OnlineKristen.com | Para jemaat Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) begitu antusias untuk mengikuti diskusi virtual bertajuk “Mempersiapkan Periodisasi di GKPI” yang difasilitasi Pengurus Badan Kerja Sama (BKS) Pria GKPI Wilayah XI Jawa-Kalimantan Regional 1 Jabodetabec.
Diskusi yang digelar secara daring via zoom, Minggu, 28 Juni 2020, menghadirkan pembicara yaitu Penatua Sahat Sinaga, SH, MKn (Anggota Majelis GKPI/Anggota GKPI Jemaat Bekasi), DR Sahala Panggabean (Anggota GKPI Jemaat Bekasi) dan Pdt Daniel Lubis STh (Pendeta GKPI) serta diikuti oleh 100 peserta dari seluruh Indonesia.
Ketua BKS Pria Wilayah XI Jawa Kalimantan Regional I Jabodetabec, Pargaulan Marbun menjelaskan, tujuan diskusi ini digelar mengingat pada tahun 2020 akan ada pergantian kepemimpinan majelis secara periodik (lima tahunan) atau lebih dikenal istilah periodisasi di semua tingkatan di GKPI, mulai dari tingkatan jemaat, resort hingga sinode.
Baca juga:
Tuhan Siapkan Gereja Masa Depan Melalui Momentum Doa “TahtaNya 24/40”
Khusus ditingkatan sinode, direncanakan pada tanggal 6-11 Oktober 2020 akan diadakan Sinode Am Periode XXII GKPI, termasuk menggantikan estafet kepemimpinan yang saat ini dilayani oleh Bishop GKPI, Pdt Oloan Pasaribu dan Sekjen GKPI, Pdt RS Hutabarat.
“Akibat pandemi Covid-19, Periodisasi di GKPI saat ini memang sedang menghadapi tantangan terkait pelaksanaannya. Diharapkan kaderisasi di GKPI, melalui periodisasi ini, dapat berlangsung dengan baik,” imbuh Pargaulan Marbun.
Perlunya Payung Hukum
Hal senada dikatakan Penasehat BKS Pria Wilayah Jawa Kalimantan Regional I, Penatua Daniel Simanjuntak SE, Ak.
Baca juga:
Apakah SINODE GODANG HKBP Digelar Secara VIRTUAL? Ini Jawaban Sekjen HKBP Pdt David F Sibuea
Menurutnya, pada masa pandemi Covid-19 ini, pelaksanaan periodisasi di GKPI memang tidak bisa mengikuti aturan dan peraturan secara utuh. Karena ada keterbatasan. Misalnya saja untuk ibadah Minggu di gereja, pemerintah mengatur agar yang hadir hanya 50 persen.
“Sebab itu, perlu tuntutan hikmat dari Tuhan untuk mensiasati bagaimana menghadirkan seluruh potensi jemaat dengan kondisi saat ini. Dalam diskusi tadi muncul rekomendasi dari peserta agar segera dibuat payung hukum peraturan yang bisa mengakomodir keterbatasan tadi, sehingga pelaksanaan periodisasi dapat berlangsung,” imbuhnya.
Indikator Sukses Periodisasi
Daniel berharap Sinode Pusat GKPI juga bisa menghasilkan peralihan kepemimpinan yang sangat baik, seturut dengan kehendak Tuhan, untuk membawa GKPI untuk lebih baik lagi kedepan.
Baca juga:
Periodisasi ini, ujar Daniel, bukan hanya persoalan peralihan orang-perorang. “Tapi bagaimana kelak estafet kepemimpinan pelayanan di gereja bisa berjalan dengan baik. Juga, misi gereja tersebut bisa dipahami oleh para pelayan yang betul-betul Tuhan pilih,” ujar dia.
Lebih lanjut Daniel memaparkan tolak ukur suksesnya periodisasi, tidak hanya dari segi pelaksanaan. Tapi juga ada indikator-indikator lain. Misalnya, para pelayan terpilih memahami tugas-tugas pelayanannya sesuai dengan nilai-nilai yang diatur dalam aturan gereja.
“Indikator keberhasilan periodisasi lainnya adalah estafet kepemimpinan itu mampu memberdayakan. Artinya, tidak hanya orang-orang itu saja yang diberdayakan. Tapi semua potensi warga jemaat bisa dimobilisasi sehingga dapat memberikan kontribusi pelayanan kepada jemaat. Pun, program-program bisa berjalan secara berkesinambungan,” pungkasnya.
Baca juga:
Daniel menambahkan semua pertanyaan dan rekomendasi yang mengemuka dalam diskusi daring ini akan diinventarisir dan dan ditindaklanjuti kepada forum yang lebih tinggi lagi supaya bisa diambil keputusan yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Jangan Ada Tim Sukses
Sementara Penasehat BKS Pria Wilayah Jawa Kalimantan Regional I, Haposan Hutagalung, SH, MH, sepakat dengan masukan dari banyak peserta diskusi yang menyoroti agar tidak ada “tim sukses” dalam rangka periodisasi di GKPI.
“Jangan ada pakai ‘tim sukses’ segala. Karena ujung-ujungnya itu bagi-bagi jabatan. Itu tidak baik. Karena ini adalah pekerjaan Tuhan. Ini adalah jabatan kerohanian agama untuk membina dan melayani jemaat GKPI yang begitu luas,” tegas Advokat Senior ini.
Baca juga:
Haposan mengingatkan para jemaat jeli melihat rekam jejak calon pengurus dan pimpinan di semua aras GKPI, mulai dari tingkat jemaat, resort dan sinode.
“Jangan mengusulkan seseorang calon yang tiba-tiba beberapa bulan ini kelihatan baik, mau berbuat, dan berbicara santun. Mesti dilihat track record ke belakang, bagaimana kehidupan dia di tengah keluarga, gereja, dan masyarakat. Itu acuannya saya kira. Pilihlah orang-orang yang memang tulus dan ikhlas mau melayani dan rendah hati, serta tidak cari popularitas,” tandasnya.
Haposan menambahkan, untuk kepemimpinan ditingkat pusat, tidak cukup hanya berperilaku baik saja, namun perlu juga pemimpin yang smart yang bisa me-manage.
Baca juga:
Ketum DPP GAMKI 2007-2011, Dating Palembangan: TITIK NOL MENUJU TATANAN KEHIDUPAN BARU, NEW NORMAL
“Jemaat yang terdiri dari sekian ratus gereja ini mesti ditata dengan baik agar dapat beribadah bersama dengan aman dan nyaman sehingga fokus berkomunikasi dengan Tuhan,” ujar dia.
Haposan berharap agar tidak ada konflik yang akan menyebabkan pro kontra, baik ditengah-tengah jemaat gereja maupun di pusat sinode. “Apalagi sampai terjadi pro kontra penempatan pendeta. Karena itu perlu kesehatian dan kekompakan diantara para jemaat,” kata dia.
Pemilihan Secara Musyawarah
Haposan mengusulkan agar sebaiknya pemilihan pimpinan baik di tingkat jemaat dan resort sampai ke kantor pusat, diupayakan sebisa mungkin dengan cara musyawarah.
Baca juga:
Kampus UKI Buka Dapur Umum KOINONIA Untuk Mahasiswa Ditengah Pandemi Covid-19
“Mengapa? karena para kandidat pimpinan yang mereka dorong, baik ditingkat majelis maupun ditingkat pusat adalah orang-orang yang benar terpanggil untuk melayani secara ikhlas. Bukan karena motifnya supaya dikenal orang dan populer. Apalagi, motifnya untuk dapatkan fasilitas. Kalau motif utamanya jadi pemimpin seperti itu, berarti tidak benar,” tegas dia.
Haposan menuturkan sah-sah saja kalaupun ada yang membuat group para pendeta untuk menjagokan calon pemimpinnya. Namun, hendaknya memilih dengan bijak dalam menentukan kandidat yang diajukan.
“Jangan sampai ada yang bersepakat mendorong menjadi pimpinan padahal sudah ada pembicaraan dibalik itu untuk berbagi jabatan. Ingat loh, ini organisasi gereja bukan organisasi politik, bukan organisasi kekuasaan, tapi organisasi gereja yang memang menata pelaksanaan pelayanan-pelayanan di gereja yang notabene tersebar dimana-mana.
Jadi, bukan berbagi otoritas, tapi untuk melayani,” ujar dia.
Baca juga:
Jangan Ada Settingan dan Money Politic
Menurut Haposan, pada dasarnya jemaat menginginkan para kandidat pemimpin yang berkompetisi dengan cara sehat dan alami. “Karena itu, jangan ada rekayasa, money politic dan memaksakan kehendak dengan berbagai cara,” tegasnya.
Pemimpin yang terpilih nanti pun, lanjut Haposan, akan kelihatan berwibawa atau tidak, melalui produk yang diterbitkannya. Misalnya, ketika dia menerbitkan SK, peraturan dan lain-lainnya.
“Kalau pemimpin yang berwibawa, konsisten dan bertanggung jawab, pasti setiap peraturan yang diterbitkannya berlaku obyektif dan tidak akan ditolak oleh para jemaat. Tapi kalau ada yang dipaksakan jadi pemimpin lantaran rekayasa atau settingan, maka akan kelihatan dari produk SK, peraturan, himbauan, edaran dan sejenisnya yang diterbitkan, apakah dipatuhi jemaat atau tidak,” beber dia.
Baca juga:
Refleksi Natal 2018, DR John Palinggi: 365 Kali Injil Katakan ‘Jangan Takut’
“Ingat jangan sampai trust jemaat semakin turun. Lebih parah lagi sampai hilang. Sebab itu akan berdampak luas. Jadi bila kita mau memajukan GKPI menjadi Kerajaan Tuhan yang luar biasa, maju, modern dan kompak, mari kita pilih calon pimpinan ditingkatan jemaat, resort dan sinode yang betul-betul pantas, patut dan layak,” tandas Haposan.
(Victor)
SILAHKAN KLIK TONTON BERITA INI DI TAYANGAN KRISTEN TV CHANNEL
Be the first to comment