Jakarta, ONLINEKRISTEN.COM – Dalam kehidupan umat manusia, kata, words memiliki posisi yang amat penting dan strategis. Kata, mempertautkan manusia yang satu dengan manusia lainnya.
Kata memacu tumbuhnya persaudaraan sejati yang menafikan ikatan-ikatan primordial. Namun kata tak jarang memicu konflik antar warga yang muaranya adalah perseteruan abadi yang sangat kontra produktif.
Orang menuangkan pemikirannya lewat kata, memarahi anak buah dengan kata, berdebat dengan kata, menebar janji dalam panggung kampanye dengan kata. Seluruh aktivitas kehidupan manusia dipentas sejarah, di kekinian dunia diwujudkan dalam kata.
Oleh karena kata sangat fungsional kedudukannya dalam kehidupan manusia maka memahami makna kata, memilih kata yang tepat, kapan dan dimana sebuah kata di ucapkan, menjadi amat urgen.
Dalam pengalaman empirik, sebuah kata, memiliki energi dan power tertentu. Energi dan power itu amat berkaitan dengan aspek politik dan memiliki keterhubungan dengan siapa yang menggunakan kata itu. Di zaman orde baru, kata-kata “diamankan”memiliki energi dan power yang bisa menakutkan bagi sebagian orang.
Kata “diamankan” pada zaman itu adalah sebuah tindakan penangkapan terhadap seseorang yang sikap, perkataan dan perbuatannya dianggap menentang politik pemerintah.
Pada saat ramai ada tindakan pemerintah yaitu “penembakan misterius” yang ditujukan kepada penjahat/recidivis, dikenal kata-kata “di sukabumikan”.
Di sukabumikan, artinya orang-orang yang di dor lewat “program penembakan misterius” itu dibawa ke kota Sukabumi untuk di kuburkan disana.
Kata, words memang bisa menjadi alat politik dan kekuasaan. Tetapi kata juga bisa menjadi medium untuk menebarkan nilai-nilai luhur, nilai cinta kasih, nilai yang memantapkan harmoni dan rukun dalam sebuah masyarakat yang majemuk.
Dalam sebuah masyarakat yang memiliki ke majemukan multi dimensi, maka pemilihan diksi untuk sebuah pidato diruang publik harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Para pejabat publik dalam pidato di ruang publik sebaiknya mengacu kepada naskah/dokumen standar yang bersifat nasional dan menghindarkan penggunaan istilah khusus suatu agama yang pengertiannya belum diakomodasi dalam KBBI. Dengan cara itu kemungkinan tafsir yang tidak tepat terhadap suatu istilah agama bisa dihindarkan.
Kata-kata sebagai alat komunikasi digunakan oleh banyak orang dari berbagai latar-bekang : pejabat, politisi, penyair; the man on the street.
Bahasa harus memperkukuh ikatan silaturahim, harus menumbuhkan sikap apresiatif, harus merajut kemajemukan. Bahasa tak boleh menceraiberaikan kesatuan kita. Kita belajar dari orang bijak yang hemat dalam kata tapi kaya dalam kebajikan.
Selamat berjuang. God bless.
Weinata Sairin.
Be the first to comment