OnlineKristen.com – Pendeta asal Filipina, Apollo Quiboloy, kembali mencuri perhatian publik setelah Kepolisian Nasional Filipina (PNP) mengungkap temuan mengejutkan di kompleks Gereja Kerajaan Yesus Kristus (Kingdom of Jesus Christ/KOJC) yang dipimpinnya.
Berdasarkan laporan The Straits Times, polisi menemukan adanya terowongan rahasia dan sejumlah kamar tersembunyi di bawah kompleks tersebut yang diyakini digunakan sebagai tempat penyekapan korban-korban Quiboloy.
Penemuan ini semakin memperkuat dugaan terkait kegiatan ilegal yang selama ini dikaitkan dengan Quiboloy. Di tiga bangunan yang menjadi bagian dari kompleks tersebut, polisi mengidentifikasi ruang bawah tanah di mana Quiboloy disebut memiliki kamar pribadi.
Di sekitar kamar tersebut, terdapat sejumlah kamar lain yang diyakini dihuni oleh perempuan-perempuan yang diduga dipaksa untuk berhubungan seks dengan Quiboloy.
Polisi Tangkap 7 Provokator Ancaman Bom Saat Kunjungan Paus Fransiskus
Siapa Apollo Quiboloy?
Apollo Carreon Quiboloy adalah pemimpin sekaligus pendiri gereja KOJC yang mengklaim dirinya sebagai “putra Tuhan.”
Nama Quiboloy mulai dikenal luas setelah dirinya menjadi penasihat spiritual bagi mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, selama masa jabatannya.
Gereja KOJC yang didirikan pada 1985 kini mengklaim memiliki 7 juta pengikut di seluruh dunia.
Menurut situs resmi gereja, KOJC tidak hanya bergerak dalam bidang keagamaan, tetapi juga menjalankan sejumlah bisnis, termasuk resor, outlet media, hingga perguruan tinggi.
Namun, di balik semua itu, Quiboloy telah lama menjadi sosok kontroversial dengan berbagai tuduhan serius yang mengarah kepadanya.
Patung Yesus Kristus Sibea-bea Secara Simbolik Diberkati oleh Paus Fransiskus di Kedutaan Vatikan
Buronan FBI dan Kasus Perdagangan Seks
Pada tahun 2021, Apollo Quiboloy resmi masuk dalam daftar buronan Biro Investigasi Federal (FBI) setelah Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mendakwa dirinya serta beberapa orang kepercayaannya terlibat dalam kasus pelecehan anak dan perdagangan seks.
Menurut dakwaan tersebut, Quiboloy dan dua administrator KOJC diduga merekrut perempuan muda berusia 12 hingga 25 tahun untuk dijadikan “pastoral” atau asisten pribadi pendeta.
Perempuan-perempuan tersebut dipekerjakan untuk mengurus berbagai kebutuhan Quiboloy, mulai dari menyiapkan makanan, membersihkan tempat tinggalnya, hingga memijat.
Lebih dari itu, mereka dipaksa untuk berhubungan seks dengan Quiboloy dalam sebuah rutinitas yang disebut sebagai “tugas malam.”
Paus Fransiskus Pilih Nasi Goreng di Pesawat Menuju Papua Nugini, Tunjukkan Kesederhanaan
Dakwaan AS menyebut bahwa praktek ini telah berlangsung sejak tahun 2002 dan terus berlanjut hingga setidaknya tahun 2018.
Tercatat ada lima perempuan yang menjadi korban dari kasus ini, tiga di antaranya masih di bawah umur saat perdagangan berlangsung.
Mereka didoktrin bahwa tindakan tersebut adalah “kehendak Tuhan” dan merupakan bagian dari komitmen pastoral.
Skandal Penipuan dan Penggelapan Dana
Selain tuduhan pelecehan seksual dan perdagangan manusia, Quiboloy dan para pengurus KOJC juga didakwa melakukan penipuan terhadap pekerja yang dibawa dari Filipina ke Amerika Serikat melalui visa ilegal.
Para pekerja ini dipaksa untuk mengumpulkan donasi dengan dalih membantu anak-anak miskin di sebuah lembaga amal yang berbasis di California.
Namun, menurut dakwaan, dana yang terkumpul digunakan untuk membiayai kehidupan mewah para pemimpin KOJC, termasuk Quiboloy sendiri.
Kasus ini semakin memperburuk citra Quiboloy, yang sebelumnya telah mendapat perhatian dunia internasional karena kontroversi yang melibatkan dirinya dan gerejanya.
Kini, dengan temuan terbaru di kompleks gereja KOJC, publik kembali menantikan perkembangan penyelidikan terhadap sosok yang telah lama menyebut dirinya sebagai “putra Tuhan” ini.
(Dari Berbagai Sumber)
Be the first to comment