Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) didirikan sejak tahun 1963 tentu saja tidak sekedar hadir. Peran PIKI penting untuk memberikan sumbangsih pemikiran strategis guna menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara.
“PIKI penting untuk dikembangkan bersama untuk dapat berkontribusi positif membangun bangsa ini lebih bermartabat,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PIKI Papua, Pdt Lipiyus Binuluk, dalam orasinya pada acara Sarasehan Intelegensia Kristen Indonesia bertajuk “Eksistensi PIKI sebagai Pergumulan Kita bersama menuju Kongres V PIKI 2015” pada hari Jumat, 6 Maret 2015, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta.
Selain Pdt Lipiyus Binuluk, beberapa tokoh-tokoh nasional ikut serta memberikan sumbangsih pemikiran positif dan kritis dalam sarasehan tersebut. Diantaranya, Prof Irzan Tanjung (Pendiri Partai Demokrat), Martin Hutabarat (Anggota DPR dari Partai Gerindra), Prof John Pieris (Anggota DPD RI), Ferdinand nainggolan, Pdt (Emeritus) Prof SAE Nababan, Prof Sri Adiningsih, DR Yasonna Laoly (Menteri Hukum dan HAM), Hasyim Djojohadikusumo, Dr. Aristarchus Sukarto dan Dating Palembang (Mantan Ketum DPP GAMKI).
Kebenaran
Tema PIKI yaitu “Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa”, menurut Pdt Lipiyus, sangat tepat jika dikaitkan dengan kondisi negara saat ini.
Lipiyus menegaskan kebenaran yang terdapat dalam Alkitab sepatutnya disadari oleh intelektual Kristen.
Menurutnya, Indonesia ini kelihatannya sudah bobrok oleh karena tidak ada kebenaran yang muncul.
“Saya berpikir apakah orang-orang yang memegang kebenaran di Indonesia itu ada atau tidak,” tanya dia heran.
Lipiyus bertambah heran manakala mendengar perseteruan antara KPK dan polisi.
“Kami, rakyat sederhana di Papua, tertawa tatkala orang-orang hebat di Jakarta kok sulit sekali menuntaskan masalah KPK dan polisi. Padahal masalahnya sepele saja,” celetuk dia.
Pengaruh dan Berani
Sejak PIKI didirikan, menurut Lipiyus, telah banyak pergumulan yang merentang. Dan sudah banyak juga solusi-solusi dari pergumulan yang bisa dijadikan catatan sekaligus dasar pemikiran bagi PIKI untuk mempelajari kembali.
PIKI berada di wilayah Indonesia yang sangat luas ini, lanjut dia, adalah berkat Tuhan yang luar biasa. Oleh karena itu, menurut Lipiyus, dibutuhkan pemimpin yang punya kemampuan yang luas dan luar biasa.
“Kalau kita salah tempatkan orang maka sama saja PIKI ini tidak akan jalan,” kata Lipiyus yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua.
Karena itu, lanjut dia, orang yang memimpin PIKI kedepan adalah pemimpin yang punya pengaruh (influence) yang luas. Pengaruhnya bisa sampai ke daerah-daerah yang betul-betul membutuhkan kehadiran inteligensia Kristen.
Kedua, PIKI butuh pemimpin yang berani dalam segala aspek dan sanggup menjawab tantangan masa kini.
“Kalau enggak berani, jangan jadi pemimpin,” tegas dia.
Ketiga, PIKI juga butuh orang berani yang disertai dengan kasih seperti yang telah diajarkan dalam Alkitab.
Selain itu, Lipiyus juga menyarankan demi efektifnya roda organisasi, maka perlu diaktifkan pengurus PIKI untuk mengkoordinasi Wilayah Indonesia Timur, Indonesia Tengah dan Indonesia Barat.
“Kita perlu mewujudkan itu dengan harapan nantinya semakin banyak inteligensia muda Kristen yang muncul ke permukaan yang tentunya dengan integritas yang baik,” ucap dia.
Sementara PIKI Pusat, tambah dia, nantinya bersentuhan dengan hal yang bersifat nasional.
Takut akan Tuhan
Pdt Lipiyus menekankan agar bangsa ini memiliki hati yang takut akan Tuhan seperti kotbah yang pernah ia sampaikan dihadapan Presiden Joko Widodo dalam Perayaan Natal Nasional di Papua, pada Desember 2014.
Dalam kotbahnya, Pdt Lipiyus menyerukan, “Bangsa ini bisa dihormati oleh dunia jika bangsa ini memiliki hati yang takut akan Tuhan.”
“Apabila penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa ini punya hati yang takut akan Tuhan maka pembangunan yang diharapkan dan dicita-citakan bangsa ini bisa terwujud,” kata dia
PIKI Mendarat
Lipiyus mengutarakan PIKI jangan hanya berbicara terus di atas dan hanya retorika belaka, namun harus mendarat.
“PIKI mesti betul-betul mendarat dan memberikan kontribusi kepada masyarakat bawah yang membutuhkan pelayanan,” harap dia.
Lipiyus berharap semua komponen mendukung perjalanan pengurus PIKI kedepan.
“Saya pikir PIKI tidak berjalan selama ini karena tidak ada dukungan sehingga tidak maksimal bekerja,” kata dia.
Jadi, lanjut dia, kita perlu pray together (berdoa bersama), think together (berpikir bersama), and support together (mendukung bersama) bagi kepentingan PIKI kedepan.
“Bukan hanya think together dan talk together but nothing action. Ah, itu sama saja NATO (no action talk only). Semacam itu tak perlu ada lagi di PIKI. Jadi, PIKI butuh bicara sedikit namun action (bekerja) banyak,” tegas dia.
Lipiyus yakin bila Roh Kudus yang menggerakkan PIKI, siapapun tidak ada bisa menutupnya.
Sebab itu, kata dia, PIKI harus berpegang teguh pada dasar Alkitabiah yang selalu memberikan energi baru bagi setiap umatnya untuk berkarya dan bergerak membangun negeri yang lebih berkualitas.
“Jadi yang mesti kita pikirkan secara konkret saat ini adalah bagaimana kita sukseskan Kongres PIKI Ke-5 pada tanggal 26-28 Maret di Jakarta,” kata dia.
“Pemikiran strategis bapak dan ibu sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Mari bapak dan ibu kita hidupkan PIKI kembali. Kita perlu bangunkan dan hidupkan PIKI kembali. Mari kita berdoa dan bekerja sama menjadi terang bagi bangsa dan negara,” tandas dia.***(Victor)
Be the first to comment