“Hidup itu bergerak”
ku bangun dari tidurku mengoyak sepi,
kubangkit dari tempat tidurku mencipta sejarah baru,
kugapai meja kerjaku dengan gairah baru,
kumembaca, kuberfikir, kumerangkai kata memilih diksi,
diusia lebih 71 tahun terasa durasi tidur menjadi lebih pendek : pk 23 hingga pk 3.00,.
duh, waktu kehidupan terasa pendek dan cepat takpeduli rumus usia harapan hidup yang dibuat para ahli,
bagiku hidup harus bergerak kedepan, bukan memeluk guling dan menerawang tanpa fokus,
hidup adalah perjalanan ziarah yang bermakna dari civitas terrena (city of world) menuju civitas dei (city of God),
dalam perjalanan (panjang) itulah setiap orang melahirkan karya bagi kemaslahatan umat manusia seiring dengan talenta yang Tuhan anugerahkan,
hidup itu harus menghasilkan buah, hidup itu harus “bekerja selama masih siang karena akan datang malam dimana seorangpun tidak dapat bekerja”,
hidup itu harus kreatif dan dinamik, mengalir dan membasahi ruang dan waktu, dan bukan seperti air yang tergenang diam yang melahirkan kebusukan dan mengundang jentik-jentik penyakit,
pagi teduh khusuk hadir menguak hari baru, dari kejauhan terdengar suara lirih:” sahur, sahur.”
dan kadang ditengah suasana religius seperti itu ada juga acara sahur di televisi yang di kemas dalam angle seronok bernuansa ‘sekuler’ demi mengejar rating,
mari hidupi hidup dengan mengukir karya, takpeduli ada Corona, Covid 19 DBD dan sebagainya,
hidup harus berjalan kedepan menuju ke keakanan penuh harapan, dan bukan menangisi masalampau tanpa airmata!(Dari Laman FB Weinata Sairin,29 April 2020, pk. 4.15)
Be the first to comment