“Kristus bangkit! Ya benar, Kristus telah bangkit!”, demikianlah seruan optimistis umat Kristen pada periode mula-mula yang suaranya tetap bergema hingga zaman ini.
Demikian pesan Paskah 2016 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia seperti dikutip dari laman pgi.or.id yang ditandatangani oleh Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette T. H-Lebang dan Sekum PGI Pdt. Gomar Gultom.
Lebih lanjut pesan Paskah PGI tersebut mengatakan Kebangkitan Kristus adalah kesaksian iman orang percaya yang mengawali hadirnya gereja dan bahkan mendorong pelayanan dan kesaksian gereja sepanjang masa.
Iman kepada Kristus yang bangkit menjadi harapan yang terus menerus mengobarkan semangat gereja untuk mengarungi samudera kehidupan dengan keberanian.
Dalam suasana penuh sukacita memperingati hari raya Paskah, umat Kristen di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, diingatkan ulang bahwa kematian dan kebangkitan Kristus adalah prakarsa Allah dalam mendamaikan kita dengan diri-Nya, dan dengan demikian telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita (2 Kor. 5:18).
Karya pendamaian tersebut merangkumi hubungan Allah dengan manusia dan dengan alam semesta (Kol. 1:20).
Artinya, keselamatan itu tidak hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh alam semesta. Semua dilakukan-Nya dalam kasih-Nya yang tidak membiarkan manusia dan seluruh ciptaan-Nya binasa.
Paskah selalu membangkitkan pengharapan, kekuatan dan semangat baru bagi kita untuk memberikan diri kita diperdamaikan oleh Allah, dan berdasarkan realita itu, kita dimampukan untuk melanjutkan perjalanan hidup secara harmonis bersama Tuhan, maupun bersama dengan sesame dalam masyarakat, dan dengan seluruh makhluk ciptaan.
Tema “KRISTUS BANGKIT: BERILAH DIRIMU DIPERDAMAIKAN” (2Kor.5:20b) sangat relevan dengan pergumulan Gereja-gereja di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi berbagai perubahan dan dinamika. Gereja berada di tengah masyarakat majemuk yang sedang mengalami perubahan yang cepat.
Banyak hal menggembirakan yang telah dicapai di tengah perubahan tersebut. Namun tak sedikit juga keprihatinan yang kita hadapi. Salah satu keprihatinan utama adalah konflik yang semakin merebak di tengah masyarakat, yang pada gilirannya merusak relasi antar manusia dan relasi manusia dengan alam.
Ada cukup banyak orang yang berjuang keras mengusahakan kepentingan dan kenyamanan pribadi atau kelompoknya, dengan mengabaikan kepentingan orang lain dan acap mengeksploitasi alam tanpa batas. Realitas ini sangat potensial merusak damai sejahtera dalam masyarakat.
Kecenderungan sedemikian juga terjadi di tengah-tengah kehidupan dan pelayanan gereja. Ada gereja-gereja yang mengalami ketidak-harmonisan bahkan perpecahan, karena rusaknya relasi antar warga yang satu dengan yang lain.
Pasang-surut relasi kehidupan beragama di Indonesia, sebagaimana peristiwa yang senantiasa berulang pada akhirakhir ini, juga menunjukkan bahwa ada kecenderungan dan keengganan untuk mendengarkan dan memahami berbagai kelompok yang hidup dalam masyarakat.
Gaya hidup yang semakin konsumtif tidak jarang menjauhkan manusia yang satu dari yang lain dan menyakiti bumi, misalnya dalam bentuk membuang sampah sembarangan dan mengeksploitasi hutan, tanah dan air tanpa batas.
Keadaan seperti ini telah menjadikan relasi dengan Allah, sesama manusia dan alam menjadi rusak. Melalui tema Paskah ini, Gereja-gereja di Indonesia didorong untuk membuka diri dan memberikan dirinya diperdamaikan dengan Allah.
Pemulihan relasi dengan Allah – yang rusak oleh dosa manusia – menjadi pengharapan dan kekuatan baru bagi kita untuk memulihkan relasi kita dengan sesama dan dengan alam semesta. Dengan demikian, damai sejahtera dapat dirasakan oleh seluruh ciptaan.
Pelayanan pendamaian ini mendorong kita untuk lebih mengembangkan Spiritualitas Keugaharian, yang diamanatkan oleh Sidang Raya PGI 2014 di Gunungsitoli, Nias, tatkala kita diajak untuk mensyukuri rahmat Allah yang cukup untuk semua dan bersedia berbagi dengan sesama.
Dalam suasana syukur dan sukacita Paskah, perkenankanlah kami mengajak kita semua sebagai Tubuh Kristus untuk mewujudnyatakan hal-hal berikut:
- merendahkan diri di hadapan Allah dan membuka diri untuk menerima karya pendamaian Allah. Hal ini sejatinya kita wujudkan secara nyata dalam tindakan konkret untuk memperbaiki relasi-relasi yang telah rusak, baik relasi dengan sesama maupun dengan lingkungan. Marilah kita secara konsisten mengembangkan budaya damai dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan dengan alam semesta, melalui pikiran, sikap hidup, kata dan perbuatan;
- menjadikan gereja sebagai persekutuan yang saling mendengar, saling mengampuni, dan saling menyembuhkan agar kita mampu memenuhi panggilan kita secara optimal sebagai pelayan pendamaian di tengah masyarakat;
- berperan aktif sebagai pelayan pendamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan mendukung upaya-upaya penegakan kebenaran, hukum, dan keadilan serta mendorong diwujudkannya revolusi mental di kalangan seluruh warga bangsa demi hadirnya sebuah NKRI yang bersatu dan berkeadaban berdasarkan Pancasila dan UUD 45;
- mengembangkan sikap hidup saling menghargai di tengah konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga dialog yang jujur dan terbuka dapat mendukung tercapainya kerukunan antar kelompok yang berbeda;
- mampu mengendalikan diri sehingga tidak terperangkap oleh gaya hidup konsumtif, materialistis dan hedonistis yang tidak jarang menggiring kita menyalahgunakan wewenang dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita.
Selamat PASKAH, selamat menghayati peristiwa kebangkitan-Nya. Kebangkitan Kristus menghidupkan kita semua untuk terus berkarya tanpa lelah, sambil mengingat bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia (I Kor. 15:58).
(VA-7)
Be the first to comment