluh pusat wisata lain sehingga setara dengan Bali, menurut Robinson, merupakan berkat dan jawaban terhadap doa yang panjang oleh masyarakat di sekitar Danau Toba.

“Peran gereja mendukung program tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pemfokusan ulang kegiatan-kegiatan core bisnis gereja-gereja Tuhan di dunia ini,” pungkas dia.


Pdt Dr Martongo Sitinjak menyambut baik kedatangan BODPT dengan membangun karakter masyarakat.

“Beberapa karakter yang mesti dibenahi masyarakat adalah kasih, jujur, peduli, hormat, setara dan melayani,” kata dia.

Juga, tambah dia, menjadikan budaya lokal sebagai bagian dari budaya global, meningkatkan ekonomi kreatif rakyat dan membangun karakter masyarakat pariwisata.


Martongo berpendapat kehadiran BODPT menjadi momen penting untuk dikelola secara bersama oleh pemerintah, gerja dan semua elemen masyarakat.

“Cita-cita luhur meningkatkan kualitas manusia Indonesia hebat mulai menyentuh masyarakat Tapanuli dengan titik fokus Danau Toba. Marilah bergandengan tangan dengan budaya marsiruppa atau gotong royong mewujudkan partisipasi semua untuk kepentingan semua,” tandas dia.

(R1)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.