OnlineKristen.com | Allah yang dalam Perjanjian Lama (PL) dialami dan dikenal sebagai Allah yang bertindak proaktif dalam peristiwa pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir, adalah Allah yang setia dan Allah yang mengasihi.
Allahlah yang telah menetapkan Israel sebagai umat pilihan, yang melalui mereka bangsa-bangsa lain akan mengenal Allah Israel dan sekaligus percaya kepadaNya.
Allah menetapkan strategi agar Israel sebagai umat pilihan tetap genuine dan steril dari pengaruh dunia sekuler dengan daya tariknya yang amat luar biasa pada waktu itu.
Baca Juga: Renungan Natal Nasional 2019, Ignatius Suharyo: Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang
Strategi itu antara lain dengan menetapkan berbagai hukum dan peraturan yang akan menolong umat untuk survive dan tidak kehilangan identitasnya.
Ada Dekalog, 10 perintah Allah yang mengatur dimensi vertikal dan horisontal dari pola relasi umat Israel.
Ada kitab Imamat yang mengatur amat detil bagaimana kehidupan umat di zaman itu.
Baca Juga: Refleksi 70 Tahun GMKI, Pdt Saut Sirait: MELAWAN ARUS
Namun sejarah umat Israel mencatat dengan gamblang sekali bahwa mereka gagal menampilkan diri sebagai “umat pilihan'”.
Mereka tak mampu memerankan diri sebagai “duta” atau “sales promotion” malah mereka tergiur dan tergoda dengan dunia sekuler di zaman itu yang relatif belum seheboh di zaman ini.
Mereka ikut percaya dan menyembah dewa, Baal, mereka melakukan berbagai tindakan yang bertentangan dengan hukum Tuhan.
Baca Juga: Refleksi Awal Tahun 2020 PIKI: Indonesia Quo Vadis
Kemudian Tuhan menghukum mereka, mereka berteriak minta tolong Allah menolong; dan pola perilaku dengan skema seperti itu yang selalu berulang dalam sejarah Israel.
Allah memilih Israel sebagai umat pilihannya sesuai dengan “hak prerogatif” yang Ia miliki.
Menurut Ulangan 7 : 6 -8 dst, Allah memilih umat Israel sebagai umat kesayangannya bukan karena secara numerik ia mayoritas, tetapi karena Tuhan mengasihi bangsa itu dan memegang sumpahNya yang dulu sudah diikrarkan kepada nenek moyang mereka.
Baca Juga: REFLEKSI PASKAH 2019, MEMBENARKAN YANG BENAR
Status umat pilihan ini terjadi karena insiatif Allah, bukan karena umat mendaftar, bukan karena perbuatan dan prestasi manusia.
Konsep umat pilihan itu juga berkaitan erat dengan peristiwa pembebasan mereka dari perbudakan Mesir.
Kitab Yesaya Pasal 40 ini yang biasanya dalam studi PL disebut Yesaya II (40-66) menyoroti berbagai peristiwa dalam angel akhir zaman pembuangan, yaitu sekitar tahun 540.
Baca Juga: MENEBAR BENIH CINTA DEMI MENGUBAH DUNIA
Tema utama dalam bagian ini adalah pemberitaan bahwa pembebasan umat dari Babel segera terjadi dan Allah sendiri datang, bertindak untuk menebus mereka.
Itu semua merupakan wujud bahwa Allah tidak apatis terhadap realitas yang tengah melilit umat pilihannya.
Allah berinsiatif, Allah bergerak, Allah melakukan sesuatu agar umat pilihanNya dapat tertolong.
Baca Juga: Constantia et labore: Dengan ketekunan dan dengan kerja keras
Pada Pasal 44 : 22 diungkapkan kabar baik penuh sukacita dan perspektif masa depan yaitu bahwa Allah menghapus dosa dan pemberontakan umat seperti “kabut diterbangkan angin” dan dosa seperti “awan yang bertiup”.
Kabut tebal yang acapkali dalam penerbangan menimbulkan turbulensi, di ayat itu ditegaskan kabut itu luruh diterbangkan angin.
Kabut setebal apapun tak mampu membendung kuasa ilahi. Dosa pemberontakan umat Israel dihapus oleh Tuhan dalam kasihNya dan peristiwa penghapusan itu yang di ibaratkan dengan “kabut yang diterbangkan angin”. Dosa umat juga dihapus seperti awan yang tertiup.
Baca Juga: HIDUP YANG DIWARNAI PEDULI DAN EMPATI
Hal yang menarik adalah bahwa Allah mengundang dan mengajak umat untuk kembali kepada Allah karena Allah telah menebus mereka.
Allah sebagai seorang bapak meminta mereka kembali pulang, kembali ke rumah dan artinya bertobat serta fokus pada penyembahan kepada Allah tidak lagi backstreet, main mata dan atau selingkuh dengan dewa bangsa-bangsa yang dianggap lebih gagah, heroik, bisa dilihat.
Penggunaan kata menebus pada ayat ini juga menarik karena istilah itu dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan Yesus.
Baca Juga: MENGUNGKAP KATA CERDAS MEMPERTARUHKAN KREDIBILITAS
Allah selalu memanggil umatNya untuk kembali, mengubah arah, tidak lari dari rumah, tidak melenceng dari fokus utama.
Mengapa umat harus kembali? Ya karena umat sudah mengalami pembaruan : dosa dan pemberontakan mereka sudah dihapuskan bahkan mereka sudah ditebus oleh Allah.
Di dalam Perjanjian Baru Yesus lah yang memanggil umat untuk datang kepadaNya sang Penebus dosa. Di kayu salib Yesus menghapus dosa dan pemberontakan umat manusia.
Baca Juga: Model Pengabaran Injil Rasul Paulus
Kita semua tanpa kecuali pernah hidup dililit dosa, di cengkeram kuasa dosa, kita takluk dan terpenjara pada kuasa dosa dalam berbagai bentuk.
Yesus memanggil kita “marilah kepadaKu..” (Mat 11 : 28) Ikuti panggilanNya dan bersujud kepadaNya. Dosa dan pemberontakan kita sudah dihapus, kita sudah ditebus.
Diri kita tidak lagi berada dalam kuasa dosa. Kita sudah menjadi milik Kristus karena Dia sudah menebus kita.
Ayo bekerja yang terbaik bagi banyak orang selama Tuhan belum “merecall” kita dari tugas di dunia fana.
Selamat Menyambut dan Merayakan Hari Minggu. God Bless.
(Weinata Sairin)
Be the first to comment