Sidang Sinode Ke-5 GKSI Tetap Rekomendasi Rekonsiliasi

Sidang Sinode Ke-5 GKSI Tetap Rekomendasi Rekonsiliasi
Sidang Sinode Ke-5 GKSI Tetap Rekomendasi Rekonsiliasi

Sidang Sinode Ke-5 Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) bertekad meneruskan rekomendasi rekonsiliasi yang telah dimulai sejak tahun 2014.

“Sidang Sinode kali ini juga, kita akan melahirkan rekomendasi rekonsiliasi,” tegas Ketua Majelis Tinggi Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI), Frans Ansanay dalam jumpa pers bersama para wartawan, saat pembukaan Sidang Sinode Ke-5 GKSI di Jakarta, Rabu, 18 November 2020.

Sidang Sinode Ke-5 GKSI yang berlangsung secara virtual zoom dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 ini dipusatkan di Jakarta, 18-19 November 2020.

Adapun tema Sidang Sinode Ke-5 GKSI: “Akulah Alfa dan Omega” (Wahyu 21:6). Dan subtema: “Menjadi Jemaat GKSI yang mandiri, peduli, berintegritas dalam kesederhanaan pelayanan untuk mewujudkan jemaat otonom yang dewasa dalam daya dan dana.”

Sidang Sinode Ke-5 GKSI dilakukan secara Virtual Zoom
Sidang Sinode Ke-5 GKSI dilakukan secara Virtual Zoom

Lebih jauh Frans Ansanay menjelaskan beberapa agenda yang akan dilakukan dalam Sidang Sinode Ke-5 GKSI.

Pertama, mengevaluasi program yang sudah berjalan. Lalu, mengevaluasi AD ART yang kelak menghasilkan rekomendasi arah GKSI kedepan seperti apa.


Baca juga:

Solusi Rekonsiliasi bagi GKSI

“Kita mau membahas dan membuat AD ART yang sesuai dengan kondisi fakta terkini keberadaan gereja. Tidak mengawang-awang diatas, tapi realistis agar mudah dijalankan,” ucap Frans.

“Sebab itu, kita akan mengarah kepada semangat otonomi gereja lokal dengan dasarnya pengabaran Injil dengan kesiapan daya dan dana dari jemaat-jemaat lokal sebagai target Sidang Sinode kali ini,” tambah dia.

Berikutnya, lanjut Frans, akan ada rekomendasi yang meneruskan Keputusan Rakernas GKSI tahun 2014 yakni: “GKSI harus berdamai”.

Frans membeberkan akan ada evaluasi perjalanan gereja sampai Sidang Istimewa GKSI dengan titik tekannya adalah rekonsiliasi. Juga, sampai Sidang Sinode 2015 di Bogor dengan keputusan rekomendasinya adalah rekonsiliasi. Pun, Rapimnas GKSI dimana seluruh unsur pimpinan gereja hadir di Wisma Remaja PGI, keputusan rekomendasinya adalah rekonsiliasi. Lalu, Rakernas GKSI yang terakhir, rekomendasinya rekonsiliasi.

“Sidang Sinode kali ini juga akan melahirkan rekomendasi rekonsiliasi,” kata dia.


Baca juga:

HUT Ke-17 PERWAMKI, Frans Ansanay: Wartawan Mesti Kritis dan Berani Beritakan Kebenaran Serta Tetap Berimbang

Kata Frans, Gereja GKSI yang secara hukum keabsahannya dipegang oleh gereja ini, tetap membuka diri kepada teman-teman yang masih bergentayangan dan berkeliaran diluar untuk rekonsiliasi.

“Karena rekonsiliasi itu lebih baik dan damai itu indah,” ujar dia.

“Catatan saya, dalam hal rekonsiliasi, kita tidak sedikit pun berpikir tentang aset atau apapun yang disuarakan secara sumbang dari pihak sana,” tegas dia.

Frans memaparkan Sinode GKSI dengan keadaannya yang cukup, mampu berjalan dalam waktu lima tahun. Dan perkembangannya cukup spektakuler.

Dimana kini GKSI punya aula sendiri yang sangat memadai. Bahkan, punya Sekolah Tinggi Teologi Injili Jakarta yang menyiapkan hamba-hamba Tuhan.


Baca juga:

SAA Ke-35 PGI Bahas Isu Krusial ‘Agama dan Warga Negara yang Terpinggirkan Pada Kepemimpinan Baru Indonesia’

“Sehingga adanya pernyataan meragukan yang pernah diungkapkan bahwa dalam waktu 4 tahun GKSI akan mati, itu menjadi sirna,” urai dia.

Menurut Frans, hal ini membuktikan, mengutip pesan Rasul Orang papua Geisler: “Kalau kita bekerja dengan jujur, adil, benar dan terutama Takut akan Tuhan maka kita akan melewati tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain.”

“Karena itu, kita disini tidak bergantung kepada orang kaya, kita tidak bergantung kepada sponsor, kita tidak tergantung memperdagangkan orang miskin untuk mendapatkan uang daripada para ‘toke’. GKSI kita bersandar kepada Kristus Sang Kepala Gereja sehingga kita tidak takut membangun gereja sebagaimana Amanat Agung Tuhan Yesus,” imbuh dia.

Frans memaparkan tema Sinode GKSI kali ini dipilih untuk memberikan gambaran bahwa permulaan dan akhir pondasi gereja ini adalah Yesus Kristus.

“Kita ingin menegaskan gereja (GKSI) ini, Kepala-nya adalah Kristus. Kita tidak bisa menggeser kepemimpinan Kristus dalam gereja. Apalagi jika mengikuti perkembangan GKSI mulai dari dinamika internal GKSI dari tahun 2014 hingga saat ini,” kata dia.


Baca juga:

Soal RUU Larangan Minuman Beralkohol, PGI: Di Arab dibebaskan, di Indonesia malah mau dilarang 

Frans menambahkan hingga kini ada lebih dari tiga calon Ketua Umum Sinode GKSI yang akan maju meneruskan regenerasi kepemimpinan di GKSI.

“Sudah ada lebih dari 3 orang yang akan maju. Ada 3 orang secara vulgar menyatakan maju. Dan ada 2 orang lagi yang masih ‘malu-malu kucing’ untuk maju. Mudah-mudah besok semua calon ketum sudah berani mendaftar,” tandasnya.

Hak Paten dan Logo GKSI

Sementara Ketum Sinode GKSI periode 2015-2020, Pdt Marjiyo mengutarakan lima tahun kepemimpinannya sampai hari ini merupakan mukjizat besar. Ditambah lagi senior-senior tidak melepaskan begitu saja periodisasi kepemimpinan di GKSI.

Marjiyo agak heran di Sinode GKSI yang dipimpinnya ini, biasanya jika ada orang yang punya duit dan korban duit bakal menjadi pimpinan.


Baca juga:

PGI: Hentikan Praktik Diskriminasi dan Intoleransi di Singkil

“Disini ada orang yang sudah berkorban hampir 7 M (milyar), tapi beliau hanya posisi sebagai pengarah, memberikan jalan keluar (problem solver) dan mendorong yang terbaik Sinode GKSI,” kata dia.

Marjiyo merasakan mukjizat manakala dalam kepemimpinannya sudah melahirkan hak paten logo dan nama GKSI secara resmi dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

“Dimasa kepemimpinan saya juga sudah lahir, dari Kemenkumham, hak paten logo dan nama (GKSI). Itu berarti secara administratif dan misi ada peningkatan walaupun tidak maksimal, namun bagi saya ini mukjizat,” pungkasnya.

(VICTOR)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses