OnlineKristen.com | Menjadi orang Kristen ternyata tidak semudah yang dipikirkan banyak orang. Seolah dengan iming-iming sembako, atau dibantu asap dapurnya , dan mendapat fasilitas standar dalam hidupnya maka seseorang dengan mudah dibaptis dan menjadi orang Kristen. Lalu, jadilah ia secara formal orang Kristen.
Tahun 1960-1970-an marak istilah Kristenisasi di beberapa daerah, yang kemudian muncul istilah “Kristen beras” atau “Kristen susu”. Maksudnya adalah seseorang menjadi Kristen karena mendapat sumbangan beras atau susu dari lembaga atau pribadi yang bergerak dalam bidang penginjilan.
Dalam masa itu, tatkala kemiskinan benar-benar melilit rakyat kecil, aspek ekonomi memang sering berpautan dengan berpindah agama.
Baca juga: KERAKUSAN ITU BISA MENYENGSARAKAN
Pada saat penulis menjadi pendeta di kota kecil Cimahi, sekitar tahun 1974-1978, beberapa kali ada orang-orang (Sunda) yang datang dari sekitar Cimahi untuk ikut Kebaktian Minggu di gereja, mereka menyatakan keinginan untuk “masuk Kristen”.
Sempat dilakukan percakapan dengan mereka, dengan melibatkan beberapa anggota Majelis Jemaat. Dalam percakapan itu ditangkap adanya nuansa motif ekonomis dari mereka dalam kaitan keinginan untuk menjadi Kristen.
Petrus, dalam surat yang dikirim kepada Jemaat di sekitar Asia tahun 100, di tengah berbagai derita yang dialami umat karena kekristenannya, menegaskan bahwa dalam menghadapi realitas empirik yang demikian sulit maka Iman itu tidak cukup.
Baca juga: DR John N Palinggi: Reshuffle Kabinet, Itu Hak Prerogatif Presiden Jokowi
Dengan beriman, tercatat dalam buku register Gereja, datang dalam Ibadah Minggu dan kegiatan rutin gerejawi lainnya, seolah sudah beres semuanya, dan seat di surga sudah tersedia!
Petrus mengingatkan agar kita dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambah Iman dengan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri dan ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang.
Petrus tentu saja mempunyai alasan spesifik dan argumentatif mengapa ia perlu menyebut secara eksplisit tujuh keywords/kata kunci yang perlu ditambahkan kepada Iman, sehingga Iman umat itu mampu bertahan di tengah politik kekuasaan yang saat itu mengguncang kehidupan.
Baca juga: BELAJAR SEPANJANG HAYAT : PILIHAN CERDAS
Petrus tahu betul karakter umat yang ia kirimi surat, bagaimana daya tahan iman mereka. Petrus tahu bagaimana politik licik penguasa saat itu yang selalu memosisikan umat Kristen sebagai kambing hitam yang melakukan pembakaran kota atau tindak kriminal lainnya. Itulah sebabnya Petrus dalam gaya pastoralnya yang bernas, cerdas, dan dalam, mengungkapkan hal itu dalam suratnya.
Tatkala kita kini hidup dan menghidupi dunia postmodern dengan tingkat peradaban yang makin maju, ketika beragam informasi memasuki ruang-ruang privasi kita secara telanjang, tatkala informasi mondial hanya sebatas kemauan dan kemampuan jemari kita mengeklik, kekristenan tetap tidak mendapat ruang yang sejuk dan nyaman/convenience. Kekristenan tetap ditolak oleh dunia, seperti yang Yesus katakan. Hujatan, penodaan, penistaan, bahkan kriminalisasi terhadap kekristenan tak pernah surut.
Baca juga: REFLEKSI ALKITAB: “MENGAKU ITU PENTING”
Umat Kristen Indonesia adalah bagian integral dari bangsa ini. Mereka bukan penumpang gelap atau penumpang tanpa karcis di gerbong NKRI. Kita adalah pemilik sah negeri ini yang telah menyumbangkan darah, tubuh dan bentuk-bentuk pengorbanan yang lain demi tegaknya NKRI.
Mari terus mengukir karya terbaik di negeri ini, wujudkan tujuh kata kunci penting seperti yang dikatakan Petrus agar sebagai murid Kristus kita mampu survive, bahkan mampu memberi kontribusi ditengah perubahan global.
Selamat Menyambut dan Merayakan Hari Minggu
God Bless !
(Oleh: Weinata Sairin)
Be the first to comment