Penutupan Sidang Sinode GKSI, PGI: Bangun Rekonsiliasi dan Persatuan

“Sesunggguhnya, ini mengajarkan kita untuk datang merendahkan diri. Agar dengan pengharapan dan cinta kasih dari Kristus itu, kita dapat membangun sukacita dan perdamaian dengan semua pihak. Membangun Rekonsiliasi dan Persatuan dengan semua orang,”

Penutupan Sidang Sinode GKSI, PGI: Bangun Rekonsiliasi dan Persatuan
Penutupan Sidang Sinode GKSI, PGI: Bangun Rekonsiliasi dan Persatuan

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt Gomar Gultom mengucapkan selamat atas terselenggaranya Sidang Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) dan Pentahbisan Ketum Sinode GKSI terpilih Pdt Marjiyo serta HUT Ke-32 GKSI.

“Selamat atas terselenggaranya Sidang Sinode GKSI dan selamat juga kepada Pendeta Marjiyo yang dipercayakan kembali sebagai Ketum Sinode GKSI, serta selamat HUT Ke-32 GKSI. Tuhan memberkati. Mohon maaf, saya tidak bisa hadir secara ragawi karena kita sedang berada ditengah-tengah pandemi Covid,” kata Pdt Gomar Gultom yang memberikan kata sambutan secara virtual dalam acara Penutupan Sidang Sinode GKSI dan Pentahbisan Ketum Sinode GKSI serta HUT Ke-32 GKSI yang dipusatkan di Jalan Kerja Bakti, Kampung Makassar, Jakarta, Sabtu, 21 November 2020.

Pdt Gomar merasa gembira manakala melihat makin bersatunya gereja-gereja di Indonesia karena dilatarbelakangi interdenominasi gereja. Sebagai pertanda gerakan Oikumene semakin mengakar.

“Namun pada saat yang sama terjadi arus balik. Dimana konflik-konflik gereja secara eksternal juga makin mengemuka. Gereja-gereja rentan dengan konflik. Karena perbedaan-perbedaan seperti yang dialami dalam tubuh kita sendiri, gereja GKSI,” beber dia.

Terkait dengan ini, Gomar mengutip pendapat seorang konselor dari Australia, “Setiap orang menghendaki agar kebenaran berpihak padanya. Yang belum pasti adalah apakah dia mau berpihak kepada kebenaran.”


Baca juga:

Sidang Sinode Ke-5 GKSI Tetap Rekomendasi Rekonsiliasi

Juga, lanjut Gomar, ada juga yang mengungkapkan bahwa dalam setiap pengelompokan, semua pihak, tanpa terkecuali, telah ikut menyumbang dalam memperkeruh kehidupan bersama.

“Dan celakanya, semua pihak selalu mengedepankan kebenarannya, tanpa berupaya berpikir bahwa di pihak yang lain juga ada unsur kebenaran. Pada saat yang sama juga ada kelemahan-kelemahan yang terjadi,” urai dia.

Dalam suasana demikian, Gomar mengajak semua pihak, seperti yang diungkapkannya pada pada pembukaan Rakernas GKSI versi Pdt Matheus Mangentang melalui rekaman video: “Hanya dengan kesediaan untuk mengoreksi diri dan keberanian berkorban, termasuk mengorbankan ideologi dan filosofi yang membangun sekat-sekat diantara kita, memungkinkan kita bersatu. Dan memungkinkan kita tiba pada pengakuan bahwa kita semua adalah hamba-hamba Tuhan. Pelayan Bait Allah.”

Lebih lanjut Gomar mengatakan tak lama lagi gereja-gereja akan memasuki masa Minggu Adven. Dalam tradisi gereja, jelas dia, Adven adalah sebuah peziarahan dalam mempersiapkan diri menyambut kehadiran Kristus, dengan Harapan, Cinta, Sukacita dan Perdamaian.

“Sesunggguhnya, ini mengajarkan kita untuk datang merendahkan diri. Agar dengan pengharapan dan cinta kasih dari Kristus itu, kita dapat membangun sukacita dan perdamaian dengan semua pihak. Membangun Rekonsiliasi dan Persatuan dengan semua orang,” ucap dia.


Baca juga:

Sinode GKSI Pimpinan Pendeta Marjiyo Patenkan Logo GKSI Sejak 2016

“Terlebih lagi gereja-gereja di Indonesia menaruh harapan besar pada keutuhan gereja-gereja di Indonesia, termasuk penyatuan GKSI agar kita mampu mengemban tugas pelayanan yang dari waktu ke waktu yang makin berat,” imbuh Gomar.

Meski begitu, Gomar menyadari beban berat yang dihadapi oleh Pimpinan GKSI. “Apalagi masalah pelik ini belum ada titik temu. Bukan tak mungkin muncul pertanyaan, bagaimana mungkin kami mampu menghadapi ini semua,” ujar dia.

Itu juga, lanjut Gomar, pertanyaan murid-murid, tatkala mereka merasa ditinggalkan oleh Yesus. Ketika itu Yesus tertangkap di Taman Getsemani.

Disitulah Petrus menyangkali mengenal Yesus. Juga, Yudas mengkhianati-Nya dan menjual Yesus. Murid lain pun ada disana. Mereka ketakutan dan lupa akan pengenalan akan Yesus, sehingga mereka berkata: “Aku akan kembali menjadi penjala ikan.”

Hopeless. Semuanya bagaikan mimpi, semuanya seperti mission impossible,” jelas Gomar, “Dan tantangan kita kini begitu berat. Tantangan internal belum selesai, belum lagi masalah pandemi yang bisa saja membuat kita menyerah.”


Baca juga:

Solusi Rekonsiliasi bagi GKSI

Lebih lanjut Gomar mengutarakan, dalam Kisah Para Rasul tercatat, pada hari pencurahan, Petrus yang tadinya ketakutan dan menyangkali Yesus, dan murid lain yang tadinya sudah putus asa, tiba-tiba bangkit semangat mereka. Dengan penuh keberanian, mereka tampil di muka umum, bahkan di hadapan Mahkamah Agama. Mereka berlomba untuk tidak takut lagi. Pertanyaannya, dari mana semangat dan keberanian itu datang?

“Itu karena mereka dicurahi Roh Kudus. Dengan mengandalkan kuat kuasa Roh Kudus, saya juga yakin pimpinan GKSI sekarang Pak Marjiyo dan Pak Frans Ansanay di Majelis Tinggi dan kawan kawan akan mampu menghadapi masa-masa sulit ini dengan baik. Itu doa dan harapan saya. Sesuai tema ‘Akulah yang awal dan akhir’, Providentia dei, Allah yang senantiasa hadir menyertai kita dari awal sampai akhir. Dan kuasa Roh Kudus itu juga lah yang kita andalkan untuk mempersatukan kembali GKSI. Semuanya terjadi hanya demi kemuliaan nama Tuhan dan berkat bagi sesama,” tandasnya.

(VICTOR)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.