Ibadah Gerakan Pembebasan Papua Berujung Ricuh

Ibadah Gerakan Pembebasan Papua Berujung Ricuh
Penampakan Pelaku Pemukulan Kapolres (tanda panah) dalam Kegiatan di Halaman Gereja Kingmi, Jemaat Golgota, Kampung Bhintuka (SP 13), Distrik Kuala Kencana, Mimika. (Foto: dok/Radar Timika).

Kegiatan yang digelar kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di halaman Gereja Kingmi Jemaat Golgota, Kampung Bhintuka (SP 13), Distrik Kuala Kencana, Mimika, Timika, Papua, Selasa, 5 April 2016, terpaksa dibubarkan.

Aparat gabungan yang terdiri dari Polres Mimika bersama TNI, yakni Koramil 1710-02/Kuala Kencana membubarkan paksa karena dalam penyampaian orasi menyebutkan materi terkait referendum.

Pada saat pembubaran tersebut, Kapolres Mimika, AKBP Yustanto Mujiharso, terkena pukulan salah seorang aktivis KNPB.

Peristiwa itu terjadi di tengah-tengah kegiatan orasi.


Ketika itu, Kapolres meminta pembawa orasi untuk turun dari panggung, namun dihalang-halangi oleh aktivis lainnya.

Tiba-tiba, dari arah kanan salah satu aktivis KNPB yang saat itu menggunakan celana pendek kuning dan baju kaus kuning hitam, langsung melayangkan pukulan tepat di bagian wajah Kapolres dan mengenai bibir kanannya.

Akibat pemukulan itu, Kapolres mengalami luka di bibir bagian dalam.

Pelaku yang belakangan diketahui berinisial YW langsung diamankan oleh aparat gabungan, dan kegiatan tersebut langsung dibubarkan oleh aparat gabungan yang sudah siaga di lokasi tersebut.


Dari kejadian itu, 15 orang aktivis KNPB diamankan untuk dimintai keterangan oleh Polres Mimika, termasuk Ketua KNPB Wilayah Timika, Steven Itlay, yang diduga telah melakukan hasutan kepada masyarakat untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam orasinya.

Mereka yang diamankan masing-masing berinisial SI (Steven Itlay), YA, AE, SA, NS, JK, YW (yang memukul Kapolres), AB, PD, ND, YM, AD, SE, SU dan MT.

Kapolres menyampaikan bahwa pihaknya harus membubarkan kegiatan tersebut, yang dinilai telah menyimpang dari rencana semula.


Sebelumnya, agenda KNPB kemarin pagi hingga siang adalah melakukan ibadah pemulihan Bangsa Papua dan aksi damai yang dilanjutkan dengan pembagian hadiah perlombaan yang diikuti sekitar 100 orang massa simpatisan KNPB Mimika.

Kegiatan dimulai pukul 09.48 WIT hingga pukul 11.33 WIT, di halaman Gereja Golgota SP 13, Distrik Kuala Kencana.

Namun, dalam kegiatan itu massa KNPB menyertakan sejumlah atribut KNPB.

Hal ini membuat Kabag Ops Polres Mimika, Kompol I Nyoman Punia berkoordinasi dengan panitia untuk menurunkan artibut milik KNPB.


Baik berupa bendera bintang kejora dan bendera negara-negara yang ikut dipajang, dan atribut lainnya.

Setelah berkoordinasi, akhirnya disetujui oleh panitia dan seluruh atribut diturunkan oleh aparat gabungan.

Panitia pun sepakat acara tersebut hanya ibadah dan pembagian hadiah perlombaan.

Namun, usai ibadah, panitia melanjutkan kegiatan dengan melakukan orasi terkait referendum yang disampaikan langsung oleh Ketua KNPB wilayah Timika, Steven Itlay.


Kapolres yang saat itu berada di lapangan ikut mendengar orasi yang disampaikan oleh KNPB.

Namun semakin lama, isi orasi mengarah ke tindak makar. Kapolres pun langsung mendekati panggung tempat orasi disampaikan, dan berupaya menghentikannya.

Sekitar pukul 11.33 WIT, aparat kemanan yang dipimpin oleh Kapolres Mimika melakukan pembubaran paksa terhadap kegiatan KNPB dengan mengamankan Ketua KNPB Timika, beserta beberapa simpatisan KNPB berpakaian loreng.

Pasalnya kegiatan sudah menyimpang dari perjanjian, bahwa kegiatan KNPB hanya sebatas pelaksanaan ibadah dan pembagian hadiah, bukan orasi politik referendum.


Setelah penangkapan itu massa KNPB berangsur-angsur meninggalkan halaman Gereja Golgota dan melakukan longmarch dengan berjalan kaki menuju Polsek Kuala Kencana, untuk meminta Kepolisian membebaskan Ketua KNPB dan simpatisan lainnya.

Di Polsek Kuala Kencana, Kapolres Yustanto menjelaskan, dua hari sebelumnya pihak KNPB diketahui membagi-bagikan selebaran yang mengajak pemerintah daerah, selain itu juga telah menyurat kepada Polres Mimika untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan KNPB.

“Kami pantau dan amankan kegiatan mereka, sehingga tidak ada orang ketiga yang masuk mengganggu. Tapi kenyataannya selesai ibadah melakukan orasi referendum, orasi yang mengajak masyarakat untuk memisahkan diri dari NKRI. Itu yang tidak diinginkan,” kata Kapolres seperti dilansir JPPN.


Selain 15 orang tersebut, Kepolisian juga ikut mengamankan sejumlah barang bukti.

Barang Bukti Yang Diamankan Aparat Gabungan TNI/Polri adalah 16 buah spanduk, Bendera lambang KNPB dan bintang kejora 24 buah, Baju PDL loreng 13 buah, Sepatu PDL, Sejumlah baret merah, 1 buah baret hijau, 9 buah kayu balok yang bermotif bintang kejora, 1 buah baju bintang kejora, 1 buah selempang bintang kejora, 1 buah topi rimba loreng, 1 buah topi mut loreng, 1 buah kamera, 3 buah noken, 2 buah kopel TNI dan 2 buah tas samping.

Ingin Menjadi Bagian MSG

Pejabat Gerakan Pembebasan Papua (ULMWP), Markus Haluk, mengutarakan kegiatan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Rabu, 5 April 2016, merupakan ibadah damai untuk mendoakan ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) menjadi bagian tetap dari MSG (Melanesian Spearhead Group).


MSG merupakan organisasi lintas pemerintah yang terdiri dari empat Negara Melanesia, yakni Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu.

Merasa satu rumpun, Gerakan Pembebasan Papua ingin bergabung dengan MSG.

“Doa itu juga sekaligus persiapan kami dalam pertemuan dengan MSG di Vanuatu 2-6 Mei mendatang,” kata Markus saat dikonfirmasi CNNIndonesia, Rabu, 5 April 2016.

Markus menjelaskan, dalam pertemuan itu, MSG akan membahas urusan kesekretariatan MSG dan persoalan-persoalan terkini di negara-negara Melanesia.


Pertemuan itu merupakan kebijakan agenda khusus di luar dari agenda pertemuan dua tahunan.

“Kami ingin menjadi full member MSG agar persoalan di Papua juga menjadi perhatian negara-negara Melanesia,” ujar Markus.

Aktivis Komite Nasional Papua Barat, Victor Yeimo, mengatakan acara ibadah di Timika pada tanggal 5 April 2016 berakhir ricuh setelah aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia merangsek masuk gereja dan membubarkan warga yang berada di dalam gereja.


“Dengan penuh represif mereka tangkap dan mengeluarkan tembakan di mana-mana,” kata Victor melalui akun Facebook miliknya.

Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen. Pol. Paulus Waterpauw membenarkan penangkapan 12 aktivis KNPB saat orasi pembebasan Papua yang berujung ricuh di Lapangan Kampung Bhintuka-SP13, 5 April 2016.

Paulus mengakui aktivis KNPB kala itu menggelar ibadah damai bersama masyarakat setempat.

Namun kemudian usai ibadah digelar, aktivis melakukan orasi yang dianggap memprovokasi agar masyarakat terlibat dalam aksi Papua merdeka.


“Mereka melakukan ibadah bersama warga, tapi kemudian mereka berorasi dan menggelar aksi. Itu modus operandi mereka,” ujar Paulus.

Paulus mengatakan ibadah berlangsung damai.

Namun ketika orasi dilakukan, kondisi di lapangan mulai ricuh.

Dia membenarkan aktivis telah memukul Kapolres Mimika AKBP, Yustanto Mudjiharso, yang saat itu bertugas di lapangan.


“Mereka yang diamankan sampai saat ini masih kami periksa. Kami tidak pernah memberikan izin karena mereka berafiliasi dengan gerakan pembebasan Papua,” tandas Paulus.

(VA-7/JPPN/CNNIndonesia)

 

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.