Arman Depari: Diharapkan GBI Jadi Salah Satu Benteng Narkoba di Indonesia

Jumpa Pers terkait diadakannya Trainer for Trainer Satgas Anti Narkoba di Grha Bethel, Jakarta, 13 Agustus 2018. Dari Kiri: Pdt Yusuf Suranta Purba STh, Pdt Dr Japarlin Marbun, Irjen Pol Drs. Arman Depari dan Pdt Dodi Ramosta Sitepu, STh.

ONLINEKRISTEN.COM, Jakarta – Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen (Pol) Drs. Arman Depari menyambut baik kegiatan Trainers for Trainers (TFT) Satgas Anti Narkoba yang merupakan kerjasama antara BNN dengan Departemen Pemuda dan Anak Gereja Bethel Indonesia (DPA GBI) yang digelar di Grha Bethel, Jakarta, 13 Agustus 2018.

“Suatu langkah yang baik sekali dimana gereja juga ikut berperan dan peduli terhadap kehidupan sosial ditengah-tengah masyarakat. Seperti kita ketahui ancaman paling nyata adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,” kata Arman Depari kepada para awak wartawan dalam jumpa pers disela-sela acara TFT Satgas Anti Narkoba di Grha Bethel, Jakarta, (13/8).




Menurut Arman, BNN selalu mengimbau dan berupaya supaya lapisan masyarakat ikut bersama-sama dalam rangka pencegahan peredaran gelap narkoba dimanapun mereka berada.

Salah satu yang menjadi concern bersama adalah bagaimana mengupayakan anak-anak remaja dan pemuda terbebas dari penyalahgunaan narkoba.

“GBI merupakan salah satu komunitas besar di Indonesia. Karena itu kita sangat antusias untuk bekerjasama dengan GBI agar tidak ada lagi penyalahgunaan narkoba, terlebih khusus di komunitas GBI,” ujar dia.

Lebih lanjut Arman menjelaskan dalam TFT ini para peserta yang diharapkan menjadi trainer ini akan diperlengkapi dengan pengetahuan praktis untuk dapat mengidentiifkasi tentang apa dan bagaimana situasi narkoba yang sedang dihadapi secara nasional.




“Setelah mampu mengidentifikasi maka para calon trainer ini akan diberikan bekal pemahaman akan hal apa saja yang perlu diantisipasi ketika kelak terjun ditengah-tengah masyarakat,” jelas dia.

Kendati begitu, menurut Arman, pemberian pemahaman bahaya narkoba itu mesti dimulai dari tengah-tengah keluarga agar bersih dari penyalahgunaan narkoba. Dimana yang paling mengerti situasi keluarga adalah orang tua dan anak-anak.

“Karena itu, para trainer saat ini pun dibekali pemahaman tentang situasi yang sedang dihadapi keluarga, terutama bagi keluarga yang sudah menjadi penyalahguna narkoba,” kata dia.




Setelah keluarga, lanjut Arman, yang perlu diwaspadai adalah lingkungan sekitar yang juga agar bersih dari pengguna narkoba.

“Kita jalin komunikasi dengan sesama anggota keluarga dan lingkungan sekitar, termasuk gereja. Juga, koordinasi dengan para aparat untuk melakukan pencegahan supaya lingkungan kita tidak dimasuki dan dipengaruhi para pengguna narkoba,” kata dia.

Arman juga menerangkan tentang pentingya rumah sakit dan panti rehabilitasi bagi para korban akibat penggunaan narkoba.




“Selama ini panti rehabilitasi dianggap sebagai tempat yang tabu. Padahal, panti rehabilitasi itu sama seperti rumah sakit. Jadi bagi para korban pengguna narkoba diharapkan masuk ke rumah sakit atau panti rehabilitasi,” terang dia.

“Juga, kami imbau kalau ada anggota keluarga yang terkena penyalahgunaan narkoba agar tidak ragu melaporkannya. Diperlukan komunikasi yang terbuka. Sebab masih banyak masyarakat yang enggan dan malu melaporkan. Mungkin sebagian orang menganggapnya sebagai aib sehingga mesti ditutup-tutupi ,” tambah dia.

Menurut Arman jika persoalan tersebut justru ditutup-tutupi maka tidak akan tahu cari solusinya.




“Pencegahan dan kampanye anti narkoba bagi kalangan remaja dan pemuda, khususnya di lingkungan GBI ini, diharapkan mampu menghindari dan menolak dan melawan peredaran narkoba. Mudah-mudahan GBI menjadi salah satu benteng narkoba di Indonesia,” tandasnya.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.