”Tetapi Petrus berkata kepadanya: ’Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.” (Kisah Para Rasul 8:20).
Manusia modern memosisikan uang sebagai alat atau instrumen untuk melakukan transaksi, khususnya di bidang ekonomi.
Ahli ekonomi modern menyatakan bahwa uang adalah sesuatu yang sudah tersedia dan bersifat umum serta dapat diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian suatu produk baik barang maupun jasa, kekayaan, serta untuk pembayaran utang.
Dalam posisi seperti itu, uang memang menjadi amat berpengaruh dalam kehidupan manusia modern, dan tidak saja dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya yang di dalamnya manusia mengambil peran.
Uang tidak hanya penting bagi manusia secara individual, tetapi juga dalam seluruh komunitasnya mulai dari keluarga, negara, bahkan dunia internasional.
Baca juga:
Di bidang politik, kebudayaan, sosial, pendidikan bahkan keagamaan, uang menancapkan kuasanya.
Hal-hal yang berhubungan dengan keuangan selalu muncul dalam kehidupan umat manusia, baik dalam perspektif positif maupun negatif.
Sikap ugahari, sikap kesahajaan yang muncul dalam tema pertemuan level nasional, tidak sempat membumi dan mewarnai sikap hidup umat. Dalam kenyataan praktis, yang terjadi justru menguatnya sikap konsumtif umat akibat pengaruh iklan media massa.
Dalam kondisi nafsu konsumtif seperti itu, upaya manusia untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya makin menggila, yang kemudian menjerat manusia pada belenggu korupsi.
Dalam beberapa waktu terakhir ini, manusia telah menjadi hamba uang. Uang telah menjadi berhala dalam kehidupan manusia. Manusia diperintah oleh uang, bahkan jiwa, nasib, masa depan manusia, semuanya bisa diuangkan.
Uang menguasai semua dunia, semua sektor kehidupan. Di dunia pendidikan kuasa uang amat kuat. Orang bisa lulus ujian, bisa menggondol gelar S2 bersamaan waktu dengan S3, dengan menggunakan uang.
Baca juga:
Di dunia politik, kuasa dan roh demonis yang terpancar dari uang menodai dunia perpolitikan. Politik yang suci itu hanyalah obsesi para begawan politik zaman baheula dan kontradiktif dengan kenyataan kekinian tatkala politik telah berada dalam lembah yang pengap dan berbau busuk.
Hal yang amat memprihatinkan adalah bahwa kuasa uang telah merambah ke dunia agama, dunia spiritual. Kita pernah mendengar berita tentang korupsi dalam pencetakan kitab suci, penyelewengan keuangan dalam rangka pelaksanaan ibadah ke tanah suci, dan berbagai kasus negatif lainnya di bidang keuangan yang terjadi dalam institusi pemerintah yang mengurusi bidang keagamaan.
Untuk itu, kita berharap agar seluruh institusi pemerintahan dapat melaksanakan secara profesional tugas pelayanan mereka dan dijauhkan dari pengaruh negatif di seputar uang.
Kita terus berdoa, kiranya direktorat yang melayani warga Gereja di lingkungan institusi pemerintahan dapat melaksanakan secara profesional tugas pelayanan itu dan dijauhkan dari kuasa uang, sang demonis.
Ayat yang dikutip di bagian awal menjelaskan kepada kita, bahwa soal uang sudah memasuki wilayah agama. Ada oknum yang berasumsi bahwa uang bisa membeli segalanya, termasuk membeli karunia Allah. Petrus amat berang dengan sikap oknum itu, sehingga ia melontarkan kata-kata yang amat keras.
Baca juga:
Terjadi Penjalaran Intoleransi di Daerah, PEMERINTAH PUSAT HARUS HADIR
Bagian ini menolong kita untuk memahami ulang bahwa uang bukan segalanya. Oleh karena itu, gunakan uang secara positif sebagai alat transaksi dan bukan untuk halhal negatif. Mari tampilkan kekristenan yang cantik dan elegan di bidang keuangan!
Gunakan uang untuk memuliakan nama Tuhan, untuk mengasihi sesama, untuk merawat luka dan duka umat manusia, untuk mereka yang sulit bernafas dicengkeram Corona, untuk membela HAM.
Jangan gunakan uang untuk menyogok, untuk membeli kuasa/jabatan, untuk membayar demonstran. Gunakan uang sesuai dengan hakikat dan fungsinya yang positif.
Selamat Menyambut dan Merayakan Hari Minggu.
God bless!
Be the first to comment