PUISI: Ampuni kami, Tuhan
Tuhan, dipagi buta seperti ini kusebut (lagi) namaMu dengan lidah dan bibir kering,
dipagi sepi seperti ini kulafaz(terus)
namaMu dalam sukacita melimpah,
dipagi khusuk seperti ini kupuji( tiada henti)
nama akbarMu,
dari kejauhan kudengar sakral lantunan ayatayat suci AlQuran penanda saat sahur akan dimulai,
ah, hidup dinegeri multi agama,suku,kultur dan tradisi amat bahagia,
semua umat beragama hidup mengembangkan sikap ‘kesalingan’:saling respek,saling apresiasi,saling topang menopang,saling membantu,saling mengasihi,
dalam sebuah rumah besar bernama Indonesia,
umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, tidak lagi berhasrat hidup dalam ghettonya, dalam keterpenjaraan ego yang melahirkan fanatisme sempit,
mereka hidup dalam ikatan talisilaturahim kuat, semangat ukhuwah basyariah mantap di bumi nusantara yang Tuhan anugerahkan,
Tuhan,
satukan jiwa raga bangsa ini agar mereka survive dan mampu memenangkan pertarungan,
sematkan roh persaudaraan sejati di relung hati setiap warga bangsa,
perteguh langkah mereka dalam merengkuh keakanan berpengharapan,
berkati dan kuduskan bangsa ini dalam menenun karya,membangun dunia yang lebih berkeadaban,
(Tuhan, jangan lagi ingat dosadosa kami sehingga Engkau terhalang untuk menghalau Covid 19 dari bumi kami!)
pagi ceria jatuh di depanku,
lantunan ayat suci memberi daya spiritual baru untuk menoreh sejarah di bumi bersimbah darah dan peluh,
Inilah kami Tuhan,anakanak
Mu, kasihani dan ampuni kami!(Dari Laman FB Weinata Sairin, 27 April 2020, pk 4.25)
Be the first to comment