
OnlineKristen.com – Bilangan Research Center (BRC) menggelar Webinar bertajuk “Peta Pertumbuhan Umat Kristen di Indonesia Tahun 2019-2023: Naik atau Turunkah?”, Selasa, (4/2/2025).
Webinar ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah ruang refleksi, tempat para pemikir, pemimpin gereja, dan praktisi misi berkumpul untuk membaca denyut nadi umat Kristen Indonesia.
Ketua BRC, Handi Irawan D, MBA, Mcom, membuka diskusi dengan pertanyaan mendasar: “Apakah jumlah umat Kristen di Indonesia naik atau turun?” Pertanyaan ini, meski terkesan sederhana, menyimpan kompleksitas yang dalam.
Data yang disajikan BRC menunjukkan tren yang menggelitik: jumlah umat Kristen memang meningkat, tetapi persentasenya justru menurun. Dari 7,6% pada tahun 2019, persentase umat Kristen turun menjadi 7,41% pada tahun 2023.
“Ini bukan sekadar angka. Ini tentang bagaimana gereja, sekolah Kristen, dan lembaga misi harus menyikapi tantangan ini,” ujar Handi dengan nada serius.
Tren yang Mengkhawatirkan
Data BRC menunjukkan bahwa pertumbuhan umat Kristen Indonesia melambat dalam lima tahun terakhir. Jika pada era 2000-2010 pertumbuhan mencapai 39,8%, pada periode 2020-2023 pertumbuhan hanya sekitar 0,8% per tahun.
Handi menyoroti beberapa faktor penyebabnya, antara lain tingkat natalitas yang lebih rendah di kalangan keluarga Kristen dibandingkan dengan keluarga Muslim.
“Keluarga Kristen cenderung lebih berhasil dalam program keluarga berencana. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi gereja,” ujar Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen (MPK) ini.
Selain itu, konversi agama juga menjadi faktor penting. Meski ada konversi positif—di mana orang non-Kristen memutuskan menjadi Kristen—namun jumlahnya tidak cukup untuk menutupi penurunan persentase umat Kristen.
Handi mencontohkan, banyak sekolah Kristen seperti Sekolah Penabur yang berhasil menarik minat siswa non-Kristen. Namun, dampaknya belum signifikan secara nasional.
Peta Persebaran yang Beragam
Persebaran umat Kristen di Indonesia juga menunjukkan pola yang menarik. Provinsi seperti Sulawesi Utara dan Papua masih menjadi kantong utama umat Kristen, dengan persentase di atas 50%.
Namun, di Jawa, persentase umat Kristen hanya sekitar 1,6%-1,8%. Sementara itu, Bali justru mencatat kenaikan persentase umat Kristen, diduga karena migrasi dan dinamika sosial yang unik.
“Di Bali, banyak orang Kristen yang datang untuk bekerja atau sekolah. Ini mempengaruhi persentase umat Kristen di sana,” jelas Handi yang juga CEO Frontier ini.
Namun, provinsi seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku justru mengalami penurunan persentase. Handi menduga, hal ini terkait dengan migrasi penduduk ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali.
Implikasi bagi Gereja dan Lembaga Misi
Temuan BRC ini bukan sekadar data statistik. Ini adalah panggilan untuk bertindak. Handi menekankan perlunya gereja dan lembaga misi untuk lebih kreatif dalam menjangkau generasi muda.
“Kita perlu membangun pondasi iman yang kuat sejak dini, terutama di kalangan anak-anak dan remaja,” ujarnya.
Selain itu, kolaborasi antar lembaga misi juga menjadi kunci. “Kita perlu memetakan wilayah-wilayah yang masih minim jangkauan pelayanan. Jangan sampai terjadi tumpang tindih dalam pelayanan,” tambahnya.
Handi juga mengingatkan pentingnya peran sekolah Kristen. “Sekolah Kristen bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang untuk membentuk karakter dan iman siswa. Ini adalah ladang misi yang potensial,” tegasnya.
Webinar ini ditutup dengan harapan. Handi mengajak semua pihak untuk tidak terjebak dalam kekhawatiran, tetapi melihat tantangan ini sebagai peluang.
“Kita punya tugas besar: bagaimana memastikan gereja-gereja di Indonesia tetap relevan dan bertumbuh,” ujarnya.
Data BRC mungkin menunjukkan tren yang kurang menggembirakan, tetapi ini bukan akhir dari cerita. Ini adalah awal dari babak baru, di mana gereja, sekolah Kristen, dan lembaga misi dipanggil untuk bekerja lebih keras, lebih cerdas, dan lebih penuh kasih.
Seperti kata Handi, “Ini bukan tentang angka, tetapi tentang jiwa-jiwa yang perlu dijangkau. Mari kita terus bergerak, untuk kemuliaan Tuhan.”
Be the first to comment