Diplomasi Jalur II Sarana Perdamaian Dunia: INDONESIA DUKUNG INISIATIF PERDAMAIAN GLOBAL

Diplomasi Jalur II Sarana Perdamaian Dunia: INDONESIA DUKUNG INISIATIF PERDAMAIAN GLOBAL

(Asia Pasifik, 29 Juli 2021 — Jangan duduk sebagai penonton dan menunggu perdamaian. Diplomasi Jalur II adalah pembangunan-perdamaian di luar protokol diplomatik tradisional yang melibatkan sejumlah pelaku non-negara. Juga disebut ‘kekuatan lunak’, jalur ini menggunakan pengaruh dan niat baik individu dan organisasi non-pemerintah di sektor swasta untuk membangun kepercayaan, kesepahaman, dan dialog antara pihak yang bermusuhan—elemen penting dalam menciptakan perdamaian)

 

OnlineKristen.com || Indonesia berpartisipasi dalam seri webinar International Leadership Conference (ILC) yang disponsori oleh Federasi Perdamaian Universal (UPF).

Acara yang berlangsung selama dua hari, tanggal 28-29 Juli 2021 itu mengangkat tema, “Menuju Reunifikasi Damai Semenanjung Korea: Terapan Terbaik dalam Diplomasi Jalur II.”

UPF adalah sebuah NGO dengan status konsultatif umum di PBB. Hampir 5.000 peserta terdaftar dan yang menghadiri ILC ini sebanyak 250.000 pemirsa melalui live streaming.


Baca juga: Pertemuan UPF Indonesia, IAPD Indonesia Diresmikan, Dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal

“Acara ini mendatangkan para pembicara dari kawasan Asia Pasifik dan berfokus pada peran yang dapat dimainkan diplomasi Jalur ke-2 dalam mengakhiri ‘perang terpanjang’,” jelas Pindo Charles Rumapea, SH, CMP, UPF Indonesia Public Relation & Media Representative dalam keterangan persnya.

Konflik Korea, lanjut Pindo, membawa perbedaan. Meskipun permusuhan tahun 1950-1953 di semenanjung telah berakhir, orangnya secara teknis masih berperang. Pertempuran itu memakan banyak korban warga sipil. Dari tiga juta kematian, hampir 70 persen adalah non-pejuang.

“Pada tahun 1953 gencatan senjata, atau perjanjian damai, ditandatangani. Oleh karena itu, secara teori, dua Korea masih berperang dan telah berlangsung selama lebih dari 70 tahun.” urai dia.


Baca juga: UPF Gelar World Interfaith Harmony Week, Guna Turut Jaga Kerukunan Antar Agama dalam Semangat Bhinneka Tunggal Ika  

Sementara General Secretary UPF Indonesia, Mr. Alfred Forno, menyatakan untuk kesekian kalinya delegasi Indonesia turut berpartisipasi memberikan pesan penting dalam ILC ini.

Hadir pembicara dari Indonesia, yaitu KH. Mohammad Nizam As Shofa, memaparkan sebuah presentasi pada sesi-4 mengenai Terapan Terbaik dari Organisasi berbasis Keagamaan dan Masyarakat Sipil.

Gus Nizam, demikian pria ini akrab disapa, menyinggung tentang semboyan NKRI yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi kekuatan untuk mengatasi persoalan bahkan yang melibatkan perbedaan sekalipun.


Baca juga: Gelar Rally of Hope, UPF Serukan Kolaborasi dan Kerja-sama Secara Global

Pengarang puisi berjudul Syi’ir Tanpo Waton, mengungkapkan: “Manusia perlu mengetahui hakikat penciptaan manusia sebagai representasi Tuhan di dunia ini.”

Menurut Gus Nizam, dengan mengatakan bahwa manusia diciptakan bukan untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk sesama dan karena itu harus mempertimbangkan dampaknya bagi makhluk lain dalam setiap tindakan yang dilakukan.

“Dibutuhkan upaya kolektif kita untuk mewujudkan perdamaian.” tutur Gus Nizam yang juga adalah Ketua Indonesia Merayakan Perbedaan.


Baca juga: Rally of Hope ke-6, Mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon Mengetuai Inisiatif Masyarakat Sipil untuk Penyatuan Korea

Sedangkan Alfred Forno mengutarakan UPF ditempatkan secara unik untuk pembangunan perdamaian di semenanjung Korea dan di seluruh dunia.

Pendirinya, mendiang Rev. Dr. Sun Myung Moon dan istrinya Dr. Hak Ja Han Moon, keduanya berasal dari Korea Utara. Mereka mengungsi ke Korea Selatan dan mendirikan jaringan perdamaian global beraneka-faset yang melakukan program-program di 160 negara.

Kantor pusat internasional UPF berada di Korea Selatan. Jangkauannya mencakup: kepala negara, anggota parlemen, pemimpin wanita, praktisi agama dari semua kepercayaan, tokoh media, pelaku bisnis, akademisi, seniman dan pemuda.


Baca juga: Ini Pesan Pemimpin Dunia dalam Rally of Hope Ke-5

Hak Ja Han Moon, yang mendampingi suaminya selama 52 tahun, baru-baru ini meluncurkan upaya baru untuk menyatukan kembali semenanjung Korea menggunakan jawatan baik dari UPF dan jaringan internasional Duta Perdamaian.

Konferensi serupa diadakan secara bersamaan di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Timur Tengah, Afrika serta Korea dan Jepang. Namun, pencariannya untuk tanah air yang bersatu bukan hanya penjangkauan kemanusiaan atau usaha patriotik.

Hak Ja Han Moon memandang perdamaian di semenanjung sebagai kunci utama bagi perdamaian dunia. “Jika masalah yang dihadapi kedua Korea dan Asia Timur Laut di sekitarnya dapat ditangani secara efektif, maka hal itu tentu akan meningkatkan kemungkinan perdamaian di kawasan dan secara global,” tegasnya.


Mr. Ek Nath Dhakal, Ketua UPF di Asia Pasifik dan dua kali pejabat menteri pemerintah Nepal, memberikan sambutannya.

Nath Dhakal berkata, “Tujuan utama dari pendekatan ‘kekuatan lunak’ atau ‘jalur dua’ untuk perdamaian adalah untuk berkontribusi pada reunifikasi damai Semenanjung Korea melalui dialog, penelitian secara ilmiah dan inisiatif masyarakat sipil yang membangun koneksi pribadi.”

“Selama dua hari, sesi-sesi konferensi spesifik mengumpulkan masukan dari ibu negara, pemimpin perempuan, organisasi non-pemerintah, organisasi berbasis agama, pelaku kemanusiaan, budaya dan olahraga, serta pemuda dan pelajar.”


Baca juga: PGI Dorong Pemerintah RI untuk Tuntut Junta Militer Myanmar Kembali ke Barak

Ada 43 pembicara terkemuka dalam konferensi ini, termasuk 13 pejabat tinggi pemerintah yang di dalamnya ada kepala negara dan mantan kepala negara, ibu negara, anggota parlemen dan menteri.

“Tiga puluh delapan (38) negara yang terwakili dan diterjemahkan ke dalam delapan bahasa secara simultan.” pungkas Pindo Charles Rumapea.
(VIC)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.