MONUMEN KEBERSAMAAN PGI DAN KWI

MONUMEN KEBERSAMAAN PGI DAN KWI
MONUMEN KEBERSAMAAN PGI DAN KWI

MONUMEN KEBERSAMAAN PGI DAN KWI

 

  1. Catatan Awal.

Dengan bersyukur kepada Tuhan, kita mencatat dengan sukacita bahwa relasi yang hangat antara PGI dan KWI telah telah terwujud dalam rentang waktu yang cukup lama.

Untuk menyebut beberapa contoh, misalnya, sikap bersama dalam menolak rumusan akhir Musyawarah Agama 1967, sikap bersama dalam merespons SKB 1969, yang kemudian diubah menjadi PBM 2006, kebersamaan dalam menerjemahkan Alkitab yang secara spesifik di garap oleh LAI dan LB dan bentuk-bentuk lainnya.

Realitas itu cukup menggembirakan dan perlu sebuah kajian lebih mendalam bidang-bidang apa yang di masa depan perlu lebih diberi perhatian untuk dikerjasamakan.

  1. Pesan Bersama.

Hal monumental yang amat nyata dan dirasakan umat dalam membangun kebersamaan itu terwujud dalam hal pembuatan Pesan Natal Bersama dan Pesan Paskah Bersama PGI-KWI.

Sejauh dokumen yang ada, Pesan Natal Bersama PGI KWI dimulai tahun 1973 dengan penerbitan “Pesan Natal Bersama Dewan Gereja-gereja di Indonesia dan Majelis Agung Waligereja Indonesia Tahun 1973”



Baca juga: PGI Dorong Pemerintah RI untuk Tuntut Junta Militer Myanmar Kembali ke Barak

Format Pesan saat itu belum memberi perhatian pada Tema, seperti yang dilakukan sekarang, tetapi mengacu kepada Injil Lukas 2:14.

Pada saat itu Pesan ditandatangani oleh Dr JL Ch Abineno dan Dr SAE Nababan-Ketua Umum dan Sekum DGI, serta Yustinus Kardinal Darmojuwono dan Uskup Agung Leo Sukoto, Ketua dan Sekretaris MAWI.

Pada saat penulis menjadi Wasekum PGI, 1989-1994; 1994-2000;2004-2009, proses penyusunan Pesan Natal dilakukan secara standar sebagai berikut:

  1. Sekitar bulan Mei,penulis mencoba membuat draft Tema Pesan berikut referensi Alkitabnya. Upaya itu dilakukan dengan melihat kembali Pesan Natal tahun yang lalu, dan pergumulan seputar Gereja dan Masyarakat pada tahun berjalan.
  2. Sesudah ada draf itu penulis mengkomunikasikan kepada Ketum, Sekum, Bendum dan mendiskusikannya. Sesudah ok maka draf itu disampaikan kepada seluruh anggota MPH dan meminta respons mereka dalam seminggu.
  3. Kemudian sesudah pandangan PGI bulat, draf itu disampaikan kepada KWI.
  4. Oleh karena Gereja/lembaga kristiani ingin lebih cepat mengetahui tentang Tema dan Referensi Alkitab, maka biasanya awal September, Tema dan Referensi Alkitab sudah disetujui PGI-KWI.




Baca juga: Milad Ke-95 NU, Ketum PGI: Kehadiran NU Telah Teruji Berkontribusi Bendung Radikalisme dan Ekstrimisme

Teks lengkap Pesan Natal baru final medio November sesudah KWI membahasnya dalam Sidang KWI yang dihadiri para Uskup minggu pertama November.

Dalam pembahasan di Sidang Pleno KWI pertanyaan para Uskup cukup kritis berkaitan dengan diksi atau frasa yang menurut mereka bisa menimbulkan masalah.

Penulis ikut beberapa kali dalam sidang itu dan mendapat pembelajaran yang amat baik.

  1. Pesan Paskah Bersama

Pada waktu penulis menjadi Sekum Sinode GKP di Bandung 1978-1990 terbersit pemikiran agar selain Pesan Natal Bersama, perlu juga dibuat Pesan Paskah Bersama PGI-KWI. Gagasan itu kemudian dibagikan kepada MPH PGI, up Dr F Ukur Sekum DGI yang sering bertemu Penulis.

Pada saat penulis menjadi Wasekum PGI gagasan itu dikembangkan lagi yg kemudian mewujud dengan pembuatan Pesan Paskah Bersama PGI-KWI Tahun 1996 s/d 1998.



Baca juga: Refleksi Awal Tahun, PGI: Radikalisasi dan Terorisme Masih Bayangi Perjalanan Bangsa

Artinya sempat dibuat Pesan Paskah Bersama PGI-KWI sebanyak 3 kali yang saat itu ditandatangani oleh Dr Sularso Sopater dan Dr JM Pattiasina (Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGI), serta Yulius Kardinal Darmaatmadja, SJ dan Mgr MD Situmorang -Ketua dan Sekretaris Jenderal KWI.

Sesudah 3 Pesan Paskah Bersama itu, maka PGI dan KWI tidak lagi membuat pesan bersama. Pada saat PGI dan KWI berbicara tentang hal itu tahun 1998, sahabat dari KWI menyampaikan kendala teknis yang mereka hadapi tatkala membuat Pesan Paskah Bersama.

Setiap menjelang Paskah, KWI menyelenggarakan program Aksi Puasa Pembangunan(APP) yang diikuti semua keuskupan.  

Pada tahun 2021 ini misalnya tema APP Nasional : “Semakin Beriman,Semakin Solider ( Membangun Ekonomi Solidaritas). 

Dalam APP ini setiap keuskupan menghimpun dana lalu mengirimkannya ke KWI. Biasanya melalui Pesan Paskah itu KWI memberi motivasi kepada umat untuk mendukung kegiatan APP.



Baca juga: Penutupan Sidang Sinode GKSI, PGI: Bangun Rekonsiliasi dan Persatuan

Tatkala pesan Paskah itu menjadi Pesan Bersama dengan PGI maka KWI tidak bisa lagi bisa memotivasi umat untuk mendukung APP apalagi PGI tidak memiliki program semacam APP itu di lingkup PGI.

Atas dasar itu PGI memahami jika Pesan Paskah Bersama PGI-KWI tidak bisa dilanjutkan oleh faktor-faktor teknis seperti itu.

  1. Wacana Kata

Dalam perkembangan terkini ada baiknya sesudah pandemi reda PGI KWI bisa duduk bersama untuk mengkaji titik-titik hubung yang sudah ada dan bagaimana mengembangkannya di masa depan untuk merespons perubahan zaman.

Dunia kebahasaan baik juga mendapat perhatian agar terdapat kesamaan transliterasi istilah teologi dari bahasa Ibrani, Yunani, Latin sehingga menolong umat dalam menjalankan tugas pelayanannya.

Sebuah buku yang mendokumentasikan kebersamaan PGI dan KWI di berbagai bidang berikut analisisnya (misal dengan judul ENSIKLOPEDI RELASI PGI-KWI DI INDONESIA) layak untuk diterbitkan.



Baca juga: Soal RUU Larangan Minuman Beralkohol, PGI: Di Arab dibebaskan, di Indonesia malah mau dilarang 

Umat Kristen dan Katolik, yang berhimpun dalam PGI dan KWI harus terus bergerak mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah, sambil memperkuat NKRI yang majemuk berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Jakarta, 16 Maret 2021/7.00

Pdt Em. Weinata Sairin.

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.