ONLINEKRISTEN.COM, JAKARTA – Pada zaman modern seperti sekarang ini kesempatan untuk belajar, menambah ilmu amat terbuka. Yang penting seseorang itu haus ilmu, merasa tidak tahu apa-apa, bahkan merasa “bodoh”.
Pada zaman baheula orang menambah pengetahuan itu dengan membaca koran, buku, mendengar siaran radio dan tahun 1960-an di negeri ini, dimulai di Jakarta, orang menambah ilmu pengetahuan dengan menonton tayangan televisi.
Seseorang yang “book aholic” pada zaman itu maksimal ke perpustakaan dengan kondisinya yang masih terbatas, tidak bisa ke toko buku yang sedemikian banyak seperti sekarang, bahkan bisa diakses online.
Di era digital seperti sekarang, menambah ilmu itu hanya sebatas kepiawaian menggunakan ujung jari, tanya mbah google atau lewat berbagai aplikasi dan browsing untuk mencari info yang up to date. Tidak sulit dan amat mudah untuk melahap berbagai jenis informasi dan ilmu pengetahuan di zaman seperti ini.
Hal yang amat menakjubkan di zaman ini adalah bahwa generasi cucu-cucu kita relatif lebih akrab dengan dunia digital. Mereka nyaris tidur bangun dengan gadget bahkan tanpa mampu terkontrol oleh para orang tua.
Mereka piawai mendowload berbagai aplikasi baik game maupun aplikasi lain; mereka mampu menirukan dialog-dialog dari kisah-kisah remaja yang ada di gadget mereka. Itulah antara lain kehebatan generasi milenia yang amat spesifik dan belum “tertandingi”.
Dampak positif perkembangan teknologi memang terasa ‘menyerang anak-anak’ kita. Mereka hampir tak bisa lagi dikendalikan oleh orangtua mereka untuk tidak melahap semua konten dari gadget mereka.
Mereka takjub dan terpesona dengan teknologi baru itu dan kemudian benda-benda itu telah hadir sebagai mamon atau berhala baru dalam hidup mereka.
Sekolah, komunitas keagamaan dan lembaga-lembaga yang peduli anak mesti melakukan upaya keras agar dampak negatif dari teknologi gadget itu dapat dieliminasi.
Perkembangan teknologi adalah buah dari perkembangan ilmu dan teknologi yang dicapai umat manusia. Itu semua terjadi karena Tuhan menolong manusia, melengkapi akal dan pikiran manusia sehingga ditemukan teknologi baru.
Dalam perspektif itu juga manusia dengan anugerah dan hikmat Tuhan pasti akan dapat menemukan cara yang tepat dalam menanggulangi dampak negatif perkembangan teknologi.
Pepatah kita menegaskan bahwa kita tak mungkin memulai belajar jika beranggapan bahwa kita sudah tahu semuanya.
Kita harus memanfaatkan semua perkembangan yang ada untuk menjadi media pembelajaran bagi kita dan sambil kita menyatakan bahwa kita tidak tahu apa-apa. Kita harus menjadi pembelajar seumur hidup bukan sekadar mengejar sertifikat.
Selamat berjuang. God bless.
Weinata Sairin
Be the first to comment