
ONLINEKRISTEN.COM – Masalah intoleransi saat ini cukup mendesak untuk ditangani. Seperti kasus yang terjadi di Yogyakarta. Dimana seorang seniman, bernama Slamet Jumiarto, ditolak tinggal di Dusun Karet, Bantul, Yogyakarta. Apa alasannya? Karena dia seorang Non Muslim. Ini menunjukkan kasus sudah mencapai level kelurahan.
“Ini artinya mengancam keamanan warga secara individual,” ujar Wakil Ketua Umum DPP PIKI, Theofransus Litaay, SH, LLM, PhD di Jakarta, Selasa, 3 April 2019.
“Masalahnya ada kelompok intoleran yang merasa mendapat angin dari elite politik yang memanfaatkan kelompok tersebut sebagai alat penggalangan dukungan massa dalam kampanye. Bahkan, ada juga partai politik yang mewadahi pandangan intoleran,” imbuh dia.
Menurut Theo, demikian dia akrab disapa, selama 10 tahun kelompok-kelompok ini memasuki berbagai level kehidupan dan institusi hingga dalam birokrasi, khususnya di daerah. Puncaknya dalam momen Pilkada DKI lalu (Ahok-Djarot VS Anies-Sandi)
“Sesudah lahirnya Perppu Ormas barulah agak berkurang. Namun, kemudian dengan pilpres ini kembali dijadikan sebagai ajang kampanye kelompok intoleran juga. Dimana bendera-bendera dan simbolisasi muncul di panggung politik tanpa klarifikasi memadai dari elite politik,” ujar dia.
“Jadi sekarang saatnya elite politik menegaskan bahwa mereka bukan bagian dari ideologi intoleran dan harus tegas melarang munculnya simbol intoleransi di panggung kampanye,” pungkas dia.
(OK)
Be the first to comment