KOTBAH PENAHBISAN WEINATA SAIRIN SEBAGAI PENDETA GKP DI GKP CIMAHI 47 TAHUN YANG LALU (7-11-1974)

Weinata Sairin
Weinata Sairin

KOTBAH PENAHBISAN WEINATA SAIRIN SEBAGAI PENDETA GKP DI GKP CIMAHI 47 TAHUN YANG LALU (7-11-1974)

 

Jemaat yang berbahagia.

Pernahkah dalam kehidupan saudara di tengah-tengah masyarakat, saudara mendengar ungkapan ini: Siapa yang merangkul pemuda, ia merangkul masa depan. Atau mungkin juga saudara pernah mendengar orang berkata seperti ini: Pemuda adalah tulang punggung Negara.

Apapun dan bagaimana pun bunyi ungkapan-ungkapan yang berbincang tentang pemuda, tetapi yang jelas dari dalamnya terpantul dan tersimpul suatu maksud tertentu.

Ungkapan-ungkapan itu kesemuanya mau berkata kepada kita bahwa pemuda orang-orang yang berusia muda punya peranan yang cukup penting bahkan menentukan dalam derap pembangunan suatu bangsa.

Bahwa pemuda orang-orang yang berusia muda punya tugas dan tanggung jawab yang besar dalam masyarakatnya ke arah masa depan yang lebih baik. Dan peranan yang dimiliki oleh kaum muda itu memang tidak perlu begitu mencengangkan kita; sebab dalam diri kaum muda ada beberapa ciri yang menonjol:

Pemuda adalah orang yang penuh dengan kreasi dan daya cipta.
Pemuda adalah orang yang penuh dengan keberanian tanpa menghitung-hitung resiko. (kita kenal semboyan kau muda: Pukul dahulu, urusan belakangan.)
Pemuda adalah orang terbuka terhadap hal-hal yang baru dan mau mencobakannya.

Ciri-ciri inilah sebenarnya yang merupakan identitas, merupakan wajah pemuda! Mengingat bahwa kaum muda itu punya corak dan warna sendiri dibanding dengan generasi yang lain, maka pengelolaan terhadap pemuda dan perhatian terhadap mereka lebih digalakkan, baik di desa-desa, kota, dalam skope daerah maupun nasional.

Baca juga: Refleksi Pdt (Em) Weinata Sairin, MTh Pada Ibadah Awal Minggu Kerja Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI



Di desa-desa misalnya, para pemuda diorganisir melalui kegiatan olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya, walaupun sering kali kegiatan itu baru berlangsung pada musim-musim pesta 17 Agustus.

Di kota-kota para pemuda diberikan fasilitas yang sesuai dengan minat mereka: Ada pusat rekreasi khusus, di mana kreatifitas pemuda bisa dikembangkan.

Saya kira, Kongres Komite Nasional Pemuda Indonesia yang baru saja berlangsung belum lama ini, juga tak bisa dipisahkan dari kerangka ini, yaitu bahwa pemuda-pemuda diberi perhatian khusus! Ya, pendek kata dalam ruang lingkup daerah maupun nasional, kaum muda mendapat perhatian yang penuh!

Jemaat yang berbahagia.

Di pihak lain, usia muda tidak jarang merupakan hambatan untuk mengembang tugas/jabatan tertentu. Sebab berdasarkan pada ciri yang menonjol yang dimiliki kaum muda, orang-orang menjadi tidak percaya memberikan jabatan/tugas pada orang muda.

Dalam pemilihan pengurus suatu organisasi misalnya, seringkali para pemilih tidak memilih seseorang berdasarkan kemampuannya, tetapi justru berdasarkan pada ketuaannya, pada usia yang tua.

Sehingga sering terjadi ada orang-orang muda yang sebenarnya mampu untuk menduduki jabatan tertentu tidak terpilih, orang yang tidak mampu dalam fisik dan cara berpikir malah yang terpilih, bahkan secara aklamasi.

Yah, memang kadang-kadang ada juga orang yang berusia muda yang berhasil menjadi pemimpin suatu organisasi, tetapi resikonya adalah pola kepemimpinan yang ia tempuh lebih banyak dicela dan dikritik daripada dibimbing dan diarahkan.

Tidak usah jauh-jauh, dalam soal rapat saja, kadang-kadang orang yang lebih tua yang kaya akan pengalaman, tak mau hadir jika diundang oleh orang yang lebih mudah. Kalaupun mau datang, paling-paling hanya mem-veto saja: Ah, itu tidak bisa, menurut pengalaman saya!

JEMAAT, dari titik ini kita boleh mendapatkan suatu gambaran, bahwa usia muda banyak kali menempatkan seseorang pada posisi yang sulit, yang tidak memungkinkan dia menduduki jabatan tertentu, baik dalam bidang gerejani maupun non gerejani.

Baca juga: BERJALAN DI JALAN TUHAN



Jemaat yang berbahagia.

Ketika Yeremia mendapat panggilan Allah untuk menjadi nabi di tengah-tengah bangsanya, Yeremia agak tawar-menawar dengan Allah. Ia sebenarnya ingin menolak panggilan itu. Yang menjadi dasar penolakan itu:

Bukan karena ia menyenangi profesi yang lain
Bukan juga karena ia lebih merindukan untuk berfoya-foya dalam hidup ini.

Dasar penolakan Yeremia justru sebab ia masih muda! Ah, Tuhan Allah, sesungguhnya aku tidak pandai bicara, sebab aku ini masih muda (ayat 6).

Kemudian Yeremia membuat ia tidak merasa layak untuk memberi respons yang positif terhadap panggilan Allah. Di sini kita melihat dengan jelas,bahwa usia yang muda sering kali menghadirkan semacam hambatan untuk menerima suatu tugas tertentu.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Kondisi rohaniah umat Israel tatkala Yeremia dipanggil dalam tugas kenabiannya memang kondisi yang tidak begitu baik. Umat Tuhan sudah tidak lagi hidup dalam ketaatan terhadap firman Allah. Mereka hidup semaunya, sekehendak hatinya.

Mereka memang rajin beribadah, rajin berbakti, tetapi semua peribadahan mereka tak lebih dari sekadar formalitas belaka, sekedar basa-basi dan bukan didukung oleh penghayatan yang dalam akan anugerah Allah yang telah mereka kecup dalam jalur kehidupannya.

Persoalan yang muncul di zaman Yeremia adalah persoalan yang setiap kali berulang dalam sejarah Israel selaku umat Tuhan. Israel selalu mengganti Allah dengan ilah lain. Allah yang dulu telah membebaskan mereka dari perhambaan, dari dunia yang gelap, justru mereka dikhianati.

Baca juga: PEMIMPIN YANG MELAYANI : PEMIMPIN SEJATI



Pandangan-pandangan yang telah mapan, telah berakar dalam hidup umat saat itu, adalah tugas Yeremia untuk merombaknya. Ia harus merombak konsep-konsep lama dan mengarahkan Israel kembali ke dalam ikatan dengan Allah. Sehingga dengan demikian, keterpilihan Israel sebagai umat Tuhan akan benar-benar nampak: Bahwa melalui Israel, bangsa-bangsa akan mengenyam kasih Allah.

Tugas ini memang tugas yang tidak ringan. Sebab Yeremia akan berhadapan dengan orang-orang yang lebih tua, yang lebih kaya akan pengalaman, dengan pola-pola pemikiran yang telah mapan, yang telah merasa paling benar dengan pandangannya sendiri. Itulah sebabnya, Yeremia menolak panggilan Allah. Ia merasa belum siap, ia merasa tidak layak, ia merasa tidak mampu, sebab: usianya masih muda!

Jemaat Tuhan

Panggilan Tuhan ternyata melampaui pemikiran manusiawi. Panggilan Tuhan berlangsung di luar persyaratan-persyaratan tertentu. Yeremia nan muda, yang merasa tidak layak, yang merasa tidak mampu untuk mengemban tugas kenabian di tengah-tengah bangsanya dengan konsep pemikiran yang telah berakar, toh tetap Tuhan gunakan.

Ia diberi mandat oleh Allah tidak saja untuk membinasakan dan merobohkan, tetapi juga untuk membangun dan menanam. Dalam suatu pergumulan yang terus-menerus membahana, antara tugas-panggilannya dan kehendak pribadinya.

Sekali ia mengutuki hari kelahirannya sendiri, ia menyesali Allah yang memanggil dia. Tapi di atas semua itu ia telah berhasil dalam mengarahkan umat kepada persekutuan kembali dengan Allah. Melalui Yeremia nan muda, umat Tuhan mengalami pembinaan dan penataan kembali. Itu semua terjadi karena Yeremia berserah sepenuhnya kepada Tuhan.

Jemaat yang berbahagia

Pada hari ini di tengah-tengah kita ditahbiskan seorang pendeta. Seseorang yang muda dalam usia, seseorang yang muda dalam pengalaman. Ia mungkin kaya akan segala kreatifitas, ia mungkin punya semangat yang tinggi untuk mengadakan percobaan-percobaan baru dalam bentuk pelayanan; tapi yang tak boleh dilupakan adalah, bahwa sebagai orang muda ia miskin akan pengalaman.

Baca juga: KASIH TUHAN KONSTAN DAN TERUS BERTAHAN



Dalam memanggil seorang pendeta seringkali jemaat telah dibayangi oleh setumpuk idealisme tentang pendeta: Pendeta harus begini, harus begitu, pendeta harus melakukan yang ini, pendeta harus mampu melakukan yang begitu. Jika hal itu tidak terpenuhi, ada semacam suara sumbang yang terdengar tentang sang pendeta.

Pendeta, walau bagaimana pun adalah seorang manusia. Sama seperti saudara-saudara. Ia punya kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan tertentu, di samping kelebihannya.

Memanggil seorang pendeta berarti, tidak hanya mau menyadap kebolehannya, kemampuannya, tetapi juga mau menerima segala kelemahannya, menerima ia dengan seluruh keberadaannya.

Kekurangan dan kelemahan yang ditemui, baiklah itu diisi oleh saudara-saudara, yang mungkin lebih kaya akan pengalaman. Baru dalam arti itulah, ikatan kerja yang telah kita setujui bersama mendapat arti yang sebenarnya.

Saudara-saudara

Maukah saudara-saudara mengayun langkah bersama-sama untuk membina dan menata kembali jemaat ini? Maukah saudara-saudara menderapkan langkah bersama, menyongsong Jemaat yang utuh dan penuh di masa depan? Amin

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.