Jakarta, ONLINEKRISTEN.COM – Menjadi pemimpin itu ternyata tidaklah mudah dan sederhana, apalagi pemimpin formal dalam sebuah lembaga baik lembaga swasta maupun pemerintah. Rekrutmen tenaga pada kapasitas pimpinan membutuhkan begitu banyak kriteria.
Selain soal usia, latar belakang pendidikan, kemampuan bekerja dalam tim dan kemampuan bekerja dibawah ‘tekanan’ ada juga test kesehatan dan test psikologi untuk memastikan tentang kesehatan yang prima dari calon dan kematangan (maturity) psikologis calon pemimpin.
Ada kriteria standar, namun bagi pimpinan pada level dan bidang tugas tertentu kriteria standar biasanya dielaborasi lagi dengan beberapa unsur yang berkaitan erat dengan suatu bidang tugas.
Di zaman sekarang rekrutmen juga ada yang menggunakan sistem lelang jabatan, yang diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sistem rekrutmen, kriteria yang ketat kesemuanya dimaksudkan agar pemimpin dan atau pegawai yang diterima di sebuah lembaga itu benar-benar memiliki kualifikasi yang andal dan mampu memajukan institusi.
Pemimpin pada semua level atau aras, pada lembaga/institusi apapun secara teoritis memiliki tugas dan fungsi (tusi) yang standar yaitu bagaimana membawa dan mengarahkan lembaga yang ia pimpin mewujudkan visi dan misinya dengan optimal.
Gaya kepemimpinan mana yang diterapkan itu amat tergantung pada visi kepemimpinan sang pemimpin, pada corporate culture yang dimiliki oleh lembaga/korporasi itu dan pada aspek-aspek lain yang menyekitari lembaga tersebut.
Ada pemimpin yang mengembangkan gaya otoriter dalam kepemimpinannya. Ia selalu memberikan instruksi tanpa lelah, ia tidak memberi ruang pada pendapat yang diberikan oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Ada juga pemimpin yang amat ‘demokratis’, ia mengikuti saja apa kemauan orang banyak tanpa ada sikap kritis. Bahkan jika ada masalah ia cenderung lepas tangan dan bahkan menciptakan kambing hitam.
Ada pemimpin yang mengembangkan sikap melayanidalam kepemimpinannya. Dalam menerjemahkan kata ‘melayani’ itu sang pemimpin memberikan secara penuh tenaga dan pikirannya (all out) demi kemaslahatan dan kelancaran tugas orang-orang yang ia pimpin.
Dengan jargon melayani dan bukan dilayani para pemimpin dari jenis ini memang berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya.
Hari ini awan duka hitam legam menggantung di langit negeri tercinta. Tanggal 16 Maret pkl. 06.15 Tuhan YME memangggil hambaNya yang setia KH HASYIM MUZADI sesudah menderita sakit beberapa lama di Malang. Indonesia Berduka.
Seluruh warga bangsa menundukkan kepala dengan duka mengoyak dada. Kyai Hasyim, putra terbaik bangsa, bukan hanya milik warga NU, bukan hanya milik umat Islam, ia milik seluruh warga bangsa.
Pak Kyai yang lahir di Tuban 8 Agustus 1944 dengan jabatan terakhir Anggota Dewan Pertimbangan Presiden per Januari 2015 adalah seorang pemimpin sejati, yang memimpin dengan hati, dengan keteladanan, dengan cinta kasih meluap bagi seluruh warga bangsa yang majemuk.
Dalam kurun waktu masa pelayanan di PGI beberapa kali berkesempatan berdialog dengan Pak Kyai menghadirkan suasana teduh dalam hati.
Beliau selalu menampilkan sikap respek terhadap agama-agama, sikap yang menghargai kebhinekaan, sikap yang mengayomi dengan diksi elegan, terukur, selalu membantu mencari solusi untuk menembus berbagai kebuntuan. Suara yang khas yang kadang diselipkan high joke memberikan suasana spesifik, yang mengalirkan aroma harmoni.
Kita semua, sungguh, kehilangan seorang tokoh panutan, yang mendedikasikan seluruh kediriannya bagi tumbuhnya kehidupan rukun diantara umat beragama di Indonesia. Kyai Hasyim telah menjalani sebuah perjalanan panjang, ia telah mengukir karya terbaik bagi seluruh warga bangsa. Ia telah mencapai garis finish, dan ia telah mengakhiri ziarah panjang dengan husnul khotimah (berakhir dengan baik)
Ungkapan Sun Tzu yang dikutip dibagian awal tulisan ini memberi inspirasi yang.menarik. Memimpin dengan teladan dan bukan dengan kekuatan.
Almarhum KH Hasyim Muzadi telah memberi teladan prima bagi kita seluruh warga bangsa. Upaya merawat kemajemukan, memperkuat NKRI, memantapkan kerukunan antar umat adalah agenda urgen kita kedepan sebagai salah satu bentuk penghormatan tethadap figur guru bangsa : KH Hasyim Muzadi.
Selamat Berjuang. God bless.
Weinata Sairin.
Be the first to comment