OnlineKristen.com | Pada abad-abad pertama, tatkala komunitas kristen merambah ke berbagai wilayah, sementara penghambatan, persekusi, penganiayaan terhadap umat Kristen juga makin menguat yang kemudian melahirkan para martir (para syuhada, mereka yang mati syahid karena membela agama), istilah “hari Tuhan”, the day of the Lord, youm yahwe menjadi amat terkenal.
Hari Tuhan adalah hari yang di dalamnya Tuhan Yesus akan datang kedua kali menjemput umat manusia yang percaya kepadaNya dan membawanya masuk kedalam Kerajaan Allah.
Baca Juga: HIDUP YANG BERKARYA DAN BERMAKNA
Aniaya yang mendera kehidupan umat Kristen pada abad-abad pertama menyebabkan mereka semua sangat merindukan kedatangan Hari Tuhan, yang akan membebaskan mereka dari persekusi dan aniaya yang mereka hadapi.
Sejak awal kekristenan memang ditolak dan dimusuhi oleh dunia. Dunia tidak welcome terhadap kekristenan. Yesus sendiri dihina, dlbenci, dihiujat bahkan ia mesti mati di kayu salib karena ajaran dan performanceNya yang secara teologis dan politis tidak disukai banyak orang.
Namun kekristenan justru berkembang melalui berbagai aniaya dan persekusi yang dihadapi. ” Darah para martir adalah benih Gereja”. Itu ungkapan lama yang menyatakan bahwa kekristenan yang bersumber dari Injil sebagai kekuatan Allah, dunamos Allah tidak pernah bisa dihentikan oleh kekuatan manusia.
Paulus sendiri yang bertobat menjadi Kristen karena ia berhadapan dengan penampakan surgawi menegaskan bahwa tubuhnya bisa saja dipenjara, tetapi Firman Allah tidak bisa terbelenggu. Kekuatan dahsyat Firman Allah tak bisa tertandingi oleh kuasa apapun.
Istilah “hari Tuhan” sudah dikenal pada zaman Perjanjian Lama misalnya dalam Kitab Amos, Yesaya yang menunjuk pada saat Yahwe akan campur tangan untuk memposisikan Israel menjadi kepala atau pemimpin bangsa-bangsa. Hari Tuhan juga difahami sebagai hari penghakiman bagi Israel oleh karena dosa-dosa mereka sudah terlalu besar.
Dalam Perjanjian Baru istilah “hari Tuhan” banyak digunakan untuk menunjuk pada kedatangan Yesus kedua kali. Menurut beberapa literatur istilah “hari Tuhan” sejak abad ke-2 juga dikenakan untuk hari Minggu, sebagai peringatan hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.
Penulis Surat Ibrani mengajak para pembacanya untuk tidak menjauhkan diri dari berbagai pertemuan ibadah. Sikap itu dianggap kontra produktif dalam membangun persekutuan yang pada gilirannya akan memperlemah persekutuan.
Kondisi apapun yang dihadapi umat tak boleh membuat mereka meninggalkan aktivitas persekutuan. Bahkan penulis Ibrani mendorong umat untuk makin giat dalam aktivitas saling menasihati menjelang hari Tuhan yang mendekat. Penyebutan “hari Tuhan yang mendekat” secara sengaja ditekankan agar umat makin termotivasi dan terpacu untuk aktif menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah.
Kita yang hidup dizaman ini acap menghadapi kendala dalam menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah kita. Bisa karena gedung Gereja yang terhambat IMBnya, bisa karena kita hidup dilingkungan masyarakat non Kristen yang amat kuat kadar keagamaan dengan roh intoleransi; bisa karena faktor ekonomis, politis dan beragam faktor lainnya.
Hari Tuhan, hari kedatangan Yesus kedua kali akan tetap dan pasti terjadi sesuai dengan jadwalNya. Kekristenan harus tetap menunjukkan wajahnya yang cantik, elegan, penuh cinta kasih, ditengah NKRI yang majemuk, yang mengalami banyak kegaduhan berbau sara. Kekristenan harus menjadi entitas yang menggarami, menerangi dan mengasihi tanpa lelah dan jemu.
Dalam upaya melawan persebaran wabah virus Corona maka kegiatan yang didalamnya diikuti oleh banyak peserta ditunda, termasuk ibadah Minggu 22 dan 29 Maret 2020 di berbagai Gereja. Ibadah Minggu bukan ditiadakan atau dihentikan (apalagi oleh Pemerintah karena bukan ranah dan tupoksinya! Sic!) tetapi dipindahkan kerumah masing-masing yang diatur secara khusus dengan bantuan IT atau non IT.
Harus ditegaskan bahwa dengan memindahkan ibadah ke rumah tidak berarti bahwa Gereja tidak beriman karena lebih takut kepada Corona, tetapi Gereja memiliki hikmat bahwa pertemuan yang melibatkan begitu banyak orang, termasuk di Gereja sangat berpotensi menularkan wabah virus kepada umat yang beribadah bersama di Gereja.
Baca Juga: Bila Ingin Tetap Beribadah di Gereja Ditengah Merebaknya Virus Corona, PGI Imbau Langkah Ini
Gereja yang beriman dan berhikmat, dalam tanggungjawab teologis yang legitim dan memahami dengan baik konteks zaman melakukan perpindahan tempat ibadah pada hari Minggu, sebagai sikap teologis yang menjawab tuntutan zamannya.
Dalam Perjanjian Baru, Jemaat Kristen banyak melakukan ibadah di rumah-rumah karena faktor sosiologis-politis tidak memungkinkan mereka beribadah di rumah ibadah. Hari Tuhan, hari kedatangan Tuhan seharusnya mendorong Gereja-gereja untuk memperkuat spiritualitas umat, merumuskan visi teologi yang berperspektif eskatologis, membangun keesaan umat Tuhan.
Selamat Menyambut dan Merayakan Hari Minggu.
God bless.
(Oleh: Weinata Sairin)
Be the first to comment